“Menikahlah denganku, Kang!”
“Apa untungnya untukku?”
“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bercocok Tanam
"Astaghfirullah, capek banget sumpah...."
Naura baru saja sampai di ujung jalan setelah perjalanan panjang dari kota. Ia sebenarnya berniat turun di jalur angkot yang biasa dia lewati. Tapi, karena tadinya dia ketinggalan bis terakhir, ia terpaksa naik bis lain yang berhenti jauh dari jalurnya.
Dengan jaket kebesaran, celana longgar, dan kupluk hitam bergambar wajah menyeramkan, penampilannya memang mirip seorang laki-laki kurus yang hendak berkelana. Sungguh tidak ideal bagi seorang perempuan berjalan sendirian di jalan desa yang sepi dan penuh kebun teh di kanan-kiri. Tidak lupa, dia juga membawa semprotan merica dan air cabai, takut ada orang macam-macam.
Tadi, Ojek yang semula ia tumpangi sialnya mogok. Supir ojek menolak melanjutkan perjalanan.
"Teh, saya nggak bisa terusin atuh, ya. Motornya nggak kuat," kata si supir. Mau tak mau, Naura turun, toh udah enggak jauh lagi, kok. Habis kebun teh, sudah masuk area permukiman.
Ia menggenggam erat tas selempangnya, berusaha menenangkan diri. Tangan yang lain menjinjing tas berukuran sedang, beberapa barangnya memang sudah dikirim lebih dulu, jadi dia tidak harus menenteng terlalu banyak barang.
"Loh, itu apa!" Ia berhenti melangkah. Syukur malam itu bulan purnama, sekalipun malam, rasanya seperti sore hari.
Sesuatu bergerak di antara semak kebun teh. Mata Naura menangkap sosok kucing betina yang tampak pincang. Perutnya besar, bulat menegang, dan ... Naura tercekat, ekor mungil seekor anak kucing sudah menyembul keluar dari jalan lahir induknya.
"Oh, astaghfirullah," desis Naura. Tanpa pikir panjang, ia berjongkok. Rasa takut akan kegelapan sekitar mendadak hilang, diganti kepanikan melihat kondisi kucing itu. Untung ia selalu membawa sarung tangan tipis, di dalam tas. Ia buru-buru mengenakannya, lalu dengan tangan gemetar mencoba membantu. Naura juga membuka kupluk yang menutup sampai ke leher itu ke atas.
"Shuttt, Tenang, sayang… ayo, dorong lagi sedikit," bisiknya. Dengan bantuan kecil, akhirnya anak kucing keluar. Induknya mengeong pelan, lalu menjilati tubuh mungil yang baru lahir itu. "Alhamdulillah kalian selamat." Ia tersenyum lebar.
Malam itu sangat dingin, Naura mengambil handuk dari dalam tasnya untung membungkus kucing kecil itu. "Kalau ditinggal di sini, takutnya malah dimakan anjing, apa bawa pulang aja, ya?" Awalnya bingung, akhirnya dia gendong juga. Ia kembali berjalan, menggendong tiga kucing di pelukannya.
Belum jauh dari titik sebelumnya, telinga Naura menangkap sesuatu. Bukan suara kucing, melainkan, des4h4n. Jelas itu suara seorang perempuan.
Naura menegakkan tubuh. Jantungnya mendadak berdetak kencang. Suara itu berasal dari arah kebun teh yang lebih dalam. Antara takut dan penasaran, ia menahan napas, hendak melangkah mundur. Tapi malah terdengar suara laki-laki yang sangat dia kenal.
"Udah, jangan banyak gerak, Neng. Tanggung ini."
Naura membeku, Ia sangat mengenali suara itu. "A Satya," gumamnya lirih.
"A Satya, berhenti! Tolong, udah, cukup! Kalau ada orang dengar gimana? Lagian Naura kan pulang hari ini… keluarga kamu udah ngomongin pernikahan. Terush ... aku gimana?"
Di saat itu, Naura semakin mematung. Dadanya terasa ditusuk ribuan jarum. Dia juga mengenal suara si perempuan, sangat mengenalnya.
"Tenang, Neng. Setelah aku nikah sama Naura, aku bakal ceraikan dia. Yang penting sekarang keinginan si Aki terpenuhi dulu. Abis itu, aku sama kamu bebas."
Kata-kata Satya menghantam Naura bagai petir di langit cerah. Lututnya lemas. Tangannya mengepal kuat dan rahangnya mengetat menahan marah.
"Satya, jadi ini wajah aslimu?" Naura membatin. Dia tidak menyangka kalau laki-laki yang dia cintai ternyata sejahat ini.
Perempuan itu menggigit bibir bawahnya, matanya basah tapi ia menolak menangis. Ia hendak berbalik, ingin melangkah pergi, menjauh dari kegelapan yang kini terasa lebih mengerikan dari sebelumnya.
Namun…...
Krakk!
Suara ranting patah membuat sunyi malam itu berganti ketegangan. Naura pun melotot terkejut.
Apalagi Satya dan Laras yang kontan terperanjat, terkejut sekaligus takut bukan main. "Siapa itu, A?" bisik si perempuan itu takut. Namun, Satya juga gelisah. "Aa kita ketahuan, ih. Gimana atuh?"
"Jangan panik, Aku cek dulu," kata Satya sambil merapikan celananya.
lanjut lah kak othor,,💪🥰
resiko anak cantik ya Nau JD gerak dikit JD tontonan...
😄😄😄🤭
Nanda kah... entah lah hanya emk yg tau ..
teman apa lawan 🤔