Naurah harus terpaksa ikut pindah ke rumah neneknya karena sang ayah menjual rumah mereka untuk pengobatan nenek dan juga biaya kuliah tantenya, Kehidupannya yang dulu sangat bahagia kini perlahan menyisahkan kesedihan apalagi setelah di tinggal oleh ayahnya menghadap Ilahi, namun kehidupannya kembali membaik setelah naurah dan ibunya serta adiknya Hasan di minta pergi dari rumah oleh nenek dan tantenya, apalagi sang nenek tidak menyukai Hasan yang merupakan anak angkat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32.
Setelah mereka melaksanakan sholat maghrib bersama terlihat bu tari hanya duduk terdiam di teras rumah
" Bu, ibu kenapa? Kok diam aja? " tanya hasan
" Gak apa apa nak, ibu hanya ingin duduk di sini"
" Masuk yuk bu, di luar dingin nanti ibu bisa masuk angin"
" Bentar lagi ya nak, ibu masih pengen di sini"
Naurah tau bahwa ibunya pasti kini memikirkan tentang ayu
" Bu, ibu kepikiran ayu? " tanya naurah mendekati ibunya
" Iya nak, ibu gak tenang naurah, ibu rasa mereka akan membiarkan ayu sendirian di luar seorang diri dengan cuaca dingin seperti ini naurah"
" Jadi ibu maunya gimana? "
" Ibu mau pergi melihat ayu nak"
" Kalo begitu ibu di rumah aja, biar aku dan hasan yang akan melihat nya"
" Mau kemana kak? " tanya hasan
" Mau ke rumah nenek? "
" Ngapai kak naurah ke sana? " tanya nya pura pura tak tau
" Aku ingin melihat ayu, tadi sore aku dan ibu membawa ayu pulang tapi mereka gak menerima ayu "
" Maksudnya kak naurah kok bisa membawa ayu bersama ibu? "
" Ceritanya panjang, nanti baru aku ceritakan yang penting sekarang tolong antarkan aku ke rumah nenek"
" Biar aku aja, kak naurah dan ibu di rumah aja"
" Tapi kamu gak apa apa kalo ke sana seorang diri? "
" Gak apa apa, aku akan berangkat sekarang" ucap hasan mengambil kunci motornya
Sepanjang perjalanan hasan berharap agar tantenya membawa kembali ayu masuk ke dalam rumah
Begitu sampai di halaman rumah, hasan mendapati ayu yang masih tertidur di lantai teras rumah dengan posisi memeluk lututnya
" Sialan, mereka benar benar tak punya hati nurani, tunggu saja aku akan merekam kejadian ini sebagai bukti bahwa kalian telah menelantarkan seorang anak kecil" ucap hasan segera menyalakan kamera ponsel nya
" Ayu, ayuu bangun, kenapa kamu tertidur di sini? " tanya Hasan lembut
" Kak hasan, aku lapar kak" ucap ayu bangkit dan duduk memegang perutnya yang sedang berbunyi
Tok.. Tok.. Tok..
Hasan mengetuk pintu rumah bu wardah
" Astagaaa ada apa lagi ini? Mau apa lagi?" Tanya ningsih begitu membuka pintu
" Tante gak membuka pintu untuk ayu setidaknya beri dia makan"
" Makan? Untuk apa? Bilang pada bapaknya untuk mengirimkan aku uang barulah aku beri makan pada anaknya"
" Tapi dia kelaparan, bagaimana jika dia sakit?"
" Bukan urusan aku dong, lagian kalo kamu peduli bawa saja anak itu, lagian rumah ibumu kan tempat penampungan anak pungut" ucap ningsih
" Nih bawa sekalian barang barang milik anak yang tak berguna itu" ucap bu wardah membuang tas kecil ke lantai kemudian menutup pintu dengan keras
" Ayu, ayo ikut kak hasan ikut ke rumah bibi" ajaknya membawa tas usang berisi beberapa potong pakaian ayu
******
Dengan tangan yang bergetar ayu menyantap habis makanan yang di berikan oleh naurah, bahkan dia masih meminta tambahan nasi hingga dua kali lantaran sangat kelaparan
" Mau tambah lagi ayu? "
" Sudah kak, Terima kasih"
" Ayu sebaiknya kamu mandi dulu ya nak " ucap bu tari
" Iya bi" jawabnya masuk ke dalam kamar mandi
Naurah membongkar tas usang milik ayu untuk mencari baju ganti untuk ayu
" Ya Allah bu, ini baju ayu semua kok kayak kain lap? " ucap naurah terkejut melihat semua pakaian yang ada di dalam tas ayu yang terlihat sangat kotor dan bau
" Kasihan anak itu, sebenarnya apa yang terjadi pada nya? Kenapa mas wawan meninggalkan ayu pada ningsih? "
" Sebaiknya berikan pakaianmu yang sudah kekecilan buat ayu, besok pagi ibu akan coba mencuci semua pakaian nya" ucap bu tari
Setelah selesai mandi, Naurah mengajak ayu masuk ke kamar dan memintanya menggunakan pakaian yang ada
" Kenapa kau memakai pakaian kak naurah? Pakaian ku kan ada kak? " ucap ayu
" Gak apa apa, pakai aja soalnya semua baju ayu harus di cuci dulu"
" Pakaianku kotor dan bau ya kak? "
" Gak kok"
" Tapi teman teman aku bilang kalo baju ku kotor dan bau, makanya mereka gak mau berteman dengan ku kak"
" Emang mama gak nyuci baju kamu? "
" Gak kak, mama dan nenek membawa pakaian kotor mereka ke laundry, sementara aku harus mencuci sendiri dan gak boleh pake mesin kak"
" Jadi kamu nyuci sendiri? Lalu gimana dengan makanmu? "
" Mama dan nenek hanya memberiku uang sepuluh ribu perhari untuk makan itu pun dengan cara aku harus membereskan rumah dulu kak"
" Apa? Sepuluh ribu? "
" Iya kak, tapi kemarin mama dan nenek tidak memberiku uang, lalu aku mendapatkan uang lima ribu di lantai, tapi mama mengatakan jika aku mengambil uang mama di dompet, setelah itu mereka membawaku ke jalan yang kemarin aku bertemu bibi dan kak naurah"
" Astaghfirullah, tega sekali mereka padamu"
" Lalu papa kamu dimana? "
" Aku gak tau papa dimana kak, yang aku tau mama mengusir papa dan melarang papa untuk pulang jika tak menghasilkan uang banyak"
" Jadi sekarang papa kamu gak ada di kota ini? "
" Iya kak, makanya mama gak mau mengurus dan merawatku karena papa belum mengirim uang pada mama"
Hhhhmmm...
Naurah membuang nafas kasar
" Ya sudah kalo gitu istirahat lah, kamu boleh tidur bersama kak naurah"
" Terima kasih kak" jawab ayu segera membaringkan tubuhnya di atas springbed
******
Pagi pun tiba naurah sedang membuat sarapan untuk keluarganya sementara bu tari masih menyiapkan bahan kue pesanan pelanggan nya
" Kak naurah" panggil ayu yang kini berdiri di belakang naurah
" Ayu, kamu sudah bangun"
" Iya kak "
" Ada apa? Kamu butuh sesuatu? "
" Hari ini aku gak sekolah kak? "
" Kamu absen dulu ya hari ini, lagian kak naurah juga gak lihat pakaian sekolah kamu, mungkin mama kamu lupa memasukkan nya"
" Memang nya sekolah nak ayu dimana? " tanya bu tari
" SD mekar sari bi"
" Apa? Itu kan jauh ayu, dari rumah nenek aja jauh apalagi dari sini" ucap naurah terkejut
" Lalu siapa yang biasanya mengantarkan mu ke sekolah? "
" Aku berjalan kaki kak"
" astagfirullahaladzim,, ya udah nanti aja kita bicarakan yang penting sekarang kamu cuci muka, gosok gigi dan mandi habis tuh ikut sarapan bareng kita"
" Baik kak" jawab ayu segera melangkah ke kamar mandi
" Bu, gimana kalo kita pindahkan ayu ke sekolah yang di mesjid itu loh bu"
" Ayu nya mau gak nak? Kita juga harus izin sama mamanya "
" Ya sudah nanti aku akan mencoba bicara lagi sama tante, sekalian aku ingin mengambil akta lahirnya, kan biasanya pindah sekolah membutuhkan akta lahir bu"
" Iya bu, nanti aku akan ke sana bersama ayu" ucap naurah
Setelah dua jam naurah segera mengantarkan pesanan kue pelanggan ibunya bersama ayu, setelah selesai naurah segera ke rumah bu wardah dengan motor maticnya
" Ngapain lagi kalian ke sini? Mau minta maaf? Sorry ya aku gak akan memaafkan kalian semua" ucap ningsih yang tengah santai
" Apa tante gak keberatan jika ayu tinggal bersamaku? "
" Jelas saja tidak, aku malah iklhas dan berbahagia jika kamu membawa anak tak berguna itu"
" Baiklah, apa aku boleh mengambil akta kelahiran nya? Aku ingin mengurusnya mulai sekarang"
Ningsih tak menjawab dan segera masuk ke dalam, dan tak lama ningsih kembali keluar dengan membawa sebuah map berwarna hijau dan sebuah kresek
" Nih, aktanya dan juga pakaian sekolah dan perlengkapan sekolah anak bodoh itu, jangan pernah lagi datang dan menampakkan wajah kalian" ucap ningsih segera kembali masuk dan menutup pintu
Tanpa membuang waktu, naurah dan ayu segera ke sekolah untuk mengurus perpindahan sekolah ayu dan syukurlah prosesnya sangat cepat, bahkan naurah meminta ayu untuk berpamitan pada guru dan teman-teman nya
Mereka akhirnya selesai dan ingin segera kembali, namun naurah mengajak ayu mampir di warung bakso bakar yang lumayan rame
" Naurah..... !!! " teriak seorang pria
Naurah mematung dan penasaran siapa pria yang kini memanggil namanya
" Naurah, kamu sudah selesai? " tanya pria itu
Naurah segera mengalihkan pandangannya pada sang pria yang kini menghampiri salah satu gadis di sana
Hhhhhmmmmm...
Naurah membuang nafas panjang
" Ternyata bukan naurah aku" gumamnya berharap jika itu adalah rangga
" Lagian kenapa juga aku berharap dia akan datang menyusulku ke sini? Itu gak akan mungkin terjadi, dia pasti sangat membenciku" gumam naurah kembali merasakan rindu pada rangga