NovelToon NovelToon
Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Uwais menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Stela, setelah memergokinya pergi bersama sahabat karib Stela, Ravi, tanpa mau mendengarkan penjelasan. Setelah perpisahan itu, Uwais menyesal dan ingin kembali kepada Stela.
Stela memberitahu Uwais bahwa agar mereka bisa menikah kembali, Stela harus menikah dulu dengan pria lain.
Uwais lantas meminta sahabat karibnya, Mehmet, untuk menikahi Stela dan menjadi Muhallil.
Uwais yakin Stela akan segera kembali karena Mehmet dikenal tidak menyukai wanita, meskipun Mehmet mempunyai kekasih bernama Tasya.
Apakah Stela akan kembali ke pelukan Uwais atau memilih mempertahankan pernikahannya dengan Mehmet?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Stela masih di depan laptopnya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam.

Tok... tok.... tok...

Stela mendongakkan kepalanya dan melihat Ravi yang sedang mengetuk pintu ruang kerjanya.

"Masuklah, Rav." ucap Stela.

Ravi masuk ke ruang kerja sahabatnya dan ia duduk di kursi sambil menunggu Stela menyelesaikan pekerjaannya.

Lima belas menit kemudian Stela sudah menyelesaikan pekerjaannya.

"Jadi makan malam di kafe Ribs?" tanya Ravi.

Stela menganggukkan kepalanya sambil memasukkan laptopnya.

"Iya, Rav. Aku ingin makan disana." jawab Stela.

Ravi bangkit dari duduknya sambil membuka pintu ruang kerja Stela.

"Hubungi suami kamu, Stel. Aku tidak mau membuat suami kamu cemburu lagi." ucap Ravi.

Stela mengambil ponselnya dan menunjukkan pesan yang sudah ia kirim ke Uwais.

"Aku sudah mengirim pesan dan juga sudah menghubungi Uwais. Tapi, ponselnya sepertinya sedang tidak aktif."

Pintu lift terbuka dan mereka berdua berjalan menuju ke parkiran.

Ravi membuka pintu mobilnya dan meminta Stela masuk kedalam.

Kemudian Ravi melajukan mobilnya menuju ke Kafe Ribs.

Perjalanan yang tidak begitu ramai membuat mereka lekas sampai di Kafe.

Sesampainya di Kafe Ribs, Ravi dan Stela mencari tempat duduk di pojok kafe yang hangat.

Setelah duduk, pelayan datang dan mereka memesan menu favorit masing-masing.

Sambil menunggu makanan datang, Stela dan Ravi mengobrol ringan.

"Kamu masih betah kerja sampai malam begini, Stel?" tanya Ravi.

Stela menghela nafas panjang sambil menganggukkan kepalanya.

"Bukan betah, Rav. Tapi aku kalau pulang sore, mau ngapain juga di rumah." jawab Stela.

Stela menatap cincin yang melingkar di jarinya yang dimana lima bulan yang lalu Uwais menikahinya.

Selama lima bulan itu juga, Uwais selalu sibuk dengan pekerjaan dan teman-temannya.

Ia sering pulang larut malam dan terkadang Uwais tidur di rumah temannya.

"Stel, sedang melamun apa?" tanya Ravi.

Stela menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

Di tempat yang sama dimana Uwais dan beberapa temannya yang baru saja selesai makan malam.

Uwais melihat istrinya yang sedang bersama dengan Ravi.

Dengan wajah yang penuh emosi, Uwais langsung berjalan ke arah mereka berdua.

BRAAAKKK!

Suara gebrakan keras yang dilakukan oleh Uwais di meja mereka.

"Jadi ini yang kamu lakukan dibelakang ku? Berselingkuh dengan Ravi?!"

Stela bangkit dari duduknya dan menenangkan suaminya yang sedang emosi.

"Mas, tolong dengarkan aku dulu ! Aku sama Ravi hanya makan malam dan aku sudah kirim pesan ke ponsel Mas Uwais." ucap Stela.

Ravi berdiri, mencoba menenangkan situasi, tapi tatapan Uwais membuat langkahnya terhenti.

Uwais menatap Ravi dengan sorot mata penuh amarah.

Napasnya memburu, dadanya naik turun menahan emosi yang hampir meledak.

“Cukup, Stela! Aku sudah melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri!” ucap Uwais menatap keduanya bergantian, wajahnya tegang.

“Mas, aku tidak seperti yang Mas pikirkan. Aku hanya...”

Uwais menepis tangan Stela yang berusaha memegangnya.

Dengan suara lantang yang membuat beberapa pengunjung menoleh, Uwais berseru:

“STELA RANI PRAMESTA BINTI RIZAL, SAYA JATUHKAN TALAK TIGA MALAM INI JUGA!”

Tubuh Stela langsung lemas saat mendengar perkataan dari suaminya yang menjatuhkan talak tiga kepadanya.

"Uwais, apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu menjatuhkan talak tiga kepada Stela?!"

Uwais menatap wajah Ravi dengan tatapan penuh kebencian.

"Sekarang kalian bisa berduaan tanpa takut ketahuan." ucap Uwais yang kemudian meninggalkan mereka berdua.

Banyak orang yang melihat dan merasakan kasihan kepada Stela.

"Stela, kita makan dulu, ya. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang," ucap Ravi.

Stela menggelengkan kepalanya dan ia meminta maaf kepada Ravi.

"A-aku pulang dulu, Rav." ucap Stela sambil menghapus air matanya.

Stela memanggil taksi dan memintanya untuk mengantarkannya ke rumah Uwais.

Sesampainya di rumah, ia melihat Uwais yang membuang semua pakaiannya.

"Mas! Tolong dengarkan aku dulu." ucap Stela sambil memegang tangan Uwais.

Uwais langsung menoleh dan menatap wajah istrinya.

"Aku benci dengan wajahmu yang berpura-pura polos, La." dengkus Uwais sambil melemparkan pakaian Stela.

Stela merasakan jantungnya berdetak kencang saat suaminya mengatakan kalau dirinya berpikir polos.

"Mas, aku sama Ravi hanya makan malam. Dan bukankah kamu sudah tahu kalau Ravi sahabat aku waktu kecil." ucap Stela.

Uwais membalikkan badan, menatap Stela dengan tatapan yang tajam dan penuh luka.

“Pergi dari rumah ini, Stela. Aku tidak mau melihat wajahmu lagi.” ucap Uwais sambil menahan amarah dan kecewa.

Stela menggelengkan kepalanya saat Uwais memintanya pergi dari rumahnya.

Namun Uwais tak lagi mampu menahan emosinya.

Dengan wajah merah padam, ia mendorong tubuh Stela hingga perempuan itu terjatuh di depan pintu rumah.

“PERGI, STELA! Kamu sudah aku talak tiga! Aku tidak mau melihatmu lagi!” teriak Uwais dengan suara keras sampai membuat beberapa tetangga yang lewat menoleh dengan tatapan terkejut.

Stela menghapus air matanya sambil memasukkan pakaiannya.

"Aku pamit, Mas. Semoga kamu tidak menyesal dengan apa yang sudah kamu lakukan sekarang." ucap Stela.

Stela berjalan dan mencari taksi untuk mengantarkannya ke rumah orang tuanya.

Di dalam mobil Stela menangis sesenggukan saat mengingat apa yang dikatakan oleh Uwais.

"Bagaimana bisa kamu menuduhku seperti itu, Mas?" gumam Stela.

Stela melepaskan cincin pernikahannya dan membuangnya ke jalan raya.

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam dan supir taksi menghentikan mobilnya di depan rumah orang tua Stela.

Stela turun dari mobil dan memberikan beberapa lembar uang kepada supir yang sudah mengantarkannya.

Tok... tok.... tok...

"Assalamualaikum, Pa, Ma."

Kedua orang tua Stela yang akan tidur langsung membuka pintu kamar saat mendengar suara putrinya.

Papa Yunisa melihat putrinya yang berdiri di depan rumah.

"Astaghfirullah, Stela. Apa yang terjadi sama kamu, Nak? Mana Uwais?" tanya Papa Yunisa.

Papa Yunisa merangkul Stela dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Mama Rani membawa masuk tas pakaian Stela yang masih diluar.

"Bi, buatkan teh hangat." ucap Papa Yunisa

Bi Nela menganggukkan kepalanya dan segera membuat teh hangat.

"Pa, Mas Uwais menjatuhkan talak tiga ke aku." jawab Stela yang kemudian kembali menangis

Papa Yunisa membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari Stela.

"Apa yang terjadi, Stela? Cerita ke Papa sekarang juga."

Stela yang masih menangis sesenggukan langsung menceritakan semua kejadian saat di cafe.

“Aku cuma makan malam sama Ravi, sahabat aku sejak kecil. Aku bahkan udah kirim pesan ke Mas Uwais, tapi ponselnya nggak aktif.”

Ia menundukkan kepalanya dan air matanya menetes satu per satu ke atas punggung tangannya.

“Pas di kafe, Mas Uwais datang tiba-tiba. Dia lihat aku sama Ravi, terus dia marah besar.”

Stela menelan ludah, dadanya terasa sesak saat mengingat kejadian itu.

“Dia gebrak meja, Pa. Semua orang di kafe ngelihat kami. Aku udah jelasin kalau aku nggak selingkuh, tapi Mas Uwais nggak mau dengar. Dan dia langsung menjatuhkan talak tiga di depan semua orang.”

Papa Yunisa mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, urat di tangannya menegang.

“Kurang ajar dia! Naga bisa dia mempermalukan istrinya di depan orang banyak" ucap Papa Yunisa.

Ia berdiri dari kursinya, wajahnya memerah menahan emosi.

“Papa harus bicara sama anak itu malam ini juga!”

“Pa, jangan…”

Stela cepat memegang lengan ayahnya dengan wajah panik.

Papa Yunisa menoleh ke arah putrinya yang kini berlutut di lantai, air mata masih mengalir di pipinya.

“Papa, tolong jangan ke rumah Mas Uwais. Aku nggak mau semuanya makin buruk."

Papa Yunisa menarik napas panjang, menatap wajah putrinya yang penuh luka dan kelelahan.

Perlahan, genggamannya di tangan Stela mengendur, namun matanya masih menyala oleh amarah yang tertahan.

“Papa cuma nggak bisa diam, La. Kamu anak perempuan Papa. Kamu nggak pantas diperlakukan sekejam itu.”

Stela menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

“Aku tahu, Pa. Tapi biarkan aku yang hadapi semua ini. Aku cuma mau tenang dulu.”

Mama Rani mendekat dan memeluk Stela erat-erat

“Sudah, Nak. Kamu istirahat dulu, ya. Besok kita bicarakan lagi.”

Stela menganggukkan kepalanya dan ia masuk ke kamarnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!