Lihat, dia kayak hantu!"
"ia dia sangat jelek. Aku yakin sampai besar pun dia akan sejelek ini dan tidak ada yang mau mengadopsinya."
"Pasti ibunya ninggalin dia karena dia kutukan."
"Coba lihat matanya, kayak orang kesurupan!"
"iya ibunya membuangnya Karena pembawa sial." berbagai macam cacian dan olokan dari teman-temannya,yang harusnya mereka saling mengerti betapa sakitnya di buang tetapi entah mengapa mereka malah membenci Ayla.
Mereka menyembunyikan sendalnya, menyiramkan air sabun ke tempat tidurnya, menyobek bukunya, bahkan pernah mengurungnya di kamar mandi hingga tengah malam. Tapi Ayla hanya diam,menahan,menyimpan dan menelan semua dengan pahit yang lama-lama menjadi biasa.
Yang paling menyakitkan adalah bahwa tidak ada satu pun orang dewasa di panti yang benar-benar peduli. Mereka hanya melihat Ayla sebagai anak yang terlalu pasrah. Kalau ia dibully, itu pasti karena ia sendiri yang terlalu lemah.
Di sekolah, semuanya lebih buruk lagi..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widya saputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Yang Tumbuh Diam-Diam
1 tahun kemudian,rumah harapan kini jauh lebih besar daripada saat pertama berdiri. Bangunan utama dicat warna krem dengan atap merah, dan halaman luas dipenuhi tanaman yang dirawat anak-anak. Ada ruang belajar, perpustakaan kecil, lapangan bermain, bahkan kebun sayur yang diurus bersama.
Ayla mengelola semuanya dengan telaten. Nina, yang kini pengacara terkenal, membantu dari sisi hukum dan donasi. Rani semakin sibuk mengadakan program sosial keliling desa-desa,kota bahkan ia mulai merambat ke luar negeri.
Di tengah semua itu, Arman kakak angkat Nina mulai sering terlibat dalam kegiatan panti. Ia membantu mengurus program pendidikan anak-anak, mengajar bahasa Inggris, dan kadang mengajak mereka piknik ke luar kota.
Awalnya Ayla dan Arman hanya berbicara soal panti. Namun, semakin sering bekerja sama, mereka mulai saling memahami satu sama lain.
Ayla suka melihat Arman bercanda dengan anak-anak, menggendong si kecil yang menangis, atau membetulkan mainan yang rusak.
Suatu sore di teras panti, mereka duduk berdua setelah acara membaca cerita.
"Kamu tahu, Ayla kalau saja aku tinggal di Indonesia sejak dulu, mungkin aku sudah mengenalmu lebih cepat." Kata Arman
"Kalau kita bertemu lebih cepat, mungkin aku belum siap untuk begini."Jawab Ayla tersenyum canggung.
"Begini?" Tanya Arman penasaran
"Untuk percaya sama orang baru dan bisa dekat."
"Pasti beda sih. Mungkin juga aku bisa membantu kamu disaat kamu butuh bantuan tempo hari."
"Tapi sayangnya kamu nggak ada."
Mata mereka bertemu, tapi Ayla buru-buru memalingkan wajah, menatap anak-anak yang berlarian di halaman. Ada sesuatu yang berdesir di dadanya perasaan yang dulu tak pernah ia izinkan tumbuh.
Beberapa minggu kemudian, Arman datang ke kantor Ayla membawa kabar mengejutkan.
"Ayla, aku mau ngajak kamu liburan. Ke luar negeri."
"Kemana?" Tanya Ayla yang masih sibuk dengan berkas di mejanya
"Ke Canada,dimana aku besar. Disana ada kakek dan nenekku." Jawab Arman merasa ragu karena takut Ayla Tidka mau.
"Apa? Aku nggak bisa pergi. Rumah Harapan.." Kata-kata Ayla menggantung.
Nina dan Rani sudah setuju. Mereka yang akan mengurus sementara. Aku sudah bicara sama mereka."
Ayla ragu, tapi dorongan hati membuatnya akhirnya mengangguk. Ini kesempatan pertama ia keluar negeri.
"Baiklah. Kapan kita pergi?" Tanya Ayla yang akhirnya mau diajak ke Canada.
"Akhir pekan." Jawab Arman kegirangan.
"Baiklah."
*
Begitu pesawat mendarat, Ayla terpesona oleh hamparan salju yang putih dan langit biru pucat. Arman membawanya ke rumah keluarganya, memperkenalkan sebagai “teman spesial” kepada neneknya yang hangat dan ramah.
"Siapa dia?" Tanya Tante Arman,saudara dari papanya. Sangat terlihat jelas kalau Tante Arman tidak suka dengan kehadiran Ayla
"Dia temanku Tante,lebih tepatnya teman spesial." jawab Arman tegas
"Dia asli mana? Pekerjaannya apa?" pertanyaan demi pertanyaan di ajukan oleh Tante Arman.
"Dia sahabat Nina Tante."
"Oh jadi sia sahabat anak pungut itu,berarti dia juga sama dong berasal dari panti asuhan dan tidak jelas siapa orang tuanya." Tante Arman sangat merendahkan Ayla
"Tante! tante jangan bicara sembarang kalau tidak tahu yang sebenarnya." Ayla hanya diam melihat sikap Tante Arman itu
"Ada apa ini? Loh Arman? Kapan sampai nak?" ditengah perdebatan Arman dan tantenya,nenek Arman Ms. Veronica keluar dari kamar.
"Nenek." Arman lalu menghampiri neneknya mengajak Ayla.
"Siapa gasi cantik ini?" Tanya Ms. Veronica
"Dia teman Arman nek dari Indonesia." Tampaknya Ms. Veronica suka dengan Ayla,dengan caranya saja bicara sangat jelas kalau dia menerima Ayla tidak seperti Tantenya.
"Saya Ayla nek." Ayla memperkenalkan diri,ya sudah pasti bicaranya pakai bahasa inggris ya.
"Nama yang cantik seperti orang ya."
"Tapi nggak jelas asal usulnya ma,dia tu anak panti sama seperti Nina si anak pungut itu." Potong Tante Arman
"Tante stop ya. Aku tidak suka Tante terlalu banyak ikut campur urusanku." Bentak Arman
"Kamu berani bentak Tante demi wanita ini?" Tunjuk Tante Arman pas di depan wajah Ayla
"Angel stop!" Teriak nenek Arman.
"Hargai tamu Arman. Dan kamu,buat apa kamu kesini?" angel memang tidak tinggal dirumah itu,dia sudah mempunyai rumah sendiri sejak menikah. Tetapi dia iri dengan Arman karena rumah itu akan diserahkan pada Arman ketikan neneknya sudah tidak ada sedangkan dia hanya di berikan rumah yang lebih kecil dari rumah utama itu.
"Ma,apa salah aku kesini?" Semua malah pergi meninggalkan Angel yang masih kesal.
Nenek dan kakek Arman asli Canada jadi mereka menetap disana,sedangkan orang tuanya di Indonesia.
keesokan harinya mereka mengunjungi danau beku, berjalan di tengah hutan pinus bersalju, dan makan malam di restoran kecil yang menghadap kota berlampu. Di momen itu, Arman membuka hatinya.
"Ayla… kamu tahu nggak? Sejak pertama kali kita ketemu di panti , aku ngerasa aku harus jagain kamu."
"Kenapa?" Ayla terkejut dengan kata-kata Arman
"Karena kamu kuat, tapi aku lihat di matamu, kamu pernah terluka parah. Dan aku nggak mau ada lagi yang bikin kamu sakit." Kata Arman meyakinkan Ayla
"Ya kalau aku kuat nggak perlu di jagain." Kata Ayla dengan tenangnya
"Bukan itu maksud aku,aku mau menjaga kamu selamanya bukan sebagai teman tapi lebih dari itu." Arman begitu yakin bisa meluluhkan hati Ayla
Ayla hanya bisa menunduk, merasa dadanya sesak oleh rasa yang campur aduk takut, haru, dan bahagia.
Hari ketiga di Canada, Ayla menerima telepon dari Rani. Ada masalah di Rumah Harapan salah satu anak jatuh sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Ayla panik, ingin pulang saat itu juga, tapi Arman menenangkannya.
"Ada apa?" Tanya Arman melihat Ayla gelisah
"Aku ingin pulang?" Jawab Ayla
"Kenapa tiba-tiba mau pulang?"
"Ada masalah di rumah harapan,salah satu anak jatuh sakit."
"Kita pulang besok pagi. Aku akan ikut.” Ayla hanya mengangguk
Di bandara keesokan harinya, Ayla melihat sisi lain Arman seseorang yang bisa cepat mengambil keputusan, melindungi, dan siap berdiri di sisinya saat masalah datang.
Sesampainya di Indonesia, mereka langsung ke rumah sakit. Anak itu akhirnya sembuh berkat perawatan cepat. Ayla memeluk Rani dan Nina, merasa bersyukur punya mereka.
Di halaman panti malam itu, Arman berdiri di samping Ayla.
"Kamu tahu aku nggak cuma jatuh cinta sama kamu, tapi juga sama semua yang kamu perjuangkan."
"Tapi aku ragu dengan keluarga kamu di Canada." Ucap Ayla
"Tidak usah memikirkan Tante Angel,dia memang begitu."
"Kalau begitu kamu harus siap jatuh cinta sama ratusan anak lain di masa depan."
Mereka tertawa, tapi tatapan mata mereka malam itu menyimpan janji tak terucap tentang masa depan yang mungkin akan mereka bangun bersama.
Bersambung...