NovelToon NovelToon
Jejak Sang Killer

Jejak Sang Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ari Wulandari

Ketika sebuah video mengerikan yang menampilkan mayat manusia yang disiksa dan dibunuh diunggah di internet, polisi tidak memiliki petunjuk apapun mengenai siapa sebenarnya sang pelaku. Mereka meminta bantuan Agam, seorang profiler jenius yang juga seorang profesor termuda di salah satu universitas terkemuka.
Agam menerima tantangan itu. Namun ia tidak menyangka bahwa kasus ini akan membawanya ke masa lalunya yang kelam. Adiknya, Fahmi, menghilang secara misterius beberapa tahun yang lalu, dan sampai detik ini Agam tidak pernah tahu bagaimana nasib adiknya itu.
Apakah ada kaitan antara pembunuh berdarah dingin yang mengunggah video-video maut itu dengan hilangnya Fahmi?
Demi bisa mengungkap segalanya, Agam harus berhadapan dengan kebenaran yang mengejutkan dan menakutkan, sebelum nyawanya sendiri menjadi taruhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ari Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu | A New Post

MURDER.

“Atau dalam arti lainnya adalah pembunuhan.” Agam Zein Al Faqih, seorang profiler kejahatan yang bekerja di Seoul, Korea Selatan, sekaligus merangkap sebagai dosen psikologi kriminal ternama di Universitas Sungkyunkwan, memulai jalannya kuliah.

Agam berdiri di depan para mahasiswanya, yang kemudian kembali membaca kata ‘Murder’ yang ditampilkan di layar proyeksi besar dengan suara serak. Tenggorokannya memang agak sedikit sakit akibat padatnya jadwal mengajar yang ia miliki. Bahkan tak jarang area kantung matanya sering menghitam karena kurangnya istirahat.

“Menurut hukum pidana, murder, atau pembunuhan, biasanya dapat diklasifikasikan menjadi pembunuhan biasa, pembunuh dalam lingkar keluarga, pembunuhan bayi, pembunuhan yang dilakukan berdasarkan kontrak atau bayaran, serta pembunuhan yang juga melibatkan tindakan pemerkosaan.”

Para mahasiswa yang mendengarkan nampak begitu fokus. Tak hanya pandangan mereka, jari-jari mereka bahkan juga sibuk mencatat setiap perkataan yang dilontarkan oleh Agam. Namun, ketika Agam mengisyaratkan untuk beralih ke halaman seratus delapan puluh enam dalam buku teksnya, suasana yang tadinya hening seketika berubah.

Suara kertas yang dibolak-balik mulai terdengar di sepanjang ruangan, menandakan antusiasme para mahasiswa dalam mencari informasi lebih lanjut. Mereka membuka buku teks mereka dengan cepat, mencari halaman yang dimaksud oleh Agam.

“Jadi, apa karakteristik dari pembunuhan massal, atau umumnya kita sebut sebagai pembunuh berantai?” Agam kembali melanjutkan kalimatnya, usai melihat para mahasiswanya menemukan lembar halaman yang ia maksud. “Triad MacDonald. Sebuah karakteristik yang sering melibatkan seperangkat tiga faktor. Yaitu termasuk kecenderungan kekerasan terhadap binatang, keinginan terus-menerus untuk mengobati penyakit kepala dan gangguan kejiwaan serta perilaku voyeuristik atau pelecehan seksual.”

Para mahasiswa yang sebelumnya masih antusias mendengarkan kuliah dengan penuh perhatian, tiba-tiba terlihat menegang. Ekspresi wajah mereka berubah menjadi sedikit kaku, dan sebagian besar dari mereka terlihat saling berbisik-bisik dengan raut wajah cemas yang menyelinap ke permukaan. Fokus mereka pun teralihkan pada ponsel masing-masing, suatu hal yang amat tidak biasa terjadi selama Agam memberikan kuliah. Agam, sang dosen, memiringkan kepalanya dengan keheranan yang jelas terpancar dari matanya.

“Ada apa ini? Tampaknya ada sesuatu yang mengganggu kalian, sehingga tak bisa fokus pada mata kuliah yang saya bawakan.”

Agam mengira suaranya terdengar biasa saja saat ia mengajukan pertanyaan, namun sepertinya para mahasiswa tersebut salah menanggapi. Ekspresi mereka mendadak canggung, mengira bahwa Agam sedang marah saat ini.

Suasana kelas menjadi hening sejenak. Sampai akhirnya seorang mahasiswa yang duduk di barisan paling depan, dengan berani mengangkat suaranya, memecahkan kebekuan yang sempat menyelimuti ruangan.

“Kami mohon maaf sebelumnya, Prof. Namun sejujurnya kami semua sangat terganggu mengenai kasus yang tengah viral saat ini.” Tuturnya.

“Kasus? Yang Viral?” Agam mengulang kalimat yang diucapkan oleh mahasiswanya, dengan pandangan tak mengerti.

“Ya, Prof. Ada sebuah postingan yang bisa dibilang cukup menghebohkan di situs komunitas online kemarin malam. Judulnya adalah ‘Bagaimana caranya membunuh kucing’. Kami kira itu hanya sebuah postingan biasa dengan judul yang mengada-ada. Tapi saat kami menontonnya, isi videonya sangat mengejutkan. Seseorang dalam video tersebut tengah membunuh seekor anak kucing.”

“Apa yang dikatakan Yun-su itu benar, Prof,” sahut mahasiswa lain, membenarkan. “Anak kucing yang malang itu bahkan ditempatkan di dalam kantong kompresi, dan ugh … ya ampun, rasanya kalau mengingat kembali perut saya jadi mual, Prof.”

“Karena itu, Prof, semua orang tidak berhenti membicarakannya. Konten yang diperlihatkan sudah sangat mengganggu kenyamanan khalayak ramai, sekaligus memancing kemarahan dari para komunitas pencinta hewan. Nama akunnya kalau tidak salah adalah ‘Killer’. Entah apa motifnya menggunakan nama menyeramkan itu. Tapi sepertinya dia sengaja agar terlihat mencolok. Dan anehnya lagi, saat kami mencarinya di situs pencarian, videonya sudah tidak ada.”

‘Hemm … Killer, ya?’ Agam membatin dalam diamnya. Dalam dunia kriminal memang ada beberapa orang yang memiliki jiwa psikopat dengan menyiksa binatang. Tapi dengan sengaja memamerkan tindakannya itu, Agam merasa bahwa orang ini tak hanya sekedar psikopat tapi juga punya jiwa narsistik nya.

“Kalau menurut tanggapan Anda sendiri, Prof? Apakah kita bisa memberikan hukuman yang cukup berat pada pelaku tersebut? Soalnya seram juga kalau kita membiarkan orang semacam dia bebas berkeliaran di negara kita.”

“Yah, mungkin saja,” kata Agam, dengan kalimat ambigunya, yang membuat para mahasiswa kembali di buat bingung. “Dibandingkan dengan negara-negara lain, hukuman di negara ini terhadap penganiaya hewan faktanya adalah sangat lemah. Ada banyak sudut pandang yang berbeda, dan sampai sekarang pun masih di perdebatkan. Meskipun tertangkap, hukuman yang dijatuhkan tak sebanding dengan nyawa para hewan yang telah tewas di tangan mereka. Meski sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa penyalahgunaan hewan seringkali terkait dengan kejahatan terhadap manusia lainnya, dan memiliki hubungan yang mendalam dengan kasus kekerasan dan pembunuhan, faktanya adalah mereka takkan dijatuhi hukuman yang serius.”

Spontan para mahasiswa bersorak dengan nada kekecewaan. Bukan pada Agam, melainkan pada hukum yang berlaku di negara mereka.

“Akan tetapi …,” lanjut Agam, di tengah-tengah sorakan para mahasiswanya. Mengangkat tangan kanannya ke udara, sebagai isyarat meminta mereka semua untuk tenang sejenak. “Kalian semua bisa mencegah hal itu tersebut terulang kembali. Yaitu dengan belajar lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan juga orang-orang yang berada di sekeliling kalian. Ingatlah ini baik-baik. Penyalahgunaan hewan, bisa menjadi bentuk latihan. Jika boleh saya katakan, bagi seorang pembunuh di masa depan.”

Ruangan kelas seketika hening.

***

Agam merasa lega setelah menyelesaikan jam mengajarnya. Selama seminggu ia sibuk dengan materi pengajaran dan mahasiswanya, sehingga ia sangat menghargai waktu luangnya untuk bersantai. Apalagi besok adalah akhir pekan yang ia tunggu-tunggu. Ia sudah merencanakan sejak lama untuk mengunjungi Waduk Yedang di Chungcheongnam-do. Ramalan cuaca menyatakan bahwa besok akan cerah dan itu kesempatan yang bagus untuk memancing sambil melepas penat karena pekerjaan.

Meskipun begitu, Agam masih terbayang-bayang cerita dari beberapa mahasiswanya tentang video viral pembunuhan anak kucing. Dan kejadian itu baru saja terjadi kemarin.

Penyalahgunaan hewan memang sering terjadi di sini, tetapi jarang ada yang se-viral ini. Hal itu membuat Agam penasaran, sehingga ia mencari tahu lebih banyak tentang ‘Cat Murder’ di ponselnya, saat ia menuju ruangannya.

“Wow,” Agam terkejut melihat hasil pencariannya. “Orang ini ternyata bukan hanya sekali memposting. Ada lebih dari lima postingan. Dan yang kemarin itu mungkin yang keenam. Tapi sudah dihapus.”

Agam menyaksikan video-video itu satu per satu dengan teliti. Ia merasa heran mengapa hanya postingan kemarin yang viral. Padahal ada banyak postingan lain yang sama menjijikkannya. Hal ini seharusnya bisa ditindak secara hukum jika ada yang mau mengurusnya. Yang membedakan postingan-postingan dari akun itu adalah cara pelaku membunuh kucing-kucingnya. Pada awalnya ia tampak canggung dan sistematis, tetapi kemudian ia semakin terampil dan terorganisir di postingan-postingan selanjutnya.

“Selamat siang, Profesor Agam,” ucap wanita muda itu, yang bertubuh gempal dan berambut cepol tinggi. Kacamata bulat bening membingkai wajahnya yang selalu ceria setiap kali bertemu atau lewat di depan Agam.

Agam menoleh dari layar ponselnya. “Oh, Nona Shin. Selamat siang juga. Seperti biasa, kau sangat membantuku di kelas hari ini. Terima kasih banyak.”

Nona Shin, atau Shin Hye Ra, adalah asisten pengajar Agam untuk mata kuliah psikologi kriminal, yang juga mengurus daftar hadir dan tugas-tugas. Usianya hanya dua tahun lebih muda dari Agam.

Shin Hye Ra tertawa. “Jangan bilang begitu. Ini kan sudah tugas saya. Ngomong-ngomong, Anda mau ke ruangan Anda, Prof?”

“Ah, iya … itu rencananya …” Ponsel Agam berdering tiba-tiba. Ada notifikasi dari postingan baru akun yang baru saja ia intip.

“Killer?” Agam bergumam, penuh heran.

Shin Hye Ra yang berdiri dekat Agam, kebetulan mendengar gumaman Agam. “K … Ki … Killer?”

Rupanya Shin Hye Ra juga tahu tentang rumor pemilik akun viral bernama Killer itu.

“Prof, apa ‘Killer’ mengunggah postingan baru?”

Agam tidak menggubris pertanyaan Shin Hye Ra. Matanya masih terpaku pada layar ponselnya. Di sana ada postingan baru dari ‘Killer’ dengan judul yang mengerikan.

A New Post!

[ Bagaimana Caranya Membunuh Manusia ]

***

1
Kirana~
Sedikit koreksi.
Tidak boleh memegang mayat tanpa sarung tangan. Selain dapat merusak barang bukti dengan sidik jari, bisa juga tertular penyakit dari mayat.
haku gaming
reccomended bnget buat yang suka novel detektif dgn jln cerita yang beda!
love it!
haku gaming
kasian agam, kyk kena panik attack gitu gak sih?
Adam zaheer
dududu...lnjut bosq! jgn bkin penasaran sma klnjutan crtanya...
Adam zaheer
menyala professor Agam!
Adam zaheer
aku datang lagi! wah Makin seriously aja nich critanya...
haku gaming
wah jadi mkin gak sabar ma masa lalunya fahmi. cepetan lanjut thor!
haku gaming
jangan2 fahmi ini bkn sodaranya agam
haku gaming
next,next, next!
haku gaming
Rese' juga nih pak polnya./Speechless//Speechless/
Adam zaheer
seorang Agam dilawan 😂😂
Adam zaheer
Agam ma yeon woo pacaran ya?
Adam zaheer
kereen Thor! lanjut!
Adam zaheer
hahaha🤣🤣
Adam zaheer
yayyaya...ggogoo Agam!
Adam zaheer
lanjutkan Thor!
Adam zaheer
wah..kereen. ni authornya pernah jadi dokter forensik app gmn ya?
haku gaming
kali ini agak2 merinding disko bacanya. kereen! next...
haku gaming
ngeriii!! the redroom vibes
haku gaming
sy pun tak kuasa membayangkan /Puke//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!