Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Wibisono duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka
Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja
Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.
Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Hati yang Rapuh
Pesta pun telah usai dan para tamu undangan sudah mulai sepi, Raisa duduk dikamar nya menunggu sang suami yang tidak kunjung datang...
Lalu aku melangkah kan kaki keluar kamar berniat untuk mencari mas Kevin...!!
Aku mendengar suara mas Kevin yang sedang berbicara dengan Radit, ku melangkah mendekat dan mengintip..
"Kevin, apa loe mengundang Desi ke pernikahan loe?" Tanya Radit pelan namun terdengar tegas
"gue tidak mengundang nya bro, gue juga tidak tahu kenapa dia bisa tahu, kedua anak gue saja tidak mengetahui akan hal ini" jawab Kevin heran
"Apa loe sudah menanyakan kepada keluarga loe vin karena gue takut Desi akan menghancurkan kebahagiaan baru loe nantinya karena kita berdua tahu gimana sebenarnya mantan istri loe itu" ucap Radit
"gue belum menanyakan nya, gue juga tidak mau kalau Raisa sampai tahu dulu akan hal ini" katanya
Ku membekap mulut ku tidak percaya, kalau wanita asing itu adalah mantan istrinya mas kevin, tanpa sengaja aku menyenggol sesuatu sampai Radit dan mas Kevin melihat ke arahku berdiri..
"Raisa" ucap Radit dan mas Kevin secara bersamaan
"kamu ngapain disitu sayang? Kamu sudah lama disitu?" Tanya mas Kevin yang saling beradu pandang dengan radit
Raisa mencoba tersenyum meski hatinya bergemuruh. “Nggak, Mas, aku baru kok, tadi aku cuma... nyari Mas,” bohongnya lirih.
Radit membaca situasi, lalu menepuk bahu Kevin...
“Ya sudah, gue pulang dulu, Vin... Nggak enak ganggu malam pertama orang, hehehe.”ia tersenyum, tapi pandangan matanya menyimpan kekhawatiran...
Setelah Radit pergi, Kevin menatap Raisa dan tersenyum tipis...
“Ayo, masuk ke kamar sayang, di sini dingin,” ucapnya lembut sambil menggenggam tangan istrinya...
Raisa menurut, walau pikirannya tak tenang, di sepanjang lorong, beberapa keluarga masih bercakap santai.
“Cieee... pengantin baru gandengan terus! Hati-hati, nanti kena sawan loh!” celetuk salah satu kerabat, membuat semua tertawa riuh...
Raisa hanya menunduk malu, pipinya memerah, tapi di tengah keramaian itu, matanya menangkap sesuatu seorang gadis muda berdiri di jendela lantai dua, menatapnya tanpa ekspresi, Amanda. Anak semata wayangnya...
Tatapan mata itu menusuk, dingin, namun penuh arti yang sulit dijelaskan.
"Mas kamu masuk duluan ya ke kamar, aku mau temui Amanda dulu sebentar" ucapku pelan...
Mas Kevin pun hanya mengangguk dan berbisik mesra "jangan lama - lama sayang"
Raisa berjalan menuju kamar Amanda, mengetuk pelan...
"Assalamualaikum... boleh Mama masuk, sayang?” ucapku pelan
Gadis itu hanya mengangguk tanpa suara. Raisa melangkah masuk dan menarik napas panjang, lampu kamar redup, hanya cahaya lampu tidur kecil di sisi meja yang menyinari wajah putrinya...
"Ada apa, sayang? Kenapa belum tidur? Nenek mana?” tanyaku lembut, mencoba mencairkan suasana...
Amanda masih diam, ia duduk di tepi ranjang, menatap lantai, dalam diamnya, ada jarak yang tak bisa ditembus kata-kata, ku ikut duduk sebelahnya....
"Mama tahu, ini nggak mudah buat kamu, Nak, menerima seseorang jadi pengganti ayahmu, pasti itu sangat berat bagi mu, insyaallah dengan berjalannya waktu kamu bisa terima pernikahan mama ini, karena mama sangat yakin kalau ayah Kevin itu orang baik, Sayang.” ucapku untuk meyakinkan putriku
Amanda menoleh perlahan, tatapannya tajam tapi sedih...
“Om Kevin mah, bukan ayah,” ucapnya dingin, lalu berbaring dan menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya...
Kata-kata itu menampar lembut diriku, dan tajam menusuk kedalam dada ku, aku menunduk, mencoba menelan perih yang tiba-tiba naik ke tenggorokan...
Beberapa detik kemudian, pintu kamar terbuka pelan. Ibuku masuk dengan langkah tenang, wajahnya teduh seperti biasa...
“Sabar ya, Nak. Nanti juga Amanda akan menerima kenyataan ini... sekarang sudah larut malam nak, suamimu pasti menunggumu, biar Amanda menjadi tanggung jawab ibu” ucapnya lembut
Aku hanya mengangguk, lalu ku cium kening putriku pelan...
“Selamat tidur, Sayang,” bisiknya sebelum berdiri dan meninggalkan kamar dengan langkah berat...
Saat aku kembali ke kamar, Mas Kevin sudah tertidur pulas, napasnya teratur, wajahnya terlihat lelah namun tenang...
Aku berdiri di ambang pintu, memperhatikan suamiku dalam diam, di sisi tempat tidur, masih ada segelas air dan sisa bunga melati yang digunakan di acara tadi...
Aku mendekat, duduk di tepi ranjang, lalu menyentuh tangan mas Kevin perlahan...
"Apa benar kamu tidak tahu wanita itu datang mas? Apa benar kamu sudah benar-benar melepaskan masa lalu mu dengan nya Mas?" Ucapku lirih
Pertanyaan itu berputar di kepalanya tanpa jawaban...
Aku menarik selimut, merebahkan diri di samping suamiku, tapi mata ku tak kunjung tertutup, di langit-langit, bayangan wajah Desi melintas, tatapan tajam, senyuman sinis, dan janji yang terdengar seperti ancaman...
Sementara itu, di kamar sebelah, Amanda terbaring dalam diam, di tangannya, masih tergenggam kartu kecil dengan nama “Desi Pramesti” dan satu nomor telepon yang ditulis rapi...
Amanda masih memandangi kartu itu lama, sebelum akhirnya menyelipkannya ke dalam buku hariannya...
"Kalau dia benar mau melindungi Mama, aku harus tahu kebenarannya dulu.” gumamnya sangat pelan lalu mulai memejamkan matanya berusaha untuk tidur..
Raisa menatap langit-langit kamar dengan perasaan tak menentu, malam ini terasa panjang. Setiap detik seperti membisikkan sesuatu ditelinga ku...
Dan di tempat berbeda Desi menatap kembali photo pernikahan Kevin dan Raisa dengan senyum getir, Desi tahu, retakan kecil sudah mulai terbentuk di sana, tinggal menunggu waktu sebelum semuanya runtuh..
“Selamat malam, Raisa...” bisiknya pada photo pernikahan Kevin dan Raisa lalu berusaha membaringkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya meninggalkan bayangan dendam yang mulai berakar...
___Bersambung___