Neil sudah meninggal, suami yang terobsesi padaku, meninggal dalam senyuman... menyatakan perasaannya.
"Jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu mati..." janjiku dalam tangis.
Bagaikan sebuah doa yang terdengar, kala tubuh kami terbakar bersama. Tiba-tiba aku kembali ke masa itu, masa SMU, 11 tahun lalu, dimana aku dan Neil tidak saling mengenal.
Tapi...ada yang aneh. Suamiku yang lembut entah berada dimana. Yang ada hanya remaja liar dan mengerikan.
"Kamu lumayan cantik...tapi sayangnya terlalu membosankan." Sebuah penolakan dari suamiku yang seharusnya lembut dan paling mencintaiku. Membuatku tertantang untuk menaklukkannya.
"Setan! Aku tau di bagian bawah perutmu, tepat sebelum benda pusakamu, ada tahilalat yang besar!" Teriakku padanya. Membuat dia merinding hingga, menghentikan langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manja
Willem Alexander Niel Andreas, pemuda berusia 18 tahun. Rupawan? Benar-benar rupawan, tapi kelakuannya bisa dikatakan sudah seperti setan.
Brak!
Salah satu orang siswa dari sekolah lain baru saja roboh setelah terkena satu pukulan. Ini menyenangkan, usai mendapatkan pendidikan militer oleh sang kakek, bukannya berubah lebih baik. Pemuda ini semakin sadis.
"Neil... tanganku kotor. Menjijikkan melihat mereka memar. Kita kembali saja ya?" Pinta keluh Akira yang berkelahi dengan tangan kosong.
"Ini menyenangkan!" Dwika tertawa, sama seperti Neil, membawa balok kayu, menghajar lebih banyak orang.
"Pulang sana! Kembali ke kelas yang membosankan." Neil mengernyitkan keningnya.
Srak!
Brak!
Dengan dua gerakan pemuda yang hendak menyerangnya dibanting olehnya. Berkelahi untuk kesenangan? Sejatinya dirinya tidak mengetahui alasan tawuran. Yang jelas mendengar anak-anak kelas satu yang ingin berangkat, dirinya bergabung tanpa alasan.
Akira, Dwika, Jenard, Triton, Sean, Hilton, dan pemimpin kelompok mereka Willem Alexander Niel Andreas. 7 orang dari keluarga terpandang, yang selanjutnya akan mendapatkan julukan 7 tuan muda yang paling termasyur di masa depan.
Tapi siapa sangka 3 diantaranya benar-benar nakal, di masa remaja mereka. Mengikuti tawuran semacam ini.
"Aku tetap disini, tapi kurangi tenaga kalian. Jangan sampai membunuh orang." Nasehat Akira, menghela napas kasar.
"Baik!" Jawab Dwika.
"Cerewet!" Neil tetap menyerang membabi-buta.
Tapi, terkadang ada penyusup dalam tawuran. Seseorang yang tidak diduga akan menyerangnya. Menganggap wanita ini hanya sekedar lewat tapi.
Gadis berseragam sekolah lawan, tiba-tiba memeluknya dari belakang."Kakanda... Neil sayang..."
Seketika Neil mencoba mendorongnya. Tapi gadis itu malah kembali memeluknya semakin menempel.
"Neil, dia siapa? Pacarmu?" Tanya Akira, melindunginya dari serangan.
"Lepas!" Neil berusaha mendorong Cheisia.
"Tidak mau! Ih Neil jahat, aku tuh cinta berat. Sini dong dekat-dekat, ku pegang erat-erat." Tapi gadis aneh ini kembali menempel.
"Cheisia!" Hazel muncul diantara kerumunan. Berusaha keras menarik Cheisia agar tidak memeluk pria yang bahkan tidak dikenalnya.
"Cheisia! Jangan Begini!" Hazel menarik Cheisia.
"Bawa pergi pacar gilamu!" Tegas Neil, melepaskan diri dari Cheisia.
"Gila?" Cheisia mengernyitkan keningnya."Willem Alexander Niel Andreas! Aku tidak gila! Karena kamu yang gila! Ikat aku, kurung aku di kamar! Ayo kita menikah..." Ucap Cheisia berlutut melamar suaminya sebelum waktu terulang.
Seketika tawuran terhenti, gadis paling cantik di sekolah mereka (Cheisia) melamar anak dari sekolah elite yang tengah terlibat tawuran? Segalanya terpaku diam, termasuk Neil.
"Kamu mau mati!?" Neil menodongkan balok kayunya tepat pada leher Cheisia yang berlutut.
"Aku mati karena lemas oleh cintamu." Sebuah jawaban yang bahkan membuat Hazel tidak dapat berkata-kata.
"Hah?" Neil masih terdiam sesaat, menghela napas kasar terlihat begitu dingin."Kamu lumayan cantik...tapi sayangnya terlalu membosankan." Sebuah penolakan terus terang dari Neil. Pemuda yang berbalik hendak melangkah pergi.
Tidak! Tidak boleh seperti ini, Neil tidak boleh menolaknya. Dirinya harus mencari perhatian satu-satunya orang yang paling dicintainya. Tapi bagaimana? Hingga ide gila tercetus, mengingat bagaimana panas hubungan mereka di ranjang sebelum waktu terulang.
"Setan! Aku tau di bagian bawah perutmu, tepat sebelum benda pusakamu, ada tahilalat yang besar!" Teriakan dari Cheisia membuat langkah Neil terhenti. Pemuda yang bahkan merinding mendengarnya.
"Cheisia?" Hazel menarik Cheisia, agar segera meninggalkan tempat ini. Sekaligus meminta penjelasan.
"Sebentar!" Cheisia menepis tangan Hazel."Willem Alexander Niel Andreas, aku bahkan tau, dimana saja titik kelemahanmu. Kamu tidak akan tahan untuk bercinta, jika aku menjilat bagian dada, telinga, perut, dan---"
Neil bergerak cepat, membungkam mulut Cheisia menggunakan tangannya."Tutup mulutmu! Atau aku akan membunuhmu." Bisiknya, benar-benar geram dengan kalimat erotis wanita ini.
Gadis yang mengangguk, melepaskan tangan Neil yang menutupi bibirnya."Aku akan diam, tapi kita janji bertemu besok di tempat ini ya? Aku akan dandan yang cantik." Ucap Cheisia centil, mengecup telapak tangan Neil. Membuat sang pemuda dengan cepat menarik tangannya.
"Da...da! Sayang!" Barulah Cheisia melangkah pergi, membuat tawuran yang awalnya seru terhenti. Semua orang dari sekolah swasta elite, mulai diam-diam membicarakan Neil. Sementara orang-orang dari sekolah negeri tempat Cheisia bersekolah, membicarakan gadis tercantik itu.
"Neil! Dia pacarmu?" Tanya Dwika, yang melihat tadi Neil terang-terangan menolak. Tapi sang gadis malah mengatakan rahasia yang tidak seharusnya diketahui.
Tapi tidak ada jawaban dari Neil. Pemuda itu hanya terdiam menatap tajam. Hingga semua orang yang mencibirnya menunduk.
Tak! Tak!
Neil menjatuhkan kayu yang dipegang olehnya, kemudian meninggalkan tempat tersebut. Pertanda tawuran bubar, orang-orang dari sekolah swasta elite itu meninggalkan lokasi.
Sementara siswa dari sekolah negeri yang sudah terdesak sebelumnya hanya dapat bernapas lega. Apa sebenarnya cikal bakal tawuran ini? Saling ejek via media sosial antara anak kelas 10 sekolah negeri dengan sekolah swasta tersebut. Hanya saja Neil yang memang ingin menyulitkan ayahnya, mengikuti tawuran.
*
Berbaring di gazebo rumahnya."Kalian tidak akan percaya, berani-beraninya ada stalker (penguntit ) yang melamar ku terang-terangan." Ucap Neil lagi.
Sementara Dwika dan Akira saling melirik, menghela napas berkali-kali. Bukankah tadi Neil begitu dingin? Tapi kenapa sekarang malah bagaikan remaja tersipu-sipu?
Hilton yang tengah bermain catur dengan Sean menghela napas kasar."Perlu aku memberi pelajaran pada penguntit itu. Bukankah dia bahkan tau letak tahilalatmu? Dia mungkin memasang kamera tersembunyi di tempat yang tidak seharusnya."
"Jangan! Justru aku penasaran bagaimana dia bisa tahu. Dia mungkin begitu menyukaiku hingga diam-diam mengikutiku kemana-mana. Tentang pelajaran! Biar aku yang memberikan pelajaran padanya." Ucap Neil bangkit dari sofa panjang tempatnya berbaring.
Sementara Jenard yang tengah bermain biliar menggeleng sembari tersenyum-senyum sendiri.
"Neil kenapa? Tidak biasanya raut wajahnya tidak karuan seperti itu..." bisik Triton yang juga tengah memegang tongkat biliar.
"Neil mengatakan akan memberi pelajaran pada seorang gadis kecil yang berani melamarnya di depan umum." Jenard menghela napas, kembali berhasil memasukkan bola pada lubang.
"Pelajaran!? Apa Neil akan menghancurkan hidupnya?" Tanya Triton mengetahui sifat temannya.
"Mungkin..." Jenard tertawa kecil, untuk pertama kalinya Neil tertarik pada seorang wanita. Menghancurkan hidupnya? Tentu saja mungkin. Jika selaput dara itu robek. Benar-benar fikiran kotor yang membuat Jenard kali ini gagal memasukkan bola biliar.
"Giliranku." Triton terkekeh.
Sementara Neil menghela napas kasar, mengepalkan tangannya mengingat remaja yang memeluknya dari belakang. Kemudian melamarnya di hadapan umum, ditambah mengatakan terang-terangan tentang tahilalat. Itu sudah pasti wanita itu merupakan penguntit.
Tapi... mengapa begitu cantik? Dengan cepat Neil kembali menggeleng. Dirinya tidak akan pernah bertemu wanita aneh itu lagi.
*
"Aku mau pindah sekolah!" Teriak Cheisia merengek pada kedua orang tuanya. Menangis di lantai bagaikan anak kecil.
Satu hal yang disadarinya dari kehidupan lalu, dulu dirinya berpura-pura dewasa dan tegar. Ingin mandiri agar kedua orang tuanya memperhatikan dan bangga padanya. Tapi karena itu dengan mudah Bianca melakukan berbagai tuduhan palsu dan bertingkah manja pada kedua orang tuanya.
Tapi kali ini tidak! Dirinya akan berpura-pura bodoh, tidak memiliki ambisi dan tidak bersalah.
"Cheisia tidak bisakah kamu lebih dewasa seperti Bianca!?" Tanya Sela (ibu Cheisia) memijit pelipisnya sendiri.
"Tidak..." Jawab Cheisia polos, tangisannya terhenti sejenak. Namun, sesaat kemudian kembali merengek."Pokoknya aku mau pindah sekolah! Ingin bertemu dengan Neil, dialah cinta sejati ku!"
"Siapa Neil?" Tanya Sela pada Bianca.
"Tidak tau, tapi sepertinya anak berandalan yang mendekati kakak." Bianca tertunduk bagaikan anak baik-baik.
"Cheisia..." Kalimat sang ibu yang ingin putri kandungnya berhenti merengek disela.
"Apa? Apa ibu tidak sayang aku lagi? Aku janji akan menyayangi Bianca seperti adik kandungku. Aku mohon..." Sang anak kembali memasang raut wajah manis dengan mata berkaca-kaca. Membuat sang ibu tidak kebal dengan pesonanya.
Lagian pikiran orang sukses kebanyakan ga sempet ngurusin hidup orang lain mending dia ngembangin bisnis, ngumpul cari koneksi ngomongin hal penghasil cuan drpd cuma ngurusin hidup sm masalah orang, target pasar mu salah mbak bi 😅
kakanda katanya🤣🤣🤣🤣
kopi sudah otewe ya 👍💕😍