NovelToon NovelToon
Jodoh Yang Di Tukar

Jodoh Yang Di Tukar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: shangrilla

Azzam tidak menyadari bahwa wanita yang ia nikahi bukanlah kekasihnya, melainkan saudara kembarnya.

Sejak kepulangannya dari Kanada, sebenarnya Azzam merasa ada yang aneh dengan kekasihnya, ia merasa kekasihnya sedikit berubah, namun karena rasa cintanya pada sang kekasih, ia tetap menerima perubahan itu.

Bagaimana jika suatu saat Azzam mengetahui yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shangrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana pernikahan

Happy reading..

Setelah Azzam pulang. Zura berjalan mondar-mandir di ruang tamu, kegelisahan terpancar jelas dari raut wajahnya. Matanya berkaca-kaca, tanda ketakutan dan kebingungan yang mendalam. "Bagaimana ini, Bu? Dia mau menikahi Zura," ucapnya dengan suara yang tercekat.

Ibunya, yang sedang duduk di sofa, menatapnya dengan ekspresi tenang. "Terima saja," jawab Ibunya.

"Tapi Zura nggak mengenal dia, Bu," tolak Zura dengan nada suara yang meninggi. Kepanikan semakin jelas terlihat saat ia menghentikan langkah dan menatap Ibunya, mencari dukungan.

Ibunya menghela napas, berdiri dan mendekatinya. "Zura, ingat. Kamu sudah berjanji pada Zahwa bahwa kamu tidak akan mengecewakan Azzam, kamu juga sudah berjanji bahwa kamu bersedia membahagiakan Azzam sebagaimana Zahwa yang ingin melihat Azzam bahagia." Ibunya mencoba menenangkan, namun Zura hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Zura nggak bisa, Bu. Zura belum siap menikah dengan orang yang bahkan Zura nggak tahu apa-apa tentang dia." cairan di mata Zura semakin menggenang, bibirnya bergetar menahan tangis.

"Tapi dengan kamu menerima pernikahan itu, kamu bisa memenuhi janji-janjimu dulu."

"Tapi nggak secepatnya ini juga Bu."

"Dia pasti laki-laki yang baik. Buktinya, Zahwa sampai menitipkannya padamu."

zura sudah tidak bisa membalas kata-kata ibunya lagi, tubuhnya bergetar karena isak tangis.

Melihat itu, Ibunya mendekap Zura dalam pelukan hangat. "Ingat kata-kata Zahwa, kalau Azzam bahagia maka Zahwa juga akan bahagia. Kamu mau kan melihat Zahwa bahagia?" bisik Ibunya mencoba menghibur. Zura mengangguk perlahan, masih terisak dalam dekapan Ibunya.

"Zahwa bahagia jika Azzam juga bahagia, maka dari itu turuti keinginan Azzam kalau kamu mau melihat Zahwa bahagia." sahut Irman, Ayah Zura. Ia baru saja masuk ke dalam rumah dan mendengar pembicaraan istri dan anaknya.

Irman pun mendukung penuh jika Zura bersanding dengan Azzam.

Walaupun awalnya Irman tidak mengenal Azzam, tapi semenjak Zahwa bercerita tentang Azzam. Sejak saat itu Irman mencari tahu tentang Azzam dan keluarga, dan menemukan bahwa Azzam adalah laki-laki yang baik.

"Tapi, Yah--"

"Tidak ada tapi-tapi!" potong Irman.

Zura mendengkus kesal.

"Betul kata Ayahmu, Zahwa bahagia jika melihat Azzam bahagia," sang Ibu menimpali.

****************

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu rumah memecahkan keheningan malam di rumah keluarga Azzam.

"Assalamualaikum.." ucap salam Azzam sambil membuka pintu rumah yang belum terkunci.

Ia berdiri di ambang pintu, siluetnya tercetak jelas diterangi oleh cahaya lampu pelataran rumah yang remang-remang. Mata Haniyah Mama Azzam yang tadinya terpejam, saat mendengar suara Azzam pun terbuka perlahan, seolah merasakan kehadiran yang sudah lama dinantikan.

Dengan raut muka yang masih diselimuti kebingungan, Mama Azzam bangkit dari sofa, ia mengusap matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Azzam, itu kamu?" suaranya terbata, tidak yakin apakah ini kenyataan atau hanya bayangan hati yang terlalu rindu.

Azzam berjalan setengah berlari untuk menyusul sang Mama yang saat ini sudah berdiri. Azzam langsung memeluk tubuh Mamanya.

"Kenapa tiba-tiba sudah di rumah, Zam? Kenapa tidak kasih kabar dulu sama Mama kalau kamu akan pulang hari ini?" tanya Mama Azzam, sambil memeluk Azzam erat-erat. Rasa rindu yang terpendam bertahun-tahun, kini terobati sudah.

Azzam, dengan tas ransel yang masih tersangkut di bahu, tersenyum. "Supaya jadi kejutan," jawabnya dengan mata yang berkaca-kaca menahan haru.

Suasana haru dan kegembiraan bercampur aduk di ruang tamu itu. Mama Azzam, dengan tangan yang gemetar, menyentuh wajah Azzam, memastikan bahwa ini bukan mimpi. "Azzam, kamu beneran sudah pulang," ucapnya lirih, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya.

"Iya, Ma. Ini Azzam, anak Mama." jawab Azzam, lalu menuntun sang Mama kembali duduk. "Kak Ziza sama Fawwaz dimana, Ma?"

Aziza adalah kakak perempuan Azzam, dan Fawwaz adalah anak Ziza, yang berarti adalah keponakan Azzam.

Sebelum berangkat ke Kanada, Azzam memang meminta sang kakak untuk tinggal di rumah supaya menemani Mamanya sekaligus mengurus pabrik keluarga. Karena Papa Azzam sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Keluarga Azzam memiliki sebuah pabrik walaupun tidak besar, dan saat ini di urus oleh Aziza beserta suami.

"Kakakmu sedang makan malam bersama," jawab sang Mama.

Azzam menggenggam tangan Mamanya sebelum mengutarakan niatnya. "Ma, Azzam ingin melamar seorang gadis. Gadis yang Azzam kenal sewaktu di Kanada, dan sekarang kami sudah sama-sama pulang ke Indonesia, dan Azzam ingin menikahinya."

Mata Haniyah sang Mama melebar seketika. "Kamu baru pulang, langsung mau melamar seorang gadis?"

"Supaya kami menjadi pasangan yang halal," jawab Azzam.

Haniyah pun tersenyum. "Baiklah kalau niat kamu memang niat yang baik, Mama setuju saja yang penting dia gadis baik-baik, dan anak Mama bahagia,"

"Tentu dia gadis yang baik, Ma. Azzam sudah mengenalnya beritahu-tahun."

"Secepatnya kita akan kesana, Mama akan pinangkan dia untuk anak bujang Mama yang gagah ini," ucap Haniyah seraya menepuk bahu Azzam dengan rasa bangga.

Azzam kembali memeluk Mamanya. "Makasih banyak, Ma."

"Seneng banget kamu, udah nggak sabar pengen cepet-cepet nikah ya," goda Haniyah.

"Kan Azzam udah bilang tadi, supaya hubungan kami menjadi hubungan yang halal, Mama nggak mau kan kalau Azzam kelamaan pacaran?"

"Mama setuju kalau kamu nikah, supaya ada yang ngurusin kamu, dan Mama bisa nambah cucu lagi."

"Assalamualaikum.."

Haniyah dan Azzam sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Ziza dan sang suami baru saja masuk ke dalam rumah.

"O Om ganteng!" seru Fawwaz saat melihat Azzam. Ia segera berlari ke arah Azzam.

Azzam merentangkan kedua tangannya untuk menangkap bocah berusia lima tahun itu, dan memeluknya serta di ciuminya.

Walaupun saat Azzam pergi Fawwaz masih berusia 2 tahun, tapi selama ini mereka sering ngobrol lewat video call, jadi Fawwaz tetap dekat dengan Om nya walaupun selama ini berada di tempat yang jauh.

"Dasar adik nakal. Pulang nggak bilang-bilang dulu," protes Aziza.

"Biar jadi kejutan katanya," sahut Haniyah.

Azzam melepas pelukannya pada Fawwaz, lalu beralih memeluk sang kakak sesaat dan bersalaman dengan Abiyan sang kakak ipar.

"Abiyan," panggil Haniyah pada anak mantunya.

"Iya, Ma." jawab Abiyan.

"Sebentar lagi temani adikmu melamar seorang gadis," ucap Haniyah.

"Wah. Kamu mau melamar seorang gadis, Zam?" seru Abiyan.

"Iya, Bang." jawab Azzam.

"Emang ada cewek yang mau sama kamu?" ledek Aziza.

"Adek kakak ini ganteng, banyak cewek yang ngantri," balas Azzam.

"Narsis!" cibir Ziza.

Malam ini menjadi malam yang penuh kehangatan bagi keluarga Azzam. Mereka bercengkerama, mendengarkan cerita Azzam selama di Kanada, sambil sesekali tertawa. Kehangatan keluarga yang telah lama dinanti, kini kembali menyelimuti rumah itu.

To be continued.

1
Nurul Safitri
sebener nya zahwa itu kmna ya ??
Nurul Safitri: innalillahi
farila: meninggal
total 2 replies
farila
lanjut Thor
𝐙⃝🦜༄𝓐𝓯⁹²༆c⃡ҽղͨτͨílM⃟3💋࿐
masuk pak ekooo... undaaaa cynkkkk
ᴍᴜsᴀғɪʀ_24434: muacchhh 😘😘😘
total 1 replies
farila
tetap semangat author
ᴍᴜsᴀғɪʀ_24434: makasih kak😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!