Desain Cinta CEO Dingin

Bab 11

Dirasa sudah cukup istirahat, Edgar kembali lagi bekerja di kursi kebesarannya.

"Hei bro. Bagaimana, apakah tidurmu terasa nyaman?" Goda Milo.

Edgar melihat Milo dengan menyipitkan matanya.

"Apa kau yang mengaturnya?"

"Hehe. Jika aku tidak mengaturnya, kau tidak akan bisa bekerja dengan tenang sekarang." Tuing.Tuing. ucap Milo sambil menaik turunkan alisnya.

"Ck.."

Edgar hanya berdecak kesal. Kemudian dia berpikir jika pengaturan Milo memang ada benarnya juga, dia jadi bisa tidur nyenyak dengan memeluk nya. Tak lama kemudian dia tersenyum tanpa sadar.

'ini pertama kali aku memeluknya saat tidur. Hmm, benar-benar nyaman. Eh,'

Cekrek. Cekrek.

Saat sedang bergumam dalam hatinya, Edgar tersadar ternyata Milo sedang memotret nya dengan wajah yang sangat jahil.

"Mili…" teriakan Edgar.

Milo hanya tertawa terbahak-bahak.

Mendengar keributan itu, Lyn terbangun dari tidurnya dan memutuskan untuk menuju ke sumber nya setelah mencuci muka.

Disaat yang bersamaan, Shakila baru masuk ke ruangan CEO dengan sebuah dokumen di tangannya. 

Edgar dan Milo yang tahu akan ada yang datang dari pintu ruangannya. Mereka kembali dalam keadaan normal antara CEO dan asisten.

"Tuan, saya membawa dokumen yang anda inginkan." Shakila.

"Oh, berikan pada Milo saja, saya masih harus berdiskusi dengan nya." Ucap Edgar dengan wibawanya.

Melihat Edgar yang penuh wibawa seperti itu membuat Shakila benar-benar membara. Dia memang sangat menyukai Edgar dari pandangan pertama nya. Itulah kenapa dia berusaha keras untuk menjadi sekretaris di perusahaan Edgar.

Milo yang melihat Shakila terpesona pada Edgar benar-benar risih, karena Shakila tidak tahu aturan kerja profesional antara CEO dan sekretaris. Milo pun berdehem agak keras sambil menatap tajam Shakila.

"Ekhem."

Tiba-tiba lamunan Shakila buyar karena deheman Milo. 

"Ah, maaf tuan Milo, saya agak melamun. Ini dokumen nya." Ucap Shakila sambil memberikan dokumen pada Milo dengan perasaan kesal namun wajahnya ramah.

Ketika Milo mengulurkan tangannya akan meraih dokumen itu, tiba-tiba ada suara lembut dari pintu kamar pribadi ruangan CEO.

"Kakak, kalian masalah apa. Kenapa sangat ribut?" Tanya Lyn sambil menutup pintu kamar.

Tiba-tiba dokumen yang akan diambil Milo dari tangan Shakila terjatuh.

Prak.

Lyn yang berjalan ke arah meja CEO masih belum sadar jika ada Shakila di depannya, karena sedang mengelap sisa air di wajahnya dengan tissue ketika berjalan. Dia baru sadar ketika mendengar bunyi dokumen jatuh.

Lyn menghentikan langkahnya melihat dokumen yang jatuh kemudian mendongak pada orang yang menjatuhkannya. Seketika kedua mata Lyn membola melihatnya dan tubuhnya bergetar ketakutan, karena Lyn masih belum siap bertemu Shakila. Pikirnya, dia baru pulih untuk berhadapan dengan Shakila.

'Shakila. Kenapa, kenapa harus bertemu sekarang ketika aku baru menikmati hidup tanpa bayangan rencana jahatnya.'

Shakila hanya mematung dengan dada terlihat kembang kempis melihat Lyn dari ujung rambut hingga ujung kaki. Namun wajahnya menyiratkan kebingungan seolah mencari jawaban.

'Bocah ini, kenapa dia bisa ada di sini. Bahkan dia keluar dari kamar pribadi CEO. Barusan dia bilang apa? Dia bilang kakak pada CEO dan asistennya. Kenapa dia terlihat akrab dengan mereka? Dan apa ini. Semua yang ada di tubuhnya memakai brand ternama Asia keluaran terbaru? Huh, darimana dia mendapatkan itu semua?' batin Shakila bergejolak.

Kejadian ini tak lepas dari pandangan Edgar dan Milo. Mereka sedang mencerna apa yang terjadi pada dua gadis yang ada di hadapan mereka. Namun Milo adalah pengamat yang cerdas, dia bisa melihat ada hal yang tidak beres antara Shakila dan Lyn. Dan juga Milo merasa, dia melihat ada hawa negatif dalam diri Shakila.

Melihat Lyn yang gemetar ketakutan, Edgar langsung bangun dari duduknya lalu menghampiri Lyn.

"Lyn, ada apa? Apa yang membuat mu takut?" Tanya Edgar dengan mengusap kepala Lyn dari samping.

Lyn mendongak melihat wajah Edgar dengan air mata yang sudah penuh. Edgar melihatnya jadi tidak tenang, lalu dia memutuskan membawa Lyn masuk kembali ke kamar pribadinya untuk menenangkannya. 

Setelah Edgar dan Lyn masuk kamar, Milo melihat Shakila yang belum berubah posisi dengan pandangan ke arah pintu kamar itu. Milo tidak tahan untuk mengintrogasi Shakila.

"Kalian saling kenal?" Tanya Milo pada Shakila sambil menelisik wajahnya.

Shakila yang ditanya seperti itu menjadi gugup.

"Ti-tidak tuan." 

Shakila mengambil dokumen yang terjatuh itu kemudian memberikan pada Milo untuk mengalihkan perhatiannya.

"Ini dokumennya tuan. Maaf, tadi saya tidak sengaja menjatuhkannya." Ucap Shakila sambil sedikit membungkuk.

Milo mengambilnya cepat dan meletakkan di meja. Lalu dia menyilang kan tangannya di dada dengan mata yang masih menelisik wajah Shakila.

"Sepertinya anda menyembunyikan sesuatu nona Kila." 

Shakila benar-benar mengumpat dalam hatinya terhadap Milo, karena Milo sangat menyebalkan menurutnya. Mengatakan kebohongan pada Milo sangat percuma, Shakila sangat tahu bagaimana kecerdasan Milo. Shakila mempunyai ide. Jika dia tidak bisa berbohong, maka dia bisa mengatakan fakta sesuai dengan yang terlihat.

"Saya tidak menyembunyikan apapun tuan Milo, tadi saya mengatakan tidak karena saya sangat terkejut melihat Lyn ada disini. Lyn adalah adik kandung saya tuan, dia sudah di usir dari rumah karena perilaku buruknya. Itulah kenapa saya terkejut ketika Lyn berada di ruangan ini, sepertinya Lyn dan CEO cukup akrab, saya sedikit khawatir melihatnya."

Milo menyipitkan matanya melihat Shakila. Setelah berpikir beberapa saat, Milo memutuskan untuk melepaskan Shakila kali ini karena ingin fokus pada Lyn terlebih dahulu.

"Ya sudah. Anda boleh kembali bekerja nona Kila."

Shakila pun pamit dari hadapan Milo. 

Setelah melihat Shakila keluar dari pintu ruangannya. Milo langsung menuju kamar untuk melihat keadaan Lyn dan juga akan menanyainya sedikit demi sedikit.

"Lyn, sebagai orang yang kau panggil kakak, mohon untuk menjawab semua pertanyaan dariku."

Lyn hanya mengangguk.

"Apa benar Shakila adalah kakak kandungmu?" Tanya Milo.

Edgar melihat Milo, kemudian melihat Lyn.

Lyn mengangguk pelan dengan pandangan lurus.

"Lalu kenapa kau ketakutan melihatnya. Apa kau melakukan kesalahan padanya?"

Lyn melihat wajah Edgar dan Milo bergantian. 

"Aku ingin mengatakannya di tempat yang nyaman. Bisakah kita mengatakan ini di mansion saja?" Tanya Lyn dengan raut memelas.

"Baiklah, ayo kita pulang sekarang." Ajak Edgar.

"Tidak. Kulihat di meja mu banyak berkas menumpuk. Aku tidak ingin pekerjaanmu menggunung karena diriku. Aku akan menunggu sampai waktunya jam pulang." Ucap Lyn.

"Baiklah, aku akan mengerjakan nya selama 1 jam saja agar tidak terlalu menggunung. Aku juga ingin pulang karena kepalaku sedang tidak nyaman." Ucap Edgar.

"Tunggulah di kamar ini, jangan sampai ada orang yang melihat mu." Tambah Edgar.

Lyn hanya mengangguk.

Shakila memasuki ruangannya dengan perasaan mendidih. Dia benar-benar ingin membanting semua barang yang ada di ruangan nya, namun dia menahannya karena ada cctv yang sedang mengawasinya.

'Jadi itu alasannya kenapa dia menghilang beberapa minggu dan sekarang terlihat sangat baik keadaannya. Lalu apa hubungannya dengan CEO?'

Di tengah pikiran nya yang sedang tertuju pada Lyn, Shakila pun menelpon seseorang.

"Halo, cari tahu ada hubungan apa antara Lyn dan CEO. Bocah itu terlihat sangat baik sekarang." 

Shakila menutup telponnya, kemudian kembali bekerja.