Rumah tangga yang hancur ibarat ranting yang patah.Takan bisa disambung kembali.
Begitupun hati seorang istri yang telah dipatahkan bahkan dihancurkan takan mudah untuk sembuh kembali.
Seorang istri dan seorang ibu akan tetap kokoh saat diuji dengan masalah ekonomi namun hatinya akan remuk dan hancur saat hati suaminya tak lagi untuknya..
apa yang tersisa?
rasa sakit, kekecewaan dan juga penyesalan.
Seperti halnya yang dialami oleh Arini dalam kisah yang berjudul " Ranting Patah "
Seperti apa kisahnya?
Akankan Arini bertahan dalam pernikahannya?
Baca selengkapnya!!!
Note: Dukung kisah ini dengan cara baca stiap bab dengan baik,like,komen, subscribe dan vote akan menjadi dukungan terbaik buat author.
Dilarang boom like ❌
lompat bab ❌
komentar kasar atau tidak sopan ❌
Terimakasih, sekecil apapun dukungan dari kalian sangat berati untuk author 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
" Alhamdulillah akhirnya kamu pulang juga mas,kamu kemana aja si dua hari engga ada kabar,aku hawatir mas." Ucapku saat menyambut suamiku yang baru pulang setelah dua malam tidak pulang.
" Mas cape Arini,kamu bisa kan tanya itu nanti.Siapkan air hangat ya sayang mas mau mandi.Eeghh badan mas terasa kaku setelah nyetir seharian." Ucapannya membuatku ingin bertanya lebih namun ku urungkan.
Teplek teplek
Bunyi suara sendal tidur anakku yang menuruni anak tangga saat mendengar suara ayahnya.
" Horee ayah pulang,ayah ayah liat aku dapat nilai 90 untuk ulangan matematikaku." ucap Dinda dengan antusias.
Anake itu memang selalu memberitahu ayahnya akan semua hal.
" Nanti ya Din ayah cape!" Mas Arjun menepis buku kertas yang Dinda sodorkan.
Jangan tanya reaksi putriku, wajahnya ditekuk dengan bibir mengerucut.
" Ayaaaah,ayah aku ingin mainan robot baru yang seperti ini,ayah Janji akan membeli itu jika aku bisa masuk turnamen sepak bola disekolah." Kini giliran Hanif putra sulung ku yang berlarian menuju ayahnya.
" Hanif bisa diem gak! Gak anak gak ibu sama saja,gak bisa banget liat orang istirahat.Ayah kalian itu cape,Arini kamu bisa kan bilang sama anak kamu ayahnya baru saja pulang dan butuh istirahat!" Sentak ibu mertuaku yang entah sejak kapan sudah bangun dari tidurnya.
Beberapa hari ini memang ibu mertuaku menginap di rumah kami.
Ini hal yang sangat tidak ku sukai dari beliau, beliau selalu saja ikut campur dengan urusan rumah tanggaku dalam hal apapun.
" Dinda,Hanif kalian dengar apa kata eyang.Ayah cape,biarkan ayah istirahat dulu.Besok pagi setelah ayah ilang capenya Dinda sama Hanif boleh kangen-kangenan sama ayah terus sampaikan apa yang mau kalian sampaikan.Sekarang kalian masuk kamar dan istirahat,biar ayah istirahat dulu ya nak!"
" Iya bund."
Kompak kedua anakku menjawab,kedua anakku bukan tidak mengerti jika ayahnya lelah.Mereka hanya ingin menagih janji ayahnya tempo hari.
Dalam beberapa hari ini mas Arjun memang sangat sibuk dengan pekerjaan kantornya.
Bahkan mas Arjun sering lembur dan pulang pagi,dua hari ini mas Arjun sampai harus keluar kota untuk perjalanan dinasnya.
Aku bisa apa, sebagai istrinya aku hanya bisa mendoakan kemanapun kaki suamiku berpijak Allah selalu melindunginya.
" Baru ditinggal dua hari saja kaya ditinggal berbulan-bulan,lebay."
Astaghfirullah,aku hanya mengusap dadaku saat samar-samar aku mendengar mertuaku menggerutu.
" Mas airnya hangat ayo mandi dulu." Ujarku sembari menuntun suamiku jalan kekamar.
Kamar kami berada dilantai bawah karna memang di atas hanya ada dua kamar saja,rumah kami yang tak terlalu besar hanya ada lima kamar saja,dua diatas dan tiga dibawah.
Kamar utama ada dibawah aku dan mas Arjun menempati kamar utama sementara anak-anak ada dikamar atas.
Satu diantaranya kamar untuk ibu mertuaku karna beliau sering menginap disini dan yang lainnya kamar untuk tamu.
Aku yatim piatu sedari kecil,aku dibesarkan oleh budheku tapi beliau sudah meninggal tiga tahun lalu.
Sembari menunggu mas Arjun mandi aku menyiapkan baju gantinya.
Kurang lebih 20 menit mas Arjun keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya.
" Ah segarnya." Ucapannya sembari mengenakan pakaiannya.
Greeep
Ku peluk mas Arjun dari belakang,aku memang sangat merindukannya.
" Arini maaf aku lelah dan aku ingin istirahat."
Ucapannya sembari menepis tanganku.
" Iya mas,maaf." Ku raih handuk ditangannya,aku gegas membawanya kebelakang.
Jangan ditanya lagi bagaimana perasaanku,entah mengapa rasanya sakit sekali.Aku tau mas Arjun lelah,tapi tidakkah dia bisa membiarkanku tetep memeluknya barang sebentar.
Ah rasanya sakit sekali,karna tak mau larut dalam kesedihan aku kembali kekamar.Ku lihat mas Arjun sudah terlelap,namun lagi-lagi aku merasa sedih karna mas Arjun tidur menyamping dan membelakangi ku.
Perlahan aku naik keatas ranjang, menyusul suamiku yang sudah dulu menjemput mimpi.
Hawa dingin mulai menyeruak,angin menelusup melalui celah jendela.Ah rupanya aku lupa menutup jendela kamarku.
Aku bangkit dan gegas menutup jendela kamarku,namun angin yang berhembus membuatku menatap pepohonan disebelah kamarku yang terombang-ambing oleh angin.
pletek pleeetek gropaaak
" Astaghfirullah'halazim." Aku terkejut saat melihat pohon yang tumbang dan patahan rantingnya terdengar hingga ketelingaku.
Heningnya malam membuat suara kecil yang dihasilkan menggema memekakan malam,tanpa terasa aku terlalu lama melihat dahan-dahan yang diterpa angin.Malam semakin larut dan aku gegas menutup jendela kamarku.
" Ini indah sekali,harumnya memabukkan."
Lirih namun begitu jelas aku mendengar suara mas Arjun.
" Mas!"
Ku lihat mas Arjun terpejam namun senyum terukir di bibirnya.
" Astaga mas Arjun mimpi." Aku tersenyum memperhatikan,namun saat aku berusaha mengingat lagi kata-kata mas Arjun hatiku Diliputi rasa gelisah yang tak menentu.
Deg deg deg
Jantungku mendadak berdebar begitu kencang.
" Mas,apa yang indah,harum apa yang memabukkan?" Gumamku lirih.
Greeep
Mas Arjun meraih tanganku, menciumnya degan lembut.
Hatiku menghangat, perasaan yang hinggap sesaat hilang seperti diterpa angin.
" Sayang,jangan pergi aku masih rindu." rintihnya pelan.
Seketika aku merasa melayang,aku fikir mas Arjun tidak merindukanku.
Aku gegas menelusup didepan suamiku,mendekapnya dengan erat.
" Aku juga rindu mas." bisiku lirih.
Plaaap
" Arini! Kamu ini apa-apaan si,kasur ini lebar dan besar.Bisa-bisanya kamu tidur didepanku,apa kamu ingin membuatku susah bernapas dengan mendekapku sekuat itu? Ada-ada saja!"
" Mas kamu?"
Mas Arjun bangkit dari tempat tidur dan berpindah ke sofa tanpa mengatakan apapun lagi.
Sreseeeet
Seperti diiris dengan pisau,hatiku rasanya sakit sekali.Astaga,apa tadi dia hanya sedang bermimpi?
Aku hanya bisa bergumam dalam hati.
" Mas kenapa tidur disofa mas?" aku masih mencoba untuk bertanya meskipun aku yakin itu hanya akan membuang waktu saja.
Hening,mas Arjun tak menjawab sama sekali dia justru berbalik badan dan memunggungi ku.
Malam berlalu dengan cepat,mataku rasanya panas karna aku tak bisa tidur dengan baik semalaman.
Suara mas Arjun trus terngiang-ngiang ditelingaku.
Setelah solat subuh aku gegas ke dapur untuk masak, meskipun letih aku tetap harus menyiapkan sarapan untuk anak-anak dan suamiku.
" Dasar pemalas jam segini Baru masak,suami kamu berangkat pagi Rin kamu itu bisa gak si cepet sedikit.Panatas saja Arjun sering sarapan diluar ternyata begini kelakuan istrinya dirumah.Jam segini baru mau masak,jadi ibu gak becus apa-apa."
Heeeem
Aku hanya menghela nafas panjang saat mendengar suara ibu mertuaku menggerutu dibelakngku.
" Bu,ini baru setengah 5 pagi masih banyak waktu untuk aku menyelesaikan masakanku dan aku rasa aku tidak akan terlambat, setiap hari juga selalu begini.Mas Arjun sarapan diluar jika dia memang sudah ditunggu kliennya,bukan karna saya terlambat masak."
" Arini!
Bersambung.....