"Rasya! Berikan suamimu pada kakakmu, dan ambil bekas suami kakakmu!"
Seperti sebuah sambaran petir yang mampu menghancur leburkan tulang belulangnya. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba sang papa menyuruh menukar suami atas permintaan kakaknya.
..
Tidak tahu mengapa orang tua Rasya selalu memperlakukannya begitu buruk, hanya mendapatkan barang bekas dari kakak kandungnya untuk bertahan hidup. Suatu ketika, Rania meminta papa nya untuk menukar suaminya dengan suami adiknya yang langsung diiyakan oleh papahnya.
Hancur sudah hidup Rasya, sebelum akhirnya dia menyadari satu kebenaran bahwa kakaknya sudah mengambil sang suami yang sudah menjadi barang bekasnya.
Sedangkan suami baru Arasya ternyata belum pernah menyentuh Rania, dan untuk pertama kali dia mendapatkan barang baru.
Bukan hanya itu, fakta lain tentang kehidupan suaminya juga terkuak seiring berjalannya waktu dan yang lebih mengejutkan ternyata Saka adalah seorang crazy rich!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Azzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Bekerja
Pagi ini Rasya baru saja selesai membuatkan sarapan, dan sekarang waktunya bersiap-siap ke kantor. Dia sendiri bingung memilih pakaian yang akan dikenakan karena semuanya sangat bagus dan tidak sabar ingin segera memakai semuanya.
"Kau sedang apa?" Tiba-tiba saja Saka bersuara dari arah belakang membuat wanita itu melonjak kaget. laki-laki itu menempelkan dagu nya di bahu sang istri lalu mengamati wajah cantik istri nya dari depan cermin. Beberapa helai rambutnya yang terurai ikut menjuntai saat kepalanya menunduk.
"Aku bingung ingin pakai baju yang mana, Semuanya terlihat bagus." Wajah Rasya yang cemberut berhasil membuat laki-laki itu tersenyum sembari geleng-geleng kepala. Dia tak mengira jika wanita akan seribet ini, saat semua bajunya tidak ada yang layak mereka bingung karena semuanya tidak ingin dipakai, dan setelah baju-bajunya berganti bagus semua juga bingung karena ingin dipakai semua di waktu yang bersamaan.
"Biar aku yang pilihkan." Saka berinisiatif memilihkan baju sang istri. Dia tahu fashion, dan tahu apa yang cocok digunakan Rasya.
Rasya tak menjawab apapun, namun tubuh nya mempersilahkan Saka untuk mendekat ke arah tumpukan baju yang belum dia masukkan ke lemari.
Saka meraih satu rok span berwarna hitam dengan atasan kemeja warna putih tulang yang disepanjang kerah dan kancing nya terdapat hiasan indah. Saka juga menambahkan blazer untuk wanita itu agar kulit nya tak terbakar jika berada di luar ruangan karena baju yang dipilihkan lengan pendek.
"Kau pakai ini saja." Saka menyerahkan tiga helai baju pilihannya yang sudah berada di tangan.
Dengan penuh antusias Rasya meraih baju-baju itu. "Terimakasih,"
Cup.
Rasya langsung berlari keluar kamar setelah berhasil mencuri ciuman Saka.
Dua bola mata Saka melotot saat lagi-lagi Rasya mencuri ciuman di pipi. Dia gemas melihat tingkah istri nya.
"Rasya...!" Saka sudah kalah cepat. Akibat keterkejutan nya dia sampai tak tahu kalau istri nya sudah tak berada dihadapan nya yang mungkin saat ini sedang berada di kamar dekat dapur.
Diam-diam Saka tersenyum seraya memegang dada kiri nya yang sudah berdetak tak karuan. "Kamu harus tenang, Saka. Padahal baru di pipi saja sudah begini, bagaimana kalau sudah waktunya mengeksekusi? Bisa-bisa jantung mu meloncat ke pohon pisang." Gumam Saka seraya menatap pintu kamar yang belum juga terbuka.
Padahal dia sudah tak sabar ingin segera melihat penampilan istri nakalnya yang pasti semakin cantik. Apalagi setelah menggunakan cream wajah nya kemarin, kini wajah Rasya semakin bertambah bersinar. Meskipun jerawat-jerawat itu masih ada tapi tetap saja wajah cantik Rasya tak bisa di tutupi. Dan setelah semua jerawat itu hilang total maka Saka harus bertambah hati-hati agar istri nya tidak didekati pria lain.
"Saka, sudah waktunya masuk. Aku berangkat, ya." Rasya yang baru saja masuk ke kamar tiba-tiba langsung menyodorkan tangan tanpa melihat wajah sang suami karena yang sebenarnya Rasya malu mengingat tadi begitu agresif berinisiatif mencium pipi Saka.
Sejenak, Saka terpaku melihat kecantikan istri nya namun dia segera mengendalikan diri agar tak semakin membuat jantung nya bermasalah.
"Rasya," Panggilan Saka ini membuat Rasya mau tak mau harus menatap wajah sang suami. Saat tatapan itu bertemu, akhirnya Saka tahu penyebab istri nya tak mau melihatnya yang ternyata wajahnya memerah seperti biasa, Saka tahu istri nya pasti malu dengan tindakan nya yang tiba-tiba mencium.
Namun bukan itu yang menjadi fokusnya, Saka terfokus pada wajah istrinya yang semakin cantik menggunakan riasan wajah natural dengan pakaian yang saat ini melekat di tubuh istri nya. Saka jadi merutuki diri sendiri karena memilihkan baju terlalu indah membuat istrinya semakin terlihat cantik.
"Ada apa?" Rasya menjatuhkan tangan yang sejak tadi diulurkan ke Saka namun belum juga di terima.
"Sebentar," Saka berlari ke arah laci di dekat ranjang dan mengambil sisir di atas meja. "Ikat rambut mu, aku tidak ingin kecantikan istri ku dilihat banyak orang,"
Blush
Semakin bertambah merah pipi Rasya, bahkan dia sampai menahan nafas saat tangan Saka merambat ke tengkuknya untuk mengambil helaian rambut untuk disatukan.
"Sudah," Saka menambahkan satu jepitan rambut cantik yang membuat Raysa terlihat semakin sempurna.
Saka memutar tubuh istri nya menjadi berhadap-hadapan dan memegang kedua bahunya "Kau sangat cantik, Rasya." Tatapan Saka begitu intens hingga membuat Rasya semakin salah tingkah. Sekuat mungkin Rasya menahan senyumnya setelah mendengar pujian sang suami.
"Saka, a-aku harus berangkat." Rasya mencoba melepaskan tangan suaminya yang masih berada di bahu.
"Ya, berangkat lah. Aku sudah memesan taksi." Sahut Saka yang menyadari kalau sudah hampir masuk kantor.
"Kenapa kau memesan taksi? Harusnya memesan ojek lebih hemat." Sahut Rasya dengan nada khawatir.
"Tidak apa-apa, sudah ku bilang. Aku masih memiliki uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kita."
Sebenarnya Rasya tak terlalu yakin dengan ucapan suaminya, namun melihat tatapan nya yang sangat yakin membuat Rasya mempercayai. "Baiklah, jika memang kau sudah memesan, hari ini aku akan berangkat menggunakan taksi. Tapi besok-besok lagi aku akan berangkat menggunakan ojek saja."
"Aku pergi," Rasya kembali menyodorkan tangan nya pada sang suami yang langsung diterima dengan baik. Saka berganti melabuhkan bibir nya di kening sang istri yang lagi-lagi membuat istrinya merona.
Saka melambaikan tangan saat istrinya sudah berada di taksir dan mulai berjalan menjauhi rumah.
Setelah melihat istrinya sudah tak terlihat, secepat kilat Saka berlari ke kamar untuk berganti pakaian karena dia juga harus segera berangkat kerja.
.
.
.
Rasya sedikit terlambat tiba di kantor, dia buru-buru lari untuk memasuki lift. Namun saat pandangan nya terus menatap lift, tak sadar jika ada orang di sebelah nya dan menabrak Rasya hingga dua orang itu saling terjatuh.
"Kalau jalan lihat-lihat dong! Matanya dipakai!" Bentak seseorang yang terduduk di lantai dan sedang mencoba berdiri.
Begitupun dengan Rasya yang mencoba berdiri meksi kakinya sedikit sakit karena terkilir. "Maaf, mbak. Saya tidak sengaja. Anda tidak apa-ap-Mbak Rania?"
"Rasya?!"
Dua orang itu sama-sama terkejut saat menyadari orang yang ditabraknya adalah orang yang saling mereka benci.
"Sedang apa kamu disini, Rasya?! Jangan bilang kau ingin mencari ku untuk meminta uang ya?!" Bentak Rania penuh amarah. Rasa kesalnya kemarin saat kejadian di mall belum hilang, dan kini bertambah kesal karena adiknya muncul di tempat kerjanya yang pastinya membuatnya malu kalau orang-orang tahu Rasya adiknya.
"Mbak Rania tenang saja, aku kesini bukan ingin mencari mu apalagi meminta uang mu. Aku kesini untuk kerja." Meskipun Rasya bersikap tenang, tapi hatinya merutuki karena bisa-bisanya dia harus sekantor dengan Rania.
"Apa?!!" Rania membelalakkan mata. "heh, jangan mimpi ya!! Ini adalah kantor ku dan Mas Dimas bekerja. Jadi mana mungkin kau bekerja disini?! Kalau mau ngasal jangan sembarangan! Malu ketahuan orang!" Rania tersenyum mengejek Rasya yang berhasil mengundang perhatian orang.
"Aku tidak sedang berhalusinasi, mbak. Aku memang sudah diterima bekerja disini." Rasya dengan santai memperlihatkan name tag nya yang semakin membuat Rania membola saat membaca tulisan sekertaris di name tag itu.
"Tidak mungkin!! Pasti kau melakukan sesuatu dengan tubuh mu sampai diterima disini jadi sekertaris!" Hardik Rania karena tahu bagaimana ketatnya perusahaan ini menerima karyawan, apalagi Rasya yang belum memiliki pengalaman kerja apapun. Wanita itu bahkan dengan tega mencengkeram dagu Rasya hingga membuat nya meringis.
"Asal kau tahu, Mas Dimas disini menjabat sebagai Direktur. Jadi, kapan pun aku ingin kau hengkang dari perusahaan ini aku tinggal bilang ke mas Dimas," Sahutnya seraya melepas kasar Rasya hingga tubuh nya membentur tembok.
Brukk.
"Ada apa ini?!"
.