Ervina seorang CEO ZyroCorp harus meregang nyawa akibat ledakan sebuah bom.
Jiwanya harus berpindah pada tubuh seorang gadis yang sedang terbaring koma akibat di dorong dari atap kampus oleh geng yang selalu membully Nessa.
Apakah Ervina yang saat ini menepati tubuh Nessa, bisa menegak kan keadilan untuk Nessa dan Dirinya sendiri??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laras noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Lestari keluar dari kamar Nessa untuk membicarakan sesuatu dengan suaminya, saat ini di kamar hanya ada Nessa dengan sang pelayan yang bernama Sisca.
***
Sisca mendekat ke arah Nessa.
"Apa ada yang nona perlukan" ucap Sisca dengan sopan.
"Bantu aku untuk duduk" ucap Nessa.
Sisca dengan cepat membantu nona mudanya untuk duduk karena selama satu bulan ini nona mudanya hanya terbaring.
"Terima kasih" ucap Nessa yang telah duduk.
"Sama sama nona" ucap Sisca.
"Kau duduklah ada yang ingin aku tanyakan" ucap Nessa.
"Baik nona" ucap Sisca duduk di kursi samping tempat tidur Nessa.
"Seperti yang sudah kau dengar aku mengalami hilang ingatan hanya sedikit yang aku ingat jadi tolong kau ceritakan siapa aku dan kedua orang tuaku" ucap Nessa.
Sisca mengangguk, lalu dia mulai menceritakan siapa Nessa dan keluarganya. Sedangkan di lantai bawah saat ini Lestari menuju halaman depan.
"Pah apa Radi sudah pulang" ucap Lestari yang tak melihat mobil dokter Radi.
"Ya mah Radi baru saja pulang, kenapa mamah sampai menyusul kemari" ucap Zahir.
"Mamah udah bicara pada Nessa kalau dia akan pindah kampus tapi dia menolaknya pah" ucap Lestari.
"Ya sudah biar nanti jika keadaan Nessa sudah pulih kita bicarakan lagi" ucap Zahir.
"Baik pah" ucap Lestari.
"Ya sudah sebaiknya kita kembali ke kamar Nessa kasihan dia sendiri" ucap Zahir.
"Iya pah" ucap Lestari.
Zahir dan Lestari berjalan memasuki mansion dan menuju kamar tidur Nessa, sedangkan di kamar Nessa Sisca baru saja menceritakan semuanya.
Ervina yang saat ini menempati tubuh Nessa cukup terkejut dengan identitasnya, meski dia dari keluarga yang berkecukupan tapi pakaian yang dia gunakan biasa saja dan terlihat cupu dan sebab itu dia di bully.
Dia juga cukup terkejut mengetahui perusahaan papah Nessa karena perusahaan Ervina pun menjalin kerja sama dengan perusahaan milik keluarga Benedict.
"Terima kasih sudah menceritakannya" ucap Nessa.
"Sama sama nona" ucap Sisca tulus.
Sisca adalah anak dari pelayan di kediaman Benedict dia membantu ibunya bekerja di kediaman Benedict.
Baru saja Sisca menceritakan secara garis besar siapa Nessa dan keluarganya, pintu kamar Nessa terbuka di sana terlihat kedua orang tua Nessa.
Sisca yang melihat itu segera bangun dari duduknya dan menjauh dari tempat tidur Nessa, saat ini Zahir dan Lestari sudah berada tepat di samping putri mereka yang tengah duduk.
"Apa kau sudah merasa baikan sayang" ucap Zahir mengusap puncak kepala Nessa.
"Iya pah aku baik baik saja" ucap Nessa tersenyum.
"Jika kau telah benar benar pulih kamu akan kembali kuliah" ucap Zahir.
"Pah aku ingin tetap berkuliah di kampus yang sekarang" ucap Nessa.
Nessa tak ingin pindah dari kampusnya saat ini karena dia berniat untuk membalas semua perbuatan yang mereka lakukan pada Nessa asli.
"Mamah gak setuju bagaimana kalau kamu kembali mengalami hal yang tidak di inginkan" ucap Lestari khawatir.
"Nessa janji akan berhati hati dan akan memberitahu mamah dan papah semuanya, Nessa tak akan menyembunyikan apapun lagi pada kalian" ucap Nessa meyakinkan kedua orang tuanya.
"Sudah mah kalau Nessa ingin seperti itu, tapi Kamu janji jika ada yang melakukan sesuatu padamu harus bicara dengan papah dan mamah" ucap Zahir.
"Siap pah" ucap Nessa.
"Apa ada yang kau inginkan sayang" ucap Zahir.
"Tidak pah Nessa hanya ingin istirahat" ucap Nessa.
"Apa kau tak lelah istirahat terus hahaha" ucap Zahir tertawa.
Lestari segera mencubit pinggang suaminya bagaimana mungkin suaminya itu bicara seperti itu pada Nessa.
"Akh.. sakit mah papah kan hanya bercanda" ucap Zahir melirik istrinya.
"Ya sudah jika begitu sayang, kamu istirahatlah mamah dan papah akan keluar" ucap Lestari.
"Iya mah makasih" ucap Nessa.
Lestari dan Zahir pergi meninggalkan kamar Nessa, Sisca yang mendengar jika nona mudanya ingin beristirahat pun berniat untuk keluar dari kamar itu.
"Kalau begitu saya juga pamit non" ucap Sisca.
"Tunggu apa kau tahu dimana ponselku" ucap Nessa.
"Ponsel nona ada dalam laci sebelah tempat tidur nona" ucap Sisca.
"Oh baiklah kalau begitu kau boleh pergi" ucap Nessa.
"Baik nona, jika anda membutuhkan sesuatu tekan saja tombol itu saya akan segera datang" ucap Sisca menunjuk tombol yang berada di samping tempat tidur Nessa.
"Ya aku mengerti" ucap Nessa.
Sisca pergi meninggalkan kamar Nessa, saat ini Nessa sendiri di dalam kamar.
Nessa turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah cermin. Ternyata wajah Nessa cukup cantik dan bisa di katakan tak jauh berbeda dengan wajahnya dulu.
"Wajahmu cantik tapi kenapa kau berpenampilan cupu Nessa, sayang sekali kecantikan ini kau sembunyikan" ucap Nessa menatap pantulan wajahnya di cermin.
"Tenang saja mulai sekarang aku akan membalaskan denda mu dan mencari tahu siapa yang menaruh bom dalam Jet pribadiku" ucap Nessa.
Nessa kembali ke tempat tidur dan membuka laci untuk mengambil ponselnya, dia mengetikkan sebuah nomor di layar ponsel tersebut dan melakukan panggilan.
Dengan cepat panggilan itu tersambung.
"Bagaimana kabar mu Sam" ucap Nessa.
Samuel yang menerima panggilan dari nomor tak di kenal langsung mengangkatnya meski saat ini dia dalam masa berduka karena kepergian atasannya sekaligus orang yang sangat berharga dalam hidupnya.
Samuel terkejut mendengar orang yang menelpon mengetahui namanya.
"Siapa kau, bagaimana kau tahu namaku" ucap Samuel.
"Tentu saja aku tahu karena aku Ervina" ucap Nessa.
"Sebaiknya kau katakan siapa kau, dan berani beraninya kau mengaku sebagai nona Ervina" ucap Samuel marah saat ini jika Nessa bisa melihatnya wajah Samuel sudah memerah sepenuhnya.
Nessa tersenyum karena Samuel berhati hati dan tak mudah percaya begitu saja.
"Apa kau tak percaya" ucap Nessa.
"Jelas aku tak percaya hanya orang bodoh yang akan percaya, karena aku sendiri yang memakamkan nona Ervina dua hari yang lalu sial*n" ucap Samuel berteriak.
Benar Ervina tak memiliki siapapun kecuali Samuel orang terdekat yang telah dia anggap seperti adiknya sendiri.
Kedua orang tua Ervina telah meninggal dan dia di asuh oleh kakek tapi tak lama karena sang kakek pun harus meninggal, jadi dia hidup sendiri sambil mengurus perusahaan peninggalan sang Daddy.
Dan saat itu dia menemukan Samuel yang tak sadarkan diri di pinggir jalan bersimbah darah.
"Tenangkan dirimu Sam, itu tak baik untuk kewarasanmu" ucap Nessa menenangkan
Samuel terkejut mendengarkan ucapan dari seberang telpon ucapannya sama seperti yang selalu Ervina katakan padanya saat dia sangat marah.
Tak terasa air matanya mengalir begitu saja dan tangisan halus terdengar oleh Nessa.
"Hiks... Sebenarnya siapa kau katakan apa yang kau inginkan, jangan mempermainkan aku brengs*k" ucap Samuel frustasi.
"Tenang aku benar benar Ervina Sam, jika kau tak percaya buktikan ucapanku ini. Pergilah ke Mansion milik ku Ervina di sana ada lukisan teratai turunkan dan kau akan menemukan sesuatu di sana" ucap Nessa.
"Baiklah itu saja untuk saat ini, ingat Sam jangan pernah percaya siapapun kecuali prajurit naga" ucap Nessa.
Setelah mengatakan hal itu Nessa mematikan sambungan telpon dan menyimpannya di atas kasur.
"Sebaiknya aku pergi mandi, rasanya sangat lengket" ucap Nessa.
Nessa berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan di sebuah apartemen Samuel tengah bingung apa dia harus mempercayai ucapan dari orang yang tak dia kenal, tapi ucapan terakhir orang tersebut sama seperti ucapan terakhir Ervina saat di bandara.
"Aku harus memastikannya" ucap Samuel.
Samuel mengambil jaket dan kunci mobilnya dia melajukan mobil menuju mansion milik Ervina, saat dia sampai di sana dia teringat kenangannya bersama Ervina.
Dia sangat berterima kasih pada Ervina karena menyelamatkannya pada malam itu, dengan berat hati Samuel memasuki mansion yang biasanya terasa hangat tapi saat ingin sangat terasa dingin.
Samuel menyalakan lampu dan mulai mencari lukisan yang di maksud, setelah beberapa saat akhirnya Samuel menemukan lukisan tersebut.
Dia dengan cepat Samuel menurunkan lukisan tersebut dan menemukan sebuah tombol di balik lukisan tersebut.
"Oh my good" ucap Samuel yang menemuka sebuah tombol di balik lukisan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...