Frans tak pernah menunjukkan perasaannya pada Anna, hingga di detik terakhir hidup Anna. Wanita itu baru tahu, kalau orang yang selama ini melindunginya adalah Frans, kakak iparnya, yang bahkan melompat ke dalam api untuk menyelamatkannya.
Anna menitihkan air mata darah, penyesalan yang begitu besar. Ferdi, pria yang dia cintai ternyata hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan perusahaan ayahnya dan kekayaan keluarga Anna.
Kedua tak selamat, dari kobaran api kebakaran yang di rancang oleh Ferdi dan Gina, selingkuhannya yang juga sahabat Anna.
Namun, Anna mendapatkan kesempatan kedua. Dia hidup kembali, terbangun tiga tahun sebelum pernikahannya dengan Ferdi. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Frans Merasa Heran dengan Anna
Frans memberikan minuman untuk Anna, dan meletakkannya di atas meja ruang tamu. Sedangkan Anna, wanita itu tengah melihat beberapa lukisan yang ada di dinding.
"Mas yang melukisnya?" tanya Anna.
"Iya, tidak bagus ya?"
Anna segera berbalik dan menyentuh lengan Frans.
"Bagus mas, bagus sekali!"
Frans melihat ke arah lengannya yang pegang oleh Anna. Anna yang menyadari kalau dia sepertinya terlalu agresif, segera menarik tangannya. Dia memang sangat excited bertemu dengan Frans lagi, melihat pria yang sebenarnya sudah berulang kali menyelamatkannya dalam kehidupannya sebelumnya. Namun dia tidak menyadarinya.
Tapi, dia juga tahu. Mungkin Frans sangat canggung. Masalahnya, sekarang dia masih kekasih adiknya.
"Maaf!" kata Anna yang segera menarik tangannya, "tapi lukisan ini sangat bagus. Aku boleh foto?" tanya Anna kemudian.
Frans mengangguk, lesung pipi di wajahnya juga terlihat begitu manis, saat dia tersenyum.
Anna segera mengeluarkan ponselnya. Dia pun memotret lukisan-lukisan yang ada di dinding itu. Dia akan membuat Frans menjadi pelukis terkenal, dia akan membantunya. Karena di kehidupan lampau, Frans mengubur semua mimpinya itu, melupakan hobinya dan cita-citanya sejak kecil karena bekerja tak kenal waktu.
"Sudah, aku minta nomor mas!" kata Anna menyerahkan ponselnya pada Frans.
"Nomorku?" tanya Frans masih bingung.
Anna mengangguk dengan cepat.
"Iya, aku harus pergi sekarang. Aku mau ke butik, besok adalah ulang tahunku. Mas datang ya. Nanti malam, aku akan menghubungi mas" kata Anna dengan santai.
Tapi perkataan Anna itu membuat Frans terdiam. Dia tidak pernah melihat Anna seakrab ini dengannya. Dulu, Anna bahkan selalu menghindari Frans saat mereka tidak sengaja bertemu atau berpapasan.
Itu semua salah Ferdi. Ferdi selalu mengatakan hal buruk tentang Frans pada Anna. Itu membuat Anna takut, dan selalu menjaga jarak. Ternyata semua itu tidak benar. Ferdi memang seorang penipu besar.
"Mas, aku tanganku pegal!" kata Anna lagi, karena Frans tak kunjung meraih ponsel yang Anna berikan.
"Oh iya"
Frans meraih ponsel Anna, dan menyimpan nomornya. Setelah itu, dia memberikan ponsel Anna kembali.
"Ini" kata Frans.
Anna mengambil ponselnya, dan melihat nama Frans di simpan dengan nama apa. Anna terkekeh pelan ketika melihat nama kontak Frans Anggara disana.
"Mas, terlalu formal" ucap Anna sambil mengganti nama kontak Frans, "lihat ini! ini baru benar!" kata Anna sambil memperlihatkan layar ponselnya pada Frans.
'Calon Suamiku' batin Frans membaca nama kontak Frans di ponsel Anna.
Anna menurunkan tangannya, dan segera berjalan ke arah pintu.
"Anna, apa maksudnya? itu nomorku bukan nomor Ferdi?" tanya Frans yang masih merasa bingung dan heran dalam saat bersama.
Anna berbalik.
"Aku tahu, ini nomor mas Frans. Makanya aku simpan dengan nama ini. Aku pergi dulu, nanti malam aku telepon!" kata Anna yang langsung keluar dari rumah kontrakan Frans itu.
"An..." Frans menjeda ucapannya. Pintu rumah kontrakannya itu sudah tertutup.
Frans masih berdiri diam di tempatnya.
"Calon suami?" gumamnya bingung.
Frans menghela nafas panjang. Dia melihat ke arah gelas minuman yang dia buat tapi, belum di sentuh oleh Anna itu.
Dari dulu, jika dia buatkan minuman untuk Anna, wanita itu memang tidak akan pernah meminumnya. Seperti takut, atau jijik mungkin padanya.
Frans pun meraih gelas itu, meminumnya seteguk.
Ceklek
Frans menoleh ke arah pintu, Anna kembali lagi.
"Mas, tadi kamu buatkan aku minum kan? aku buru-buru sampai lupa meminumnya. Berikan padaku!" kata Anna mendekati Frans dan meraih gelas yang ada di tangan Frans.
"Anna itu bekas minumku, aku akan buatkan..." Frans menjeda ucapannya, ketika Anna bahkan membalik arah gelas itu. Hingga bekas bibir Frans yang ada di bibir gelas, menjadi sisi dimana Anna meminumnya.
Anna meminum hampir setengah gelas. Melihat itu, Frans yang memang menyimpan perasaan pada Anna, tak bisa berkata-kata.
"Manis, terimakasih!" kata Anna kembali meletakkan gelas itu di atas meja lalu pergi lagi.
"Anna" lirihnya menatap gelas di atas meja.
Frans terdiam, dan mengingat bagaimana Anna mengubah arah bibir gelas itu ke arahnya dan meminumnya dengan santai. Bahkan ucapannya yang berkata 'Manis' itu begitu terngiang-ngiang di telinga Frans.
"Ada tamu kak?" tanya Ferdi yang baru datang.
Frans segera mengambil gelas yang ada di atas meja.
"Iya, tapi sudah pergi. Bagaimana? apa kamu dapat pekerjaan itu?" tanya Frans.
"Tentu saja, aku kan sudah katakan padamu. Jika aku mau, aku pasti bisa mendapatkan pekerjaan. Ck, kenapa aku tidak bisa menghubungi Anna!" kata Ferdi yang duduk di sofa sambil terus berusaha menghubungi Anna.
"Tidak bisa menghubunginya? apa kalian bertengkar?" tanya Frans.
"Tidak! seharusnya dia mencariku kan? keluarganya harusnya berterimakasih padaku karena sudah menyelamatkannya kan? kenapa ini tidak ada sama sekali!" keluhnya lagi.
Ferdi diam dan berpikir. Sementara Frans juga tidak mengerti. Anna datang tadi, bukannya mencari Ferdi, malah mencarinya.
"Ck, aku pasti terlalu banyak berpikir. Dia akan ulang tahun besok. Dia pasti sangat sibuk. Aku ke kamar dulu kak..."
"Ferdi, aku akan berangkat kerja. Apa tidak sebaiknya kamu pulang ke rumah ayah?" tanya Frans.
"Ck, tidak. Kalau mau kerja, kerja saja. Aku mau tidur!"
Frans hanya bisa menghela nafas panjang. Dia itu pria yang hidupnya lempeng-lempeng saja, kecuali masalah kerja. Karena dia punya adik perempuan yang masih SMP. Belum lagi ayahnya yang baru di phk dan ibunya yang sudah kurang sehat.
Dia dan Ferdi, itu jauh berbeda. Ferdi sangat ambisius, tapi usahanya minim. Dia maunya hidup enak, menikah dengan wanita kaya dan cantik. Memanfaatkan semua sumber daya wanita yang jatuh cinta padanya, karena merasa dirinya sangat tampan.
Itu memang cukup berhasil. Karena di kehidupan sebelumnya, Anna benar-benar cinta mati padanya sampai memberikan semuanya pada pria yang bahkan tega mengkhianatinya itu.
Sementara itu, Anna sudah sampai di butik. Butik terkenal, dimana hanya beberapa orang saja yang bisa bebas datang tanpa reservasi.
Dan setibanya di sana, sebuah mobil yang sangat familiar berada di tempat parkir VIP.
"Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Aku baru mau mencarimu Gina. Kamu malah sudah datang sendiri kemari!" gumamnya.
Anna masuk ke dalam butik itu, dimana dia melihat Gina sedang bicara dengan manager butik.
"Maaf nona Gina, ini sudah di pesan oleh nona Anna. Anda bisa lihat rancangan yang lain" kata manager itu masih dengan sangat sopan.
"Kamu tahu siapa aku kan? aku anaknya Tommy Wiguna. Pemilik perusahaan Wiguna grup. Dan Anna adalah sahabatku, dia akan memberikan apapun yang aku inginkan, dia itu selalu mengalah padaku. Berikan ini padaku, cepat!" kata Gina.
"Begitukah?" tanya Anna yang menghampiri Gina dan manager itu dengan santai, membuat keduanya menunjukkan ekspresi berbeda.
'Heh, dia sudah datang. Gaun ini akan jadi milikku, bahkan aku tidak perlu membayarnya. Anna pasti akan membelikannya untukku, dasar wanita bodohh!' batin Gina penuh keyakinan.
***
Bersambung...
" hay sayang " 🤣🤣🤣