Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Baik
Keesokan paginya, jam menunjukkan pukul 07.31 WIB. Bening mengerjapkan matanya, menatap jendela kaca yang sudah terang benderang di balik gorden putih tipis itu.
Ponsel Bening berdering keras. Dengan cepat, Bening meraih ponsel yang berada di sebelahnya. Tertera nomor baru tanpa nama di layar. Ia ragu untuk mengangkatnya, namun akhirnya memberanikan diri. Takut jika ada hal penting terjadi di rumah orang tua atau keadaan kakaknya.
“Halo, benar ini dengan Nona Laut Bening Xhabiru?” tanya suara di seberang telepon.
“Ya, saya sendiri. Ada apa?”
“Nona Laut, kami ingin menyampaikan bahwa Anda diterima sebagai jurnalis di perusahaan Citra Media. Besok Anda sudah mulai bisa bekerja. Kantor kami beroperasi mulai pukul 09.00 WIB. Untuk lebih jelas akan disampaikan ketika Nona Laut mulai bekerja besok,” jelas seseorang di sana.
“Benarkah? Baiklah, terima kasih,” ucap Bening dengan gembira.
Ia akhirnya terbangun dengan kabar bahagia, membuatnya lupa dengan kejadian semalam. Bening bangun dari tempat tidurnya dan berjingkrak-jingkrak kegirangan.
Di tengah badai yang sedang menerpanya, ternyata terbit kapal kebahagiaan baru yang bisa membuat Bening ceria kembali.
Bening menghela napas setelah puas berjingkrak. Dengan tersenyum lebar, ia membayangkan pekerjaan pertamanya sesuai dengan cita-citanya sejak dulu.
Beberapa waktu kemudian, lamunan kebahagiaan itu buyar karena suara bel kamar yang berbunyi. Bening berjalan membuka pintu. Wajahnya berubah lesu kembali karena membayangkan seorang di balik pintu itu kemungkinan besar adalah Segara, laki-laki yang paling dibencinya saat ini.
Sesampai di depan pintu, Bening berhenti sebentar. Ia mengatur napasnya sekali lagi. Rasanya tidak ingin membuka pintu itu. Namun akhirnya, ia membukanya juga.
Bening mengangkat alisnya. Bukan Segara, melainkan seorang laki-laki yang belum pernah ia temui, mungkin. Tapi terasa agak familiar.
“Nona, saya Shaka, asisten pribadi Pak Segara. Pak Segara meminta saya untuk mengajak Nona pulang ke mansion,” kata Shaka menjelaskan segera, karena melihat kebingungan di wajah Bening.
“Oh, baiklah,” kata Bening tanpa bertanya lagi.
Bening sebenarnya ingin pulang ke rumah orang tuanya. Tapi dengan kepulangannya, sudah pasti membuat ayah dan bunda bertambah sedih karena tahu Bening tidak sanggup menjalani pernikahan itu.
Bening menggigit bibirnya. Sekali lagi, ia membiarkan dirinya mengikuti alur kehidupan ini. Dengan alasan demi keluarganya pula.
‘Baiklah, gue akan melihat kondisi di mansion lelaki sialan itu. Kalau dia macam-macam, gue akan kabur!’ Bening membatin dengan tegas.
“Apa barang-barang Nona Bening sudah siap semua?”
“Ya, sudah.”
“Baik, beberapa orang akan membawanya. Silakan ikuti saya, Nona,” kata Shaka sambil memberikan jalan untuk Bening.
“T-tapi saya belum bersiap dan belum mandi,” ucap Bening yang merasa keberatan.
“Pak Segara sudah menunggu, Nona. Anda bisa langsung mandi setelah sampai di mansion,” ujar Shaka yang tidak ingin kena getah kemarahan Segara jika telat menjalankan perintah.
“Baiklah,” balas Bening akhirnya menuruti permintaan Shaka.
...🍎🍎🍎...
Mobil yang ditumpangi Bening sudah melaju hampir satu jam lamanya. Bening beberapa kali melihat jam di ponselnya. Ia segan untuk bertanya pada Shaka yang duduk di kursi sebelah supir mereka.
“Nona Bening, harap bersabar, kita akan sampai sekitar 15 menit lagi,” kata Shaka seakan tahu kegelisahan istri atasan sekaligus temannya itu.
“Oh, baiklah.”
Bening tidak lagi melirik jam, ia mengalihkan perhatiannya pada jalan yang semakin indah. Rumah dan kendaraan sudah jarang terlihat. Di kedua sisi jalan, banyak terdapat hamparan bunga dan pohon-pohon hijau yang seperti selalu terawat. Bening berkali-kali merasa terkesima melihat pemandangan alam yang menurutnya begitu menakjubkan itu.
“Pak Shaka, apakah bunga-bunga ini tumbuh dengan sendirinya?” tanya Bening yang tidak tahan menyimpan rasa penasarannya.
“Tentu tidak, Nona. Setiap tanaman di sini dirancang oleh pengurusnya.”
“Wah! Pasti pemilik tempat ini sangat kaya,” gumam Bening takjub.
“Pemiliknya suami Anda, Nona,” ucap Shaka sambil tersenyum kecil. Bening terbelalak mendengar jawaban Shaka. Ia tahu suaminya kaya raya, namun masih tidak menyangka kekayaannya sedemikian rupa.
Belum selesai dengan keterpanaannya pada setiap hamparan tumbuhan cantik, mobil mereka menuju mansion unik yang mewah. Mansion itu terletak di tengah-tengah alam indah. Bangunannya berbentuk balok dan seolah tersusun tiga bagian. Dua balok bangunan di bagian bawah, lalu satu balok mewah lainnya berada di atas. Susunannya bagai pola segitiga. Di depan mansion terdapat dua kolam besar yang jernih dan terawat. Dua kolam itu dipisahkan oleh jalan lurus yang menuju pintu utama mansion.
Shaka membuka pintu mobil dan mempersilakan Bening untuk keluar.
“Waaahh!!” Bening tak bisa berhenti terkesima melihatnya. Ia seperti melihat bangunan di cerita fiksi. Ia baru tahu jika di ibu kota terdapat tempat terpencil namun juga seindah ini.
“Nona, Pak Segara sudah menunggu di dalam,” ujar Shaka mengingatkan seraya mempersilakan Bening untuk masuk ke mansion. Mendengar nama Segara, membuat Bening mendadak resah. Ia seketika mengingat kejadian semalam di mana Segara merendahkan harga dirinya. Bening menghentikan langkah dan segan untuk masuk.
“Apa ada masalah, Nona?” tanya Shaka yang bingung melihat Bening berhenti melangkah. Ia melihat wajah Bening yang memerah dan nampak sedang menahan amarah.
“Saya boleh berjalan-jalan di luar dulu?” tanya Bening ingin mengulur waktu.
“Baiklah, saya akan pergi melaporkan pada suami Anda,” ujar Shaka. Bening menganggukkan kepalanya dan merasa lega.
...🍐🍐🍐...
Shaka meneruskan langkah, melihat Segara yang duduk di sofa sambil membaca buku keuangan. Ia tahu ada bunyi langkah kaki mendekat, namun ia tidak melirik. Itu pasti Bening, pikirnya.
“Bumi Segara, apa yang lo lakukan pada gadis itu?” tanya Shaka membuat Segara dengan cepat menoleh.
Segara memutar bola matanya, celingak-celinguk mencari seseorang. Putaran bola matanya lalu berhenti, melihat Shaka dengan penuh tanda tanya.
“Apa maksudmu? Dimana dia?” Segara balik bertanya.
“Dia nggak mau ketemu lo dan gue nggak tahu apa yang sudah lo lakukan ke gadis kecil itu,” tanya Shaka menyelidik.
Segara membuang wajahnya. Ia baru tahu wanita itu pendendam dan begitu marah padanya. Ia kira pemandangan mansion mewah ini dapat memudarkan emosi Bening.
“Dia adalah korban pernikahan lo juga, kawan. Jika lo nggak bisa berlaku baik, setidaknya jangan menjadi orang jahat untuknya,” ungkap Shaka membuat Segara terdiam sesaat.
“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Segara.
“Meminta maaf barangkali, tapi kalau lo bisa. Gue yakin sih nggak akan keluar dari mulut lo,” kata Shaka dengan nada berhati-hati karena sadar kalimatnya sudah teramat tajam untuk lelaki itu.
“Suruh dia ke sini dan kau bisa pulang sekarang,” kata Segara.
Shaka menurutinya dan langsung berjalan keluar. Lalu melihat Bening yang sedang terpana melihat kupu-kupu yang sedang berterbangan mengitari bunga-bunga berwarna kuning.
“Nona, Anda sudah bisa menerkamnya sekarang,” ujar Shaka pada Bening.
Shaka lalu bergegas pergi meninggalkan Bening yang melongo mendengar ucapannya. Bening berusaha mencerna ungkapan itu dan akhirnya ia tahu maksudnya.
Bening menyeringai lalu berjalan ke arah pintu mansion. Ia memasuki isi mansion itu satu demi satu langkah. Melihat sekeliling ruangan yang tertata rapi dengan barang-barang mewah di sana.
“Kamu mau makan apa?” tanya seseorang yang tidak lain tidak bukan adalah Segara. Bening terhenyak karena Segara yang tiba-tiba muncul di tangga tepat di atas kepalanya.
“Apa saja,” balas Bening.
“Baiklah, makananmu akan jadi 30 menit lagi. Kamarmu ada di atas. Bersihkan dirimu di sana,” kata Segara. Seolah tidak terjadi apa-apa, keduanya hanya terlihat saling canggung kembali. Bening pergi menuruti tanpa membantah.
Segara pergi ke dapurnya. Ia mengambil dua buah daging segar, alpukat, kentang, bombay, dan daun kale hijau. Segara mulai memainkan pisau di tangannya, memotong bahan makanan yang akan ia olah. Membiarkan api menyala di kualinya dan dengan hati-hati membalik daging mahal itu.
...🍇🍇🍇...
makasih banget dee
update, bab ini sangat kenyang
bab ini sangat pendek sedikit😁
ok thax u🙏
karya mu sangat bagus thor,
ga gersang
bening²😆
berani negur segara langsung😅
tapi segara masih cuek guys😂
thx u thor 🙏