NovelToon NovelToon
Not The Main Actress

Not The Main Actress

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Riana, seorang pecinta drama, terkejut saat terbangun di tubuh Zahra, karakter utama dalam drama favoritnya yang terbunuh oleh suami dan selingkuhannya. Dengan pengetahuan tentang alur cerita, Riana bertekad mengubah nasib tragis Zahra.

Namun, Hal yang dia tidak ketahui bahwa setelah dia terlempar ke Tubuh Zahra alur cerita yang dramatis berubah menjadi menegangkan. Ini lebih dari perselingkuhan, Ini adalah petualangan besar untuk menyelamatkan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Riana, yang kini menjelma menjadi Zahra, melangkah dengan anggun menuruni tangga marmer menuju ruang makan. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi udara, bercampur dengan wangi vanila samar yang masih mengikutinya. Di meja makan yang mewah, Reyhan sudah menunggunya dengan senyum menawan.

"Kau tampak luar biasa pagi ini," puji Reyhan, matanya menelusuri tubuh istrinya yang dibalut gaun sutra berwarna biru muda.

Riana tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kewaspadaannya. "Terima kasih, sayang," balasnya lembut, mengambil tempat di seberang Reyhan.

Sarapan berlangsung dalam keheningan yang canggung. Riana mengamati Reyhan diam-diam, mencoba mencari tanda-tanda pengkhianatan. Namun, pria di hadapannya ini tampak begitu sempurna, begitu mencintainya. Sulit dipercaya bahwa dia akan berubah menjadi pembunuh kejam.

"Ada apa, Zahra? Kau tampak gelisah," tanya Reyhan tiba-tiba, membuyarkan lamunan Riana.

Riana tersentak, hampir menjatuhkan sendok yang dipegangnya. "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya... sedang memikirkan sesuatu."

Reyhan mengerutkan kening. "Apa yang kau pikirkan? Kau tahu kau bisa bercerita apa saja padaku, kan?"

Untuk sesaat, Riana tergoda untuk membuka kartu, untuk mengonfrontasi Reyhan tentang pengkhianatannya. Namun, akal sehatnya menang. Dia belum punya bukti apa-apa. Jika dia bertindak gegabah, bisa-bisa nyawanya terancam lebih cepat.

"Aku hanya berpikir... sudah lama kita tidak pergi berlibur berdua," Riana berimprovisasi. "Bagaimana kalau kita merencanakan liburan romantis?"

Reyhan tampak terkejut, tapi kemudian tersenyum lebar. "Ide bagus! Kita memang butuh waktu berdua. Bagaimana kalau ke Bali minggu depan?"

Riana mengangguk antusias, otaknya berputar cepat. Liburan bisa menjadi kesempatan bagus untuk menyelidiki Reyhan lebih dekat. "Sempurna! Aku akan mulai berkemas."

Setelah sarapan, Reyhan pamit untuk berangkat ke kantor. Dia mengecup Riana lembut sebelum pergi, meninggalkan aroma cologne mahal yang membekas di udara.

Begitu mobil Reyhan menghilang dari pandangan, Riana bergegas kembali ke kamar. Dia harus mulai mencari bukti, tapi harus berhati-hati agar tidak ketahuan.

Pertama-tama, dia memeriksa lemari pakaian Reyhan. Tidak ada yang mencurigakan di sana. Lalu, dia beralih ke laci meja kerja. Di antara tumpukan dokumen, dia menemukan sebuah amplop kecil. Jantungnya berdegup kencang saat membukanya.

Di dalam amplop itu ada selembar foto. Foto seorang wanita cantik berambut pirang yang sedang tersenyum ke arah kamera. Di bagian belakang foto tertulis: "Untuk Reyhan tersayang, dengan cinta, Olivia."

"Olivia," Riana bergumam, mengingat-ingat jalan cerita drama yang ditontonnya. Dalam drama itu, Olivia adalah sekretaris Reyhan yang menjadi selingkuhannya.

Riana mengembalikan foto itu ke tempatnya semula, memastikan semuanya tetap seperti sedia kala. Dia sudah mendapatkan petunjuk pertama. Kini, dia harus mencari tahu lebih banyak tentang hubungan Reyhan dan Olivia.

Siang itu, Riana memutuskan untuk mengunjungi kantor Reyhan dengan alasan membawakan makan siang. Dia ingin melihat langsung interaksi antara Reyhan dan Olivia.

Setibanya di kantor Reyhan, Riana disambut oleh seorang resepsionis ramah. "Nyonya Zahra! Senang melihat Anda di sini. Tuan Reyhan sedang rapat, tapi seharusnya sebentar lagi selesai."

Riana tersenyum, berusaha terlihat senatural mungkin. "Tidak masalah, aku akan menunggu di ruangannya saja."

Dia berjalan menuju ruangan Reyhan, matanya awas mencari sosok Olivia. Dan di sanalah dia, duduk di meja di depan ruangan Reyhan. Seorang wanita cantik berambut pirang, persis seperti di foto.

Olivia bangkit menyambut Riana dengan senyum profesional. "Selamat siang, Nyonya Zahra. Ada yang bisa saya bantu?"

Riana membalas senyumnya, mengamati Olivia dengan seksama. "Aku hanya ingin mengantarkan makan siang untuk Reyhan. Kau pasti Olivia, kan? Reyhan sering menceritakan betapa efisiennya dirimu sebagai sekretaris."

Sekilas, Riana melihat kilat aneh di mata Olivia saat nama Reyhan disebut. Namun, ekspresi itu cepat berganti menjadi senyum sopan. "Anda terlalu memuji, Nyonya. Saya hanya melakukan tugas saya sebaik mungkin."

Tepat saat itu, pintu ruang rapat terbuka dan Reyhan keluar bersama beberapa rekan kerjanya. Matanya berbinar melihat Riana.

"Zahra! Ini kejutan yang menyenangkan," katanya, menghampiri dan memeluk Riana erat.

Riana membalas pelukan itu, matanya melirik Olivia yang tampak sedikit gelisah. "Aku membawakanmu makan siang, sayang. Kupikir kita bisa makan bersama."

Reyhan mengangguk antusias. "Tentu! Ayo masuk ke ruanganku."

Sebelum masuk, Riana berpaling pada Olivia. "Senang berkenalan denganmu, Olivia. Semoga kita bisa mengobrol lebih banyak lain waktu."

Olivia hanya mengangguk kaku, matanya bergerak gelisah antara Riana dan Reyhan.

Di dalam ruangan Reyhan, Riana berusaha keras untuk bersikap normal. Mereka makan sambil mengobrol ringan, tapi pikiran Riana dipenuhi oleh interaksi yang baru saja dia saksikan.

"Oh ya, Zahra," kata Reyhan di sela-sela makan. "Minggu depan aku harus ke Singapura untuk urusan bisnis. Mungkin kita harus menunda rencana liburan kita."

Riana merasa jantungnya mencelos. Inilah kesempatan Reyhan untuk bertemu Olivia tanpa dicurigai. "Oh? Berapa lama?"

"Sekitar seminggu. Maaf ya, sayang. Aku janji akan menebusnya."

Riana memaksakan senyum. "Tidak apa-apa, aku mengerti. Pekerjaan memang penting."

Setelah makan siang, Riana pamit pulang. Dalam perjalanan pulang, otaknya bekerja keras menyusun rencana. Dia harus mencegah Reyhan pergi ke Singapura, atau setidaknya mencari cara untuk mengikutinya.

Sesampainya di rumah, Riana langsung menuju kamar dan membuka laptopnya. Dia harus mencari tahu lebih banyak tentang Olivia dan hubungannya dengan Reyhan. Sambil mengetik, aroma vanila kembali tercium samar, mengingatkannya akan situasi aneh yang sedang dihadapinya.

"Aku tidak akan menyerah," gumam Riana pada dirinya sendiri. "Aku akan mengubah akhir cerita ini, bagaimanapun caranya."

Malam itu, saat Reyhan pulang, Riana menyambutnya dengan senyum manis dan makan malam istimewa. Dia bertekad untuk membuat Reyhan jatuh cinta lagi padanya, untuk membuatnya melupakan Olivia.

Namun, saat mereka berbaring di tempat tidur malam itu, Riana tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi oleh rencana-rencana dan ketakutan akan masa depan yang tidak pasti. Dia tahu, permainan baru saja dimulai. Dan taruhannya adalah nyawanya sendiri.

Dengan tekad yang semakin kuat, Riana memejamkan mata, bersiap menghadapi hari esok dan tantangan-tantangan yang akan datang. Dia akan memastikan bahwa kali ini, sang istri tidak akan menjadi korban. Kali ini, dia yang akan memenangkan permainan ini.

1
martina melati
atoma vanila y bukan aroma bunga melati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!