Perjodohan
Terdengar klasik tapi masih banyak praktik tersebut di tengah masyarakat. Capella Permata Adityawarman, gadis 23 tahun yang baru saja menyelesaikan studinya dan bekerja sebagai jurnalis. Capella sudah dijodohkan saat ia kecil dengan Mahen. Kedua orang tersebut saling mencintai. Sebentar lagi Mahen dan Capella akan menikah, namun beberapa hari lagi pesta yang akan diselenggarakan berubah kacau saat Mahen menjadi tersangka pemerkosaan dan pembunuhan. Capella ingin membatalkan pernikahan itu dan orangtua Mahen yang terlanjur menyukai Capella serta persiapan pernikahan 90% memaksanya menikah dengan anak bungsunya yang super dingin dan nakal, Januari Harrisman Trysatia, pemuda yang masih 19 tahun. Capella harus menikahi Januari yang jauh di bawahnya dan masih labil.
"DASAR PELACUR!!" Januar meludahi Capella di depan orangtunya.
"JANUARI! DIA ISTRIMU!" teriak Megan kepada anak bungsunya.
"Sampai kapan pun gue tidak akan pernah menganggap lo istri." Januar mendorong Capella.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Capella pun merapikan ruang tamu yang digunakan oleh Januar dan teman-temannya untuk mabuk-mabukan dan bahkan melakukan judi.
Capella mengepalkan tangannya dan tetap membersihkan tempat itu yang tak terbilang berantakan. Wanita itu pun menghela napas berkali-kali dan menuju kamar Januar.
Ia melihat pria itu yang terbaring lemah di ranjang dengan kondisi tertidur. Capella pun membersihkan kamar pria itu dan segala kekotoran yang ada di sana.
Teman-temannya semuanya sudah pulang dan Januar mabuk parah. Ia pun menatap laki-laki tersebut dengan pandangan yang tak terbaca.
Kemudian Capella merapikan tempat belajar Januar. Kamarnya dan kamar Capella terpisah. Pria itu yang menginginkannya dan dia sendiri juga sama menginginkan hal tersebut.
Saat membersihkan kamar tersebut Capella menatap tugas-tugas kuliah Januar yang tidak selesai. Ia tahu jika Januar sangat pintar hanya saja pria itu pemalas.
Capella memutuskan untuk mengerjakan tugas Januar. Ia pun mengetik beberapa kalimat di dalam laptop tersebut. Januar kuliah di bidang manajemen. Ia tahu pria itu sesungguhnya tak menyukai bidang tersebut, tapi karena ia adalah penerus perusahaan ayahnya ia terpaksa harus mempelajari hal itu.
Capella tersenyum tipis. Ia sedikit tahu tentang bidang manejemen. Saat ia sudah selesai membuatkan tugas untuk Januar ia pun keluar.
Ketika Capella keluar Januar yang mendapatkan kesadarannya pun membuka mata. Ia melirik Capella yang baru saja keluar lalu ke arah meja belajarnya.
Tatapan pria itu sangat dingin dan sama sekali tidak terdapat perasaan apapun. Ia pun menarik napas panjang dan kemudian menutup matanya kembali dan lanjut tertidur.
Capella di luar sana lanjut memasak untuk Januar. Ia harus menyesalkan pekerjanya. Ia harus pergi ke kantor karena Capella hanya diberikan izin untuk tidak bekerja pagi. Namun sore hingga malam ia harus bekerja.
Capella pun bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Wanita itu mengenakan setelan formal dan terlihat sangat dewasa. Namun wajahnya juga imut.
Hal itulah yang membuat Mahen jatuh cinta kepada Capella. Namun bagi Januar Capella tidak ada apa-apanya. Bahkan ia bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik dari Capella.
Capella menatap ke dalam kaca dengan tersenyum.
"Aku cukup cantik juga." Namun teringat saat Januar menghela fisiknya membuat Capella terdiam dan percaya diri yang sempat dimilikinya pun runtuh. "Tapi aku juga tidak cantik. Aku kurus," lirih Capella dan berusaha mengabaikan ucapan Januar yang terus menghantuinya.
Capella pun tak peduli dan tetap berusaha memulihkan rasa percaya dirinya. Ia pun keluar dari kamar dan hendak menuju ke ruang tamu.
Namun senyum Capella seketika luntur saat melihat Delisha yang masuk ke dalam rumah. Sejujurnya Delisha sangat baik tapi wanita itu juga cemburu jika Capella hidup berdua dengan Januar.
"What's your name?" tanya Delisha sembari menatap Capella dengan teliti.
"Capella."
"Hm. Good name, but kenapa you harus tinggal di tempat Januar? Lo gak punya rumah. Lo gak tau malu tinggal di tempat Januar. Gue sebenarnya penasaran kenapa lo ada di sini. Gak mungkin lo cuman numpang, kan banyak rumah lain. Atau lo sengaja deketin pacar gue."
"Eum Delisha bukan seperti itu," ucap Capella yang tak tahu menjelaskannya dari mana dulu.
"Terus kaya apa?"
"Ibu aku titipkan aku sama Tante Megan. Kata Tante Megan aku tinggal sama Januar aja."
"Serius? Itu yang sebenernya? Gue telpon Tante Megan nih."
Capella pun panik bukan main. Bagaimana jika Megan mengetahui yang sebenarnya. Padahal ia dan Januar berusaha untuk menutupi pernikahan mereka yang tidak harmonis. Ketika Megan tahu jika ia hanyalah dititipkan bukan sebagai istri pasti Januar akan dimarahi oleh Megan.
Lalu Januar pun akan mengancam dan membunuh dirinya.
"Jangan....."
"Panik? Apa lo selingkuhan pacar gue?"
"Delisha. Apa yang dikatakan dia benar. Bunda tidak ada di rumah dan bunda sama ibunya dia sahabatan. Ibu Capella sudah tidak ada jadi dia menitipkan sama bunda. Karena bunda ke luar negeri dia nitipin Capella sama gue," ucap Januar yang baru saja datang dan memeluk kekasihnya.
"Kamu gak bohong kan sayang?" tanya Delisha yang khawatir. "Kamu kalau ketahuan selingkuh awas kamu."
"Iya aku gak bohong sama sekali kok."
Capella menghela napas panjang dan langsung keluar dari rumah tersebut. Banyak kebohongan yang ia ciptakan demi Januar.
_____________
Capella meminum air mineral hingga tandas. Ketika malam hari ia pun harus bekerja hingga larut malam.
"Capella bisa pulang sendiri?" tanya kameraman kepada Capella. Pasalnya ia ada urusan mendadak yang mengharuskan dirinya untuk pergi secepatnya dan tidak bisa mengantarkan Capella pulang. Kebetulan juga Capella tidak membawa motor karena motornya mogok. Sebab sudah terlalu tua.
"Iya aku bisa pulang sendiri."
Setelah mendapatkan jawaban Capella yang memuaskan lantas kameraman tersebut pun pulang lebih dulu. Capella harus menunggu taksi di depan TKP.
Orang-orang juga masih ramai berkumpul. Tapi Capella tetap saja merasa tidak nyaman di tempat ini. Ia sudah memesan taksi namun taksi itu tak kunjung datang.
Tiba-tiba ia pun mendapatkan notif bahwa taksi yang ia pesan tidak bisa datang karena ban bocor di tengah jalan.
"Ya Tuhan," ucap Capella dan mengusap wajahnya kasar.
Ia pun hendak memesan taksi lain namun malam-malam seperti ini tak banyak taksi beroperasi, untuk ojek online juga sama. Karena tidak mendapatkan lagi ia pum memutuskan untuk pulang jalan kaki.
Padahal kawasan tempatnya meliput dengan rumahnya berjarak sangat jauh. Capella tidak tahu kapan ia akan sampai.
Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Hari sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Capella pun berjalan kaki di tengah jalan sendirian.
"Semoga aku bisa sampai dengan selamat."
Wanita itu terus berjalan hingga segerombolan anak-anak jalanan menghampiri dirinya.
Tubuh Capella meremang. Tangannya mengepal menahan rasa takut yang luar biasa.
"Mau apa kalian?" tanya Capella DNA berjalan mundur.
"Jangan takut cantik. Kita gak ngapa-ngapain. Palingan cuman cicipin tubuh mu sedikit. Hahahaha."
Capella tersentak dan hampir putus asa. Ia pun berbalik dan kabur. Sialnya tempat ini sepi dan tidak ada kendaraan yang lewat.
Capella berusaha untuk terus berlari namun ia tak sanggup. Hingga tangannya ditarik dan Capella terus melakukan perlawanan.
"Lepasin!!"
"Tenang. Marah-marah gini nanti hilang cantiknya."
"Lepasin! Hiks..."
Tiba-tiba dari arah kejauhan terdapat banyak lampu motor yang hendak melintasi jalan itu. Capella pun tersenyum lebar dan berusaha untuk mendapatkan pertolongan dari mereka.
Tampak gerombolan geng motor itu sedang konvoi di jalanan. Lantas Capella langsung berteriak selantang mungkin meminta bantuan kepada mereka. Entah akan dipedulikan atau tidak tapi Capella benar-benar berharap jika dirinya bisa selamat.
"TOLONG!!"
"TOLONG!!" teriak Capella dengan air mata di pelupuk.
Saat mendengar permohonan Capella pun lantas sang ketua melirik ke arah sumber suara. Lampu motor miliknya menerangi wajah wanita itu dengan jelas.
Matanya melotot dan ia langsung turun dari motornya. Para anak jalanan itu pun lantas berjejer di hadapan menahan sang ketua.
Ia tak peduli dan tetap menerobos untuk menyelamatkan Capella. Bahkan Capella tak bisa berbuat apa-apa saat ia terkejut melihat para geng motor itu menyelamatkan dirinya.
Ia rasanya masih tak percaya. Menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Namun Capella tertahan napasnya saat melihat ada di salah satu antara anak jalanan itu yang menghadangnya.
"Ayo mau ke mana cantik? Ikut Abang aja."
Bugh
Ia memukul dengan helm nya hingga membuat orang tersebut pingsan. Capella melirik orang itu dan terkejut melihat orang yang telah menolongnya adalah Januar.
Tampak ada luka lebam di wajah Januar.
"Januar," lirih Capella.
Januar hanya menatap sekilas Capella lalu menarik tangan wanita itu yang masih bergetar. Kemudian ia pun mengangkat tubuh Capella di bonceng motor besarnya.
Capella memandang Januar dengan pandangan yang tidak percaya. Ia menghela napas panjang dan kemudian berani melingkarkan tangannya di perut Januar.
Januar membawa motornya dengan diiringi anggota geng motor yang lain.
"Aku tidak percaya jika ini adalah kau," ucap Capella lirih dalam hati.
___________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMAKASIH