MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Meskipun sebelumnya telah menolak untuk bertemu dengan nenek Keenan, pada akhirnya Zetta tetap pergi mengunjungi perempuan renta itu. Bersama dengan Keenan, Zetta pergi ke kediaman Nenek Amy, nenek dari mantan suaminya itu dari pihak ayahnya.
Nenek Amy tinggal di sebuah rumah yang terlihat sederhana tapi asri dan nyaman, terletak agak di pinggiran kota. Sejak mulai sakit-sakitan, beliau memang lebih nyaman tinggal di tempat yang tenang, jauh dari hiruk pikuk pusat kota. Itulah kenapa beliau tidak mau tinggal bersama menantu dan cucu-cucunya di kediaman Keenan.
"Nenek, aku datang," ujar Zetta setelah masuk ke dalam kamar Nenek Amy.
Perempuan renta itu tampak sedang duduk di kursi malas yang menghadap ke arah jendela. Dari sana, Nenek Amy bisa melihat bunga-bunga yang sedang bermekaran di taman halaman samping rumahnya.
"Kamu datang sendirian?" tanya Nenek Amy sambil mengalihkan pandangannya ke arah Zetta.
"Aku datang bersama Keenan. Dia ada di luar," sahut Zetta.
Nenek Amy terdiam sesaat, kemudian menganggukkan kepalanya. Dia cukup terkejut saat beberapa hari lalu Keenan memberitahu jika dirinya telah bercerai dari Zetta. Karena itulah, Nenek Amy meminta cucu lelakinya itu untuk membawa Zetta menemuinya.
"Kemarilah, duduk di dekat Nenek sini," pinta Nenek Amy kemudian sambil menunjuk ke tempat tidur miliknya.
Zetta pun mengangguk dan menuruti perkataan Nenek Amy. Dia mendekat, lalu duduk di pinggiran tempat tidur, berhadapan dengan perempuan renta itu.
Keheningan pun melanda keduanya selama beberapa saat. Nenek Amy tampak menghela nafasnya sebelum kemudian mulai membuka percakapan.
"Jadi kalian sudah bercerai?" tanya Nenek Amy memecah keheningan. Pertanyaan yang sebenarnya tak memerlukan jawaban dari Zetta karena sudah jelas kenyataannya.
"Iya, Nek," sahut Zetta lirih.
Sekali lagi Nenek Amy menghela nafasnya dalam.
"Nenek tahu kalau hubungan kalian sebagai suami istri selama ini tidak begitu bagus, tapi apa sampai harus bercerai? Sepertinya kamu telah melakukan tindakan yang impulsif, Zetta. Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa diakhiri begitu saja meskipun jalannya tidak mudah" ujar Nenek Amy lagi.
Berganti Zetta yang menghela nafasnya.
"Aku tidak melakukan tindakan impulsif, Nek. Keputusan itu sudah kupiikirkan masak-masak. Ini adalah jalan terbaik untukku, maupun untuk Keenan," sahut Zetta. Dia berbicara dengan hati-hati agar tak menyinggung perasaan Nenek Amy.
Selama enam tahun hidup sebagai istri Keenan, Nenek Amy adalah satu-satunya anggota keluarga Keenan yang menerima Zetta dan memperlakukannya dengan baik. Itulah kenapa akhirnya Zetta tak bisa menolak permintaan Nenek Amy yang ingin bertemu dengannya, meskipun dia dan Keenan sudah tak memiliki hubungan apa-apa lagi.
"Kamu sudah memikirkan ini masak-masak?" tanya Nenek Amy lagi.
Zetta mengangguk.
"Selama enam tahun ini, aku sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk membuat Keenan menerimaku sebagai istri, tapi semua itu hanya sia-sia saja. Aku harus mengakhiri semuanya agar tak menjadi semakin tersiksa. Aku juga ingin bahagia, Nek. Dan kebahagiaan itu tak akan pernah aku dapatkan jika aku tetap mempertahankan pernikahanku dengan Keenan."
Nenek Amy terdiam. Dalam hati dia juga tak menyangkal apa yang dikatakan oleh Zetta barusan. Mantan cucu menantunya ini memang telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menjadi istri dan menantu yang baik, namun semua usaha dan pengorbanannya tak dianggap oleh Keenan serta anggota keluarga yang lain. Namun, Nenek Amy tak bisa menahan hatinya untuk tak bersedih atas perceraian Zetta dan Keenan.
"Bukankah kamu sudah mencintai Keenan sejak lama? Apa kamu bisa melupakan begitu saja perasaanmu selama bertahun-tahun ini? Nenek rasa, kamu justru akan merasa semakin buruk jika berada jauh dari Keenan."
"Aku memang telah mencintai Keenan sejak lama dan tidak akan mudah membuang perasaan yang telah kujaga selama ini, Nek. Tapi meskipun sulit, bukan berarti tidak mungkin. Aku sudah mengambil keputusan ini dan aku yakin akan bisa menjalaninya dengan baik. Lagipula, aku sudah tidak punya pilhan lagi. Berpisah dari Keenan adalah satu-satunya jalan yang mesti kutempuh karena Keenan juga sudah tak ingin lagi melanjutkan pernikahan ini. Untuk apa mempertahankan hubungan yang bahkan sudah tak ada nilainya sejak awal. Itu hanya akan membuat kami sama-sama tersakiti saja." Zetta menjawab sembari berusaha tersenyum tipis pada Nenek Amy.
Untuk ke sekian kalinya Nenek Amy tak bisa berkata-kata. Sungguh, sebenarnya beliau juga tak bisa menyalahkan Zetta karena tahu jika Zetta sudah cukup bersabar atas perlakuan Keenan padanya selama ini.
"Zetta, jika seandainya suatu hari nanti Keenan menyadari semua kesalahannya, lalu datang dan meminta maaf padamu, apakah kamu akan memaafkan cucuku itu dan menerimanya kembali sebagai suamimu?" tanya Nenek Amy kemudian. Entah kenapa, tatapan perempuan renta itu terlihat begitu pebuh harap.
Zetta kembali tersenyum. Kali ini sembari menyentuh punggung tangan Nenek Amy dengan lembut.
"Keenan tidak menyukaiku sejak awal, Nek. Dan akan selalu seperti itu sampai kapanpun. Aku tidak menyalahkan sepenuhnya sikap Keenan padaku selama ini, karena semua yang terjadi ada andil kesalahan dariku juga. Akulah yang telah memaksakan diri untuk menjadi istrinya meskipun tahu Keenan tidak menyukaiku sedikit pun. Harusnya aku menyadari hal itu sejak awal," ujar Zetta dengan agak sendu, membuat Nenek Amy menatapnya dengan semakin prihatin.
"Tapi meskipun begitu, bagiku Nenek tetaplah orang yang penting. Rasa sayang dan hormatku pada Nenek tidak akan berkurang sedikit pun walaupun aku tetap menjadi cucu menantu Nenek atau tidak. Bagiku, Nenek akan tetap menjadi keluarga sampai kapan pun," tambah Zetta lagi.
Nenek Amy lagi-lagi hanya bisa menghela nafasnya saja. Dia sungguh terenyuh dengan ketulusan Zetta, tapi tentu tak bisa melakukan apa-apa serta tak berhak untuk menahan Zetta agar tetap berada di sisi cucunya.
Sementara itu, Keenan sendiri rupanya telah berada di balik pintu kamar Nenek Amy sejak tadi. Dia mendengarkan semua pembicaraan antara nenek dan mantan istrinya dengan perasaan yang sedikit rumit. Dia tahu, Zetta memang menyayangi Nenek Amy dan selalu memperlakukan neneknya itu dengan baik meski selalu diperlakukan buruk oleh anggota keluarga Keenan yang lain, termasuk oleh Keenan sendiri.
Sebenarnya Keenan juga merasa jika Zetta adalah sosok yang baik dan tulus, sebelum kemudian pemikiran itu berubah saat Helia mengatakan padanya jika Zettalah yang telah mencelakai kekasihnya itu enam tahun yang lalu. Ada rasa jijik dan benci di hati Keenan saat mengetahui hal itu. Namun, demi sang nenek, dia memilih untuk menahan diri dan tak melakukan apapun pada Zetta meskipun dia yakin Zetta adalah orang yang bertanggung-jawab atas kemalangan yang menimpa Helia.
Bebeberapa saat kemudian, Zetta pun pamit undur diri. Dia tak ingin terlalu lama berada tarlalu dekat dengan Keenan karena itu bisa merusak suasana hatinya.
"Sering-seringlah mengunjungi Nenek, Zetta. Penyakit Nenek sudah semakin parah belakangan ini. Nenek mungkin tidak akan hidup terlalu lama lagi," ujar Nenek Amy pada Zetta.
Zetta tersenyum mendengar itu.
"Nenek akan berumur panjang. Tapi tentu saya akan mengusahakan untuk sering berkunjung," sahut Zetta menghibur perempuan renta itu.
Zetta kemudian keluar dari kediaman Nenek Amy dan berniat untuk memesan taksi online. Segera Keenan menyusulnya dan menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Tapi tentu saja Zetta menolaknya dan memilih untuk pulang sendiri. Bersamaan dengan itu, Theo dan Alex datang dengan mengendarai sebuah mobil untuk menjemput Zetta.
Tanpa pikir panjang, Zetta masuk ke dalam mobil tersebut dan segera pergi dari sana. Sedangkan Keenan sempat tertegun selama beberapa saat sebelum kemudian kembali masuk ke dalam rumah neneknya.
"Zetta adalah perempuan yang sangat baik, Keenan. Nenek harap, kamu tidak menyesal di kemudian hari karena telah menceraikannya," ujar Nenek Amy pada Keenan dengan nada yang terdengar sangat serius.
Keenan menatap neneknya itu sejenak.
"Nenek tidak perlu khawatir. Aku tidak akan pernah menyesalinya karena bercerai dengan Zetta adalah hal yang telah aku tunggu sejak lama," sahut Keenan tegas, meskipun di sudut hatinya yang paling dalam, dia tak terlalu yakin dengan jawabannya itu.