NovelToon NovelToon
Cinta Yang Dijual(Suami Bayaran) By Leo Nuna

Cinta Yang Dijual(Suami Bayaran) By Leo Nuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Beda Dunia / Wanita Karir
Popularitas:762
Nilai: 5
Nama Author: Leo.Nuna_

Prolog:
Claretta Fredelina Beryl adalah seorang wanita dewasa yang belum juga menikah di usianya yang ke 28 tahun.

Dan karena itu Letta sering kali di teror dengan pertanyaan "kapan nikah?" Bahkan keluarga besarnya sampai mengatur sebuah perjodohan dan kencan buta untuknya, tapi dengan tegas Letta menolaknya namun tetap saja keluarganya menjodoh-jodohkannya.

Tanpa keluarga Letta ketahui, sebenarnya Letta mencintai seorang pria namun sayangnya pria itu bukanlah pria yang berstatus lajang. Yah, Letta mencintai seorang pria yang sudah menjadi seorang suami. Meskipun Letta mencintai pria itu Letta tidak pernah memiliki niat untuk menjadi orang ketiga dalam hubungan pria itu.

Lalu bagaimana jika tiba-tiba Letta berubah pikiran? Apa yang menyebabkan Letta berani menjadi orang ketiga di rumah tangga yang harmonis itu? Yuk simak ceritanya!
Selamat Membaca Guy's!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leo.Nuna_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 02 (Maaf dan Pelukan)

Happy Reading (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

⋇⋆✦⋆⋇

Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Letta akhirnya memutuskan untuk pulang. Ia benar-benar butuh istirahat untuk mempersiapkan keberangkatannya esok malam.

Dengan langkah letih, Letta memasuki mansion keluarga Beryl. Begitu melewati pintu utama, ia langsung disambut oleh sang Mami, Nyonya Ana.

"Mami nggak setuju, ya," ucap Nyonya Ana tiba-tiba, melayangkan protes bahkan sebelum Letta sempat meletakkan tasnya.

Letta hanya menghela napas panjang sebelum menjawab, "Suami Mami yang minta, jadi Mami nggak bisa larang Letta," sahutnya santai, sukses membuat Nyonya Ana berdecak kesal.

"Mana Papi kamu?" tanya Nyonya Ana, matanya berkilat. Sudah terbayang dalam pikirannya aksi demo yang akan ia lakukan pada sang suami.

Letta tersenyum nakal. "Itu kan suami Mami, kenapa nanyanya ke Letta?"

"Ck! Awas aja kalau pulang nanti," geram Nyonya Ana, mengepalkan tangan seolah bersiap untuk bertempur.

Tak ingin memperpanjang adu mulut, Letta buru-buru menghindar. "Letta ke kamar dulu ya, Mi. Capek banget," katanya cepat sebelum bergegas menuju tangga, meninggalkan Nyonya Ana yang masih mendengus kesal di ruang tamu.

Begitu memasuki kamarnya, Letta langsung merebahkan diri di atas ranjang. Tubuhnya terasa sangat lelah, hingga tanpa sempat membersihkan diri, ia sudah tertidur pulas.

Sementara itu, suasana berbeda terjadi di kamar utama keluarga Beryl, tempat Mami dan Papi Letta berada.

"Pokoknya Mami nggak setuju! Kalau Papi nggak batalkan rencana Letta, jangan harap Papi dapat jatah," seru Nyonya Ana, mulai mengeluarkan jurus andalannya.

Tuan Sebastian yang sudah terbiasa dengan ancaman seperti itu hanya menghela napas panjang. Dengan santai ia berceletuk, "Ya sudah, Papi tinggal jajan di luar."

Seketika itu juga, mata Nyonya Ana membelalak marah. "Berani-beraninya Papi jajan di luar! Mami sunat Papi dua kali!" ancamnya dengan penuh emosi.

Tuan Sebastian langsung meringis, merasa ngilu hanya membayangkannya.

"Huft... Mami, harusnya kasihan sama anak Mami," ucap Tuan Sebastian, nada suaranya kini lebih serius.

Nyonya Ana mengerutkan kening, merasa bingung. "Emangnya Letta kenapa?" tanyanya penasaran.

Tuan Sebastian menatap istrinya dengan sabar. "Mami sadar nggak, Letta itu tertekan? Papi rasa nggak ada salahnya dia menetap sementara di daerah A."

Nyonya Ana masih belum sepenuhnya menangkap maksud suaminya. Tuan Sebastian pun melanjutkan dengan suara lebih lembut.

"Huft, Mami pernah nggak tanya Letta, apa dia baik-baik saja setiap kali dapat pertanyaan tentang pernikahan? Apa Mami pikir itu nggak jadi beban pikiran buat putri kita?"

Mendengar itu, Nyonya Ana terdiam. Untuk pertama kalinya, ia merenungkan kata-kata suaminya. Perlahan, ia sadar—mungkin saja sikapnya selama ini, begitu juga dengan tekanan dari keluarga besar, telah menyakiti perasaan Letta. Ia terlalu sibuk memperhatikan omongan orang hingga melupakan perasaan putrinya sendiri.

Tuan Sebastian, menyadari perubahan di wajah istrinya, mendekat dan merangkulnya dengan hangat.

"Biarkan Letta pergi, Mi. Nggak ada salahnya. Anggap saja dia pergi untuk jalan-jalan, bukan untuk pekerjaan," bisiknya lembut.

"Tapi Pi, Letta itu anak kita satu-satunya... Mami nggak mau dia jauh dari kita," ucap Nyonya Ana lirih, mengungkapkan kegelisahannya.

Tuan Sebastian tersenyum menenangkan. "Papi tahu. Karena itu, semuanya sudah Papi persiapkan. Mami tenang aja, Papi sudah tugaskan Etan untuk mendampingi Letta."

Mendengar itu, perlahan hati Nyonya Ana luluh. Ia akhirnya mengizinkan Letta untuk pergi ke daerah A, meski berat rasanya melepas sang putri.

Malam itu, setelah makan malam bersama, Nyonya Ana memutuskan untuk menghampiri Letta di kamarnya.

Tok... Tok... Tok...

"Sayang, Mami masuk ya," ucap Nyonya Ana sambil mengetuk pintu.

"Masuk aja, Mi," sahut Letta dari dalam.

Begitu membuka pintu, Nyonya Ana langsung melihat Letta sibuk menyusun barang-barangnya ke dalam koper. Gadis itu mondar-mandir, memilah apa saja yang harus dibawa.

"Ada yang bisa Mami bantu?" tawar Nyonya Ana, memperhatikan Letta yang tampak serius.

"Ah, nggak usah, Mi. Ini udah hampir selesai kok," tolak Letta sambil tersenyum.

Nyonya Ana akhirnya hanya duduk di tepi ranjang, memperhatikan putrinya dalam diam. Sesekali matanya berkaca-kaca, tapi ia menahannya. Setelah beberapa saat, suara lirih keluar dari bibirnya.

"Mami minta maaf..."

Letta menghentikan kegiatannya, menoleh dengan bingung. Ia melangkah mendekati ibunya. "Mami kenapa? Kok malah minta maaf? Harusnya Letta yang minta maaf."

Dengan pelan, Letta mengambil tangan Nyonya Ana, lalu mengecupnya penuh hormat. "Maaf ya, Mi. Letta sering bikin Mami kesel... sering bohongin Mami tiap Mami atur jadwal kencan buta. Maaf juga karena Letta Mami dan Papi jadi bahan omongan keluarga."

Ucapan Letta membuat hati Nyonya Ana remuk. Tanpa bisa ditahan, air matanya mengalir, isakan kecil terdengar dari tenggorokannya. Ternyata, semua yang dikatakan Tuan Sebastian memang benar—anaknya tertekan, jauh lebih dari yang ia bayangkan.

"Mami yang salah..." isak Nyonya Ana. "Harusnya Mami bela kamu, bukannya malah ikut menekan kamu."

Letta hanya tersenyum kecil, lalu memeluk ibunya erat-erat, seolah ingin menghapus semua luka yang pernah tercipta di antara mereka.

"Udah, ah. Kok jadi mewek gini," celetuk Letta sambil mengurai pelukan mereka dan menghapus air mata di wajah Nyonya Ana.

Ia tersenyum, mencoba mencairkan suasana. "Sekarang ada tugas yang lebih penting. Letta nggak mau gara-gara adegan drama ini malah ada barang yang ketinggalan," lanjutnya, membuat Nyonya Ana mendengus geli.

"Kalo ketinggalan ya tinggal pulang," sahut Nyonya Ana santai.

"Mami kira Letta ini nggak ada kerjaan apa," gerutu Letta pura-pura kesal.

Akhirnya, Letta kembali sibuk berkemas, kali ini dibantu sang Mami yang tak lagi bisa menyembunyikan senyum kecil di wajahnya.

Tak lama, pintu kamar terbuka.

"Papi cariin, ternyata di sini," ujar Tuan Sebastian, muncul di ambang pintu.

Ibu dan anak itu sontak menoleh bersamaan, menatap Tuan Sebastian dengan ekspresi penuh tanya.

"Baru juga ditinggal sebentar, udah nyariin," goda Letta sambil mengedip nakal ke arah kedua orang tuanya.

Mendengar itu, Nyonya Ana tak mau kalah ikut menggoda. "Ah, Papi, masa gitu aja udah kangen sama Mami," celetuknya genit.

Tuan Sebastian hanya menghela napas panjang, seolah pasrah menjadi sasaran keisengan keduanya. Namun sebelum ia sempat membalas, Letta sudah lebih dulu membuka suara, kali ini dengan ekspresi jahil.

"Papi tenang aja, Letta cuma pinjem Mami sebentar kok. Habis ini Papi boleh deh eksekusi... buatin Letta adik!" ucap Letta seenaknya.

Mendengar ucapan Letta, Nyonya Ana dan Tuan Sebastian langsung saling berpandangan, terkejut sekaligus tak tahu harus merespons apa. Beberapa detik kemudian, Tuan Sebastian akhirnya angkat bicara.

"Udah selesai belum?" tanyanya santai.

Letta mengernyit, bingung. "Selesai apaan?"

"Kalau udah selesai, giliran Papi yang minjem Mami," jawab Tuan Sebastian kalem.

"Emang mau ngapain?" tanya Letta polos.

Dengan wajah tanpa dosa, Tuan Sebastian menambahkan, "Bukannya kamu minta adik? Laki-laki kan?"

Seketika itu juga, kamar dipenuhi teriakan Letta dan Nyonya Ana.

"PAPI!!!" seru keduanya serempak, membuat Tuan Sebastian hanya tertawa puas.

TBC...

1
Mira Esih
ditunggu terus update terbaru nya thor
Leo Nuna: siap kak🫡
total 1 replies
Mira Esih
sabar ya letta nnti jg ada perubahan sikap Zidan masih menyesuaikan keadaan
Mira Esih
terima aja Zidan mungkin ini takdir kamu
Leo Nuna: omelin kak Zidan-nya, jgn dingin2 sma Letta😆🤭
total 1 replies
Okto Mulya D.
Zidan Ardiansyah hidupnya pas²an..
Okto Mulya D.: sama²
Leo Nuna: iya nih kak, makasih loh udh mampir😉
total 2 replies
Okto Mulya D.
Kasihan ya, cintanya ditolak
Okto Mulya D.
Zidan Ardiansyah cinta putih abu-abu yaa
Okto Mulya D.
semangat Letta
Okto Mulya D.
udah mentok kalii sudah 28 tahun tak kunjung ada
Okto Mulya D.
Letta coba kabur dari perjodohan.
Okto Mulya D.
jadi pelakor yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!