Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Twins
Saat ini Bagas sibuk dengan pekerjaannya selama di jepang. Karena kesibukannya Bagas melupakan sejenak masalah sang istri. Tidak terasa sudah 2 hari Vania tidak bersama Bagas. Meski ada sedikit rasa khawatir pada istri sirihnya itu, tapi Bagas menepis rasa itu jauh-jauh.
"Tuan, berkas Nyonya Vania sudah saya siapkan Tuan." kata David melalui saluran telepon pada Bagas
"Baiklah, bisa kau kirim kan langsung pada Saya David?" tanya Bagas pada tangan kanannya.
"Iya Tuan, aku akan kirim kan berkasnya besok pada penerbangan paling pagi." kata David.
Bagas menyudahi panggilan teleponnya pada tangan kanannya. Meski dia merasa teralihkan oleh kesibukannya di dalam bisnis dan juga proyek yang dia kerjakan tidak membuat Bagas benar-benar bisa tenang.
Setelah kesibukan itu usai bayang-bayang Vania dengan penampilan nakalnya yang berani seolah menghantui Bagas. Entah itu rindu atau apa yang jelas Bagas ingin segera melihat istrinya.
Bagas ingin segera menguasai tubuh istrinya dan mendaki puncak kenikmatan surgawi bersama istri kecilnya. Bagas tidak tahu sejak kapan dia merasa candu akan tubuh istrinya. Bahkan meski sedikit melupakan sang istri saat sibuk bekerja, maka di malam hari Bagas mengalami kesulitan untuk tidur karena tidak ada Vania yang biasa melakukan servis malam padanya sebelum dia tidur.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Berbeda dengan kegundahan Bagas, maka berbeda situasi di sebuah Mansion mewah kediaman Ibra di Jepang. Vania terlihat benar-benar menikmati kebebasannya. Saat ini Gadis manis bernama Vania itu sedang memakan cake coklat buatan pelayan dan seraya membaca buku novel kesukaannya di kediaman Ibra.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu dari luar, lalu Vania menyeru supaya orang yang mengetuk pintu itu segera masuk.
"Assalamu'alaikum Sweetheart. Kenapa belum tidur?" tanya Ibra yang mesih mengenakan kemeja kerja yang di lipat hingga siku.
"Walaikumussalam Kakak. Oh ayolah kak, ini baru jam 9 malam. Aku masih menikmati waktu merdekaku yang baru saja aku rasakan sejak 2 bulan berada dalam penjara gelap seorang Bagas Pranaja Mahawira..."
"Shuuut!" kata Ibra seraya meletakkan jari telunjuknya di bibir manis Vania.
"Sudah aku tidak ingin mendengar nama laki-laki baji-ngan itu lagi. Aku bahagia melihat mu bahagia sweetheart. Jadi apa rencanamu?"
Tanya Ibra seraya mencomot Cake coklat yang tersedia di meja samping sofa di kamar Vania.
"Kak aku tertarik ke dunia kak Robert." kata Vania pada Ibra.
Perkataan Vania sukses membuat Ibra menyemburkan makanannya. Melihat itu Vania segera menuangkan air dan segera memberikan pada kakaknya itu.
"Tidak-tidak! Aku tidak setuju kalau kamu ikut dengan Robert. Meski aku bersahabat baik dengannya tapi itu hanya sebuah persahabatan biasa tanpa mengikutkan pekerjaan di dalamnya. Sisi baiknya aku mendapat akses dengan mudah ke segala arah. Ya tentu kau tahu karena Robert adalah..."
"Iya Kakak ku tersayang. Aku tahu kau sangat khawatir padaku, tapi kau juga tahu betapa baik Kak Robert padamu Kak " kata Vania dengan wajah penuh senyuman pada Ibra.
"Tidak ada tawar-menawar Sweety. Jangan keras kepala sekarang penawaran di tutup!" kata Ibra dengan tegas.
"Kak aku akan mati kebosanan jika tidak melakukan apapun Kak. Aku juga sudah 2 bulan tidak sekolah, lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Vania sambil menatap kesal pada Ibra.
"Vania jangan hanya mementingkan egomu seorang. Sekarang kau tidak lagi sendiri, ada nyawa lain di dalam diri kamu sayang. Satu hal uang harus kamu ingat di sini!" Ibra memegang perut datar sang adik di balik gamis yang di kenakan oleh Vania.
"Di sini ada dua Nyawa. Dunia Robert penuh darah, senjata dan barang terlarang. Semua itu berbahaya, bahkan tidak sekali dua kali dia berurusan dengan Mafia-mafia kejam di belahan dunia ini Sayang. Aku mohon mengertilah." kata Ibra pada adik kesayangannya.
"Baiklah jika begitu, apakah aku boleh ikut kak Ibra ke Rusia?" tanya Vania sambil menatap penuh harap pada Kakak sepersusuannya itu.
"Baiklah, apapun untukmu Sweety." kata Ibra, tepat pada saat Ibra akan keluar dari ruangan langkahnya terhenti saat mendengar permintaan sang adik.
"Tapi aku juga tetap ingin bisa berkeliling dunia, seraya menikmati indahnya ciptaan Allah yqng maha kaya kak. Jadi aku ingin selalu ikut saat kau menjalani bisnis ke berbagai negara tetangga!" kata Vania dengan raut riang di wajah mu.
Ibra menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu dia mendekati Vania.
"Baiklah, sekarang semua cemilan dan juga novel ini kakak sita. Sudah saatnya istirahat! Apa susu hamil sudah kau minum Adik manis?" tanya Ibra saat menggusur Vania ke arah kasur.
"Sudah kak, tadi Bibi sudah mengantarnya ke kamar ku." sahut Vania.
"Baiklah sekarang kamu istirahat sebelum Twins menunjukkan jiwa pemberontakannya karena sang Bunda tidak kunjung tertidur."
Setelah memastikan Vania berbaring dan semua dalam ke adaan aman, Ibra menutup pintu kamar adiknya itu.
Tidak lama setelah pintu kamar Vania tertutup, Vania kembali membuka matanya. Meski dia menikmati kebebasannya , tidak di pungkiri timbul rasa bersalah pada janin yang berada dalam kandungannya ini.
"Sayang, Bunda harap kamu akan mengerti alasan mengapa Bunda lebih memilih meninggalkan Ayahmu. Bahkan tanpa memberi tahu keberadaan kalian kepadanya. Jangan rindukan Ayah kalian ya sayang," Vania sambil mengusap perut datarnya.
Setetes air mata jatuh di pipinya. Meski dia tidak suka dan benci dengan semua perilaku Bagas dan keluarganya padanya, tidak di pungkiri jika Bagas selalu masuk dalam bagian dari do'a dalam sholatnya. Berharap jika Bagas bisa menerima dirinya sebagai istri yang sesungguhnya.
Tidak ingin gundah terlalu lama, Vania memejamkan matanya agar alam mimpi segera menyambutnya.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Pagi hari yang cerah, Bagas sedang sarapan. Akan tetapi dia merasa ada yang aneh dengan dirinya.
Bagas tidak kuasa mencium aroma sup yang di hidangkan, karen tidak sanggup lagi menahan. Bagas lari terbirit-birit ke wastafel. Semua isi perut bagas keluar pagi itu. Bahkan Bagas sampai lemas dan terduduk. Beruntung di sana ada pengurus vila yang segera menolong Bagas.
Merasa badannya lemas, Bagas tidak kuasa untuk beraktifitas lagi itu. Setelah mendapat penanganan dari dokter, pria tampan itu terlelap hingga jam 10 pagi.
Saat terbangun Bagas segera bersiap, beruntung dia tidak terlambat untuk menghadiri meeting penting hari ini. Ya meski sudah terlambat ke kantor, Bagas masih cukup beruntung karena jadwal pentingnya pagi ini adalah jam 11.30 siang ini.
Bagas bergegas berbenah penampilan, setelah di rasa penampilannya sudah seperti yang seharusnya. Bagas pun segera meninggalkan vila tempat dia menginap.
Pada saat Bagas akan pergi, Bibi pengurus Vila memberikan amplop besar seukuran kertas HVS pada Bagas. Tapi karena Bagas terburu-buru maka Bagas meminta Bibi meletakkannya di dalam kamarnya di atas meja nakas untuk dia lihat nanti malam.
Bagas berlalu tanpa melihat berita penting yang akan menyakitinya di dalam surat yang di berikan oleh Bibi pembantu tadi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan