Secret Wedding

Zara hanya diam, hak itu membuat Nathan menatap kepada wanita yang kini sedang duduk di sofa ruang kerjanya.

"Kenapa diam saja, Hem?" tanya Nathan.

Zara menatap foto wanita, yang begitu mirip dengan wanita yang berada di restaurant waktu itu.

“Apa imbalannya untukku?” tanya Zara.

“Kamu mau apa?” tanya Nathan/

“Cerai.” Zara langsung beranjak dari duduknya.

Nathan menatap punggung istrinya, pria itu masih tidak percaya kalau anak dari rekan bisnisnya itu meminta berpisah.

Nathan mengambil kopi yang dibuat Zara, pria itu tersenyum. “Tidak buruk dan ini begitu enak.”

Nathan kembali lagi duduk di kursi kerjanya, pria itu menatap foto wanita yang begitu dicintainya itu. Sedangkan di ruang keluarga Zara dan Meli sedang Asik mengobrol.

“Nona, apa Tuan tidak kembali ke kantor?” tanya Meli.

“Tidak, Meli ingat kamu jaga rahasia ini.” Zara mengingatkan kepada gadis di sampingnya itu.

Meli hanya mengangguk, ia juga sebenarnya penasaran dengan apa yang terjadi dengan Nonanya itu.

Zara menautkan kedua alisnya, ditatapnya Meli yang juga sedang menatapnya itu. “Ada apa?”

“Nona, kenapa Anda bisa menikah dengan tuan?”

Zara menarik napas panjang, wanita itu melihat sekelilingnya. Merasa aman. Ia mulai menceritakan apa yang terjadi di hari pernikahannya itu.

Meli mendengar itu ikut sedih sampai air matanya juga menetes membasahi kedua pipinya. Begitu juga dengan Zara, wanita itu sengaja langsung masuk kerja karena ingin melupakan semuanya. Namun, suaminya kini melarangnya karena belum sembuh.

Tanpa keduanya tahu, Jhon. Orang kepercayaan Nathan itu mendengarnya. Pria itu merasa ikut iba. Ia penasaran apa Mike yang dimaksud istri dari tuanya itu adalah Ceo dan Berlian Crop. Jika benar apa kerja sama ini akan berlanjut,

Jhon akan membicarakan dengan Nathan nantinya. “Nona saya ingin bertemu Tuan Nathan.”

“Eh, Kak Jhon. Langsung saja ke ruang kerjanya,” kata Zara.

Jhon mengangguk, pria itu menatap dingin ke arah Meli. Sedangkan gadis itu langsung menunduk. Hal itu tidak luput dari perhatian Zara.

“Meli, apa kamu menyukai pria berwajah dingin itu?” tanya Zara.

Meli menatap Zara.” Sudah lama menyukainya, Nona. Namun, Tuan Jhon selalu menatap saya dingin.”

Zara hanya mengangguk kedua pria itu sama saja, Nathan juga tidak banyak bicara. Pria itu jika ada perlu saja baru. Ia menarik napas panjang. Dilihatnya ponselnya ada pesan masuk dari Rehan.

Zara langsung berlari keluar, setelah membaca pesan dari sepupunya itu. Meli yang melihat itu mengikutinya.

Di luar pagar Zara melihat Rehan hanya duduk di motor yang biasa ia pakai. “Kakak, ada apa?”

“Temani aku makan,” ajak Rehan.

Mendengar itu Zara terdiam, wanita itu melihat ke lantai dua di mana ruang kerja suaminya itu. Meskipun Nathan tidak melihatnya. Ada rasa ragu jika tidak izin kepada pria itu.

“Kakak tunggu sebentar,” pamit Zara.

Zara segera berlari kecil menuju mansion suaminya itu, saat sampai depan pintu ia berhenti dan tersenyum saat melihat Meli menunggunya.

Zara sampai ruang keluarga melihat ada Mama Niah, gadis itu tersenyum dan segera naik ke lantai dua.

Napasnya tersengal-sengal saat sampai depan pintu ruang kerja suaminya. Zara segera membuka pintu. Matanya langsung melebar melihat Nathan telanjang dada berdiri di depan Jhon yang duduk di kursi.

“Maaf. “ Zara langsung meninggalkan ruangan suaminya.

Saat sampai tangga, ia baru ingat apa tujuannya. Gadis itu dengan langkah gontai kembali membuka pintu ruang kerjanya. Nathan yang sudah memakai kaos menatap istrinya dingin.

Zara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Paman. aku mau keluar sebentar ya.”

Nathan hanya diam, pria itu tidak menatap ke arah Zara. Hal itu membuat Jhon memberi kode kepada Zara jangan. Namun, gadis itu berpikir kalau suaminya tidak peduli dengannya.

Zara keluar dari ruang kerja Nathan, wanita itu tersenyum dan langsung pamit kepada mertuanya kalau akan keluar sebentar.

Zara keluar dari mansion. Sedangkan Rehan dengan setia menunggu adik sepupunya itu. “Kita jalan.”

Rehan hanya mengangguk, pria itu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Sedangkan Nathan di ruang kerjanya baru selesai menandai tangani berkas yang dibawa oleh Jhon.

Keduanya keluar dari ruang kerja bersamaan. “Tuan saya langsung kembali ke kantor.”

“Jhon, kamu ikut makan siang di sini saja,” kata Niah.

Jhon menatap Nathan, pria itu mengangguk. Dilihatnya jam sudah menunjukkan waktu makan siang.

Mereka segera menuju ke meja makan, Nathan merasa ada yang kurang, pria itu tidak melihat istri.

"Meli kamu panggil Zara," pinta Nathan.

Meli menatap Tuannya itu, gadis itu yakin jika Zara tidak pamit dengan suaminya.

Niah yang melihat itu lalu berkata," Zara keluar."

"Keluar kemana?" tanya Nathan.

"Mama juga tidak tahu, tapi tadi bilang akan keluar sebentar." jawab Niah.

Nathan mencengkeram sendok di tangannya, hal itu membuat Meli dan Jhon menelan salvianya.

Nathan segera beranjak dari duduknya, Albert melihat putranya keluar dari mansion hanya menarik napas panjang. “Biarkan saja, siapa tahu berjodoh dengan Zara.”

“Amin,” sahut Meli.

Niah tertawa melihat gadis polos itu, sedangkan Jhon makan tanpa melihat siapa pun. Setelah selesai makan Jhon langsung pamit.

Peria itu melihat mobil tuannya sudah tidak ada, apa mungkin bosnya itu mencari istrinya. Namun, kalau tidak mencintai kenapa peduli.

Banyak pertanyaan yang timbul, tapi pria itu tidak akan begitu memikirkannya. Jhon mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.

****

Di salah satu kafe, Zara dan Rehan kini sedang makan siang dengan santai. Wanita itu melihat sekeliling. Tatapan Zara ke arah samping kanannya. Wanita itu terdiam. Membuat Rehan ikut mengikuti tatapan dari adiknya itu.

Rehan mengepalkan kedua tangannya, saat pria itu hendak beranjak dari duduknya Zara langsung mencekal tangannya. “Biarkan saja.”

“Aku hanya ingin tahu kenapa pria brengsek itu tidak datang di hari pernikahanmu, Zara?”

“Aku tidak butuh itu, tapi yang aku sayangkan wanita yang bersama dengan Mike. Perempuan itu namanya Maryam. Kekasih Nathan.” Rehan mendengar itu begitu terkejut.

“Zara, apa suamimu masih berhubungan dengan wanita itu?”

Zara mengangguk, wanita mengaduk jus jeruk di depannya. Ia berpikir bagaimana cara memberi tahu suaminya bagaimana sikap Maryam saat bersama mantan kekasihnya itu?

“Rey, kita pulang ya,” pinta Zara.

“Makananmu belum habis,” ucap Rehan.

“Aku sudah kenyang, Rey.”

Rehan yang paham bagaimana adiknya itu akhirnya keduanya keluar bersamaan. Saat sampai di tempat parkir. Zara mengambil ponselnya karena sedari tadi bergetar. Saat ia akan mengangkat, tiba-tiba suaminya sudah berdiri di sampingnya.

Tiba-tiba Zara begitu panik, wanita itu tidak ingin Nathan melihat wanita yang selama ini selalu menolaknya jika diajaknya menikah.

“Paman ayo kita pulang,” ajak Zara.

Nathan tidak menjawab, pria itu menatap Rehan. Melihat itu Zara baru ingat belum minum obat.

“Rehan aku pulang dengan Paman Nathan ya,” kata Zara.

Rehan hanya mengangguk, peria itu menatap mobil Nathan yang kian menjauh. Pria itu segera mengendarai motornya.

******

Di mobil Nathan hanya ada keheningan saja, pria itu terlihat begitu dingin. Sedangkan Zara merasa lega karena suaminya tidak melihat bagaimana wanita itu tadi begitu mesra dengan Mike.

“Paman, kapan aku bertemu dengan kekasihmu?” tanya Zara.

“Tidak bisa sekarang karena masih ada di bali, mulai bulan depan akan kerja di kantor sebagai sekretarisku,” ucap Nathan.

Zara menarik napas panjang, dadanya begitu sesak. Entah kenapa pria di sampingnya itu benar-benar dibutakan akan cinta.

“Tapi kakak harus tepati janji, jika aku bisa membujuk Maryam untuk menikah denganmu, tolong ceraikan aku dulu baru kalian menikah.” Zara mencoba menekan rasa sakit di dadanya.

Nathan menatap istrinya sebentar lalu bertanya. “Kenapa kamu begitu ingin berpisah dariku, Zara?”