Di saat kedua sahabatnya telah menikah, Davin masih saja setia pada status jomblonya. hingga pada suatu malam ia menghadiri perayaan adik perempuannya di sebuah hotel. perayaan atas kelulusan adik perempuannya yang resmi menyandang gelar sarjana. Tapi siapa sangka malam itu terjadi accident yang berada diluar kendali Davin, pria itu secara sadar meniduri rekan seangkatan adiknya, dan gadis itu tak lain adalah adik kandung dari sahabat baiknya, Arga Brahmana. sehingga mau tak mau Davin harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menikahi, Faradila.
Akankah pernikahan yang disebabkan oleh one night stand tersebut bisa bertahan atau justru berakhir begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1.
Malam itu Davin turut hadir dalam acara kelulusan adiknya yang dilangsungkan di sebuah ballroom hotel ternama di ibukota. Sebenarnya Davin enggan menghadiri acara seperti itu, namun karena perintah kedua orang tuanya yang memintanya mengawasi adik perempuannya sehingga Davin pun terpaksa datang.
Ballroom hotel nampak ramai dengan kehadiran teman-teman seangkatan Rifa. Davin yang duduk di meja paling ujung sudah tak sabar acara tersebut segera berakhir padahal kenyataannya di mulai saja belum. Tentunya Acara tersebut diusung dengan tema no alkohol sesuai dengan kesepakatan bersama.
Dari tempatnya duduk saat ini Davin melihat sosok yang dikenalinya sebagai adik kandung dari sahabatnya, tengah berada ditengah-tengah keramaian. Namun begitu, Davin tak terlalu fokus pada gadis bernama Faradila tersebut karena fokus Davin saat ini adalah adiknya, Rifa. Jangan sampai Rifa malah mengelabui dirinya dan pergi bersama pria yang diketahui Davin sebagai kekasih dari adiknya tersebut. Sekalipun kekasih adiknya itu dikenal dengan pribadi yang cukup baik, namun tak serta merta membuat Davin percaya padanya. Bagi Davin semua pria itu sama saja, pasti memiliki niat terselubung pada wanitanya, kecuali dirinya. Karena faktanya hingga detik ini Davin masih menjomblo di usianya yang hampir genap dua puluh enam tahun, sedangkan kedua sahabatnya, Faras dan Arga, sudah menikah.
Malam semakin larut dan acara pun terus berlanjut. Davin yang mulai jenuh di tempatnya lantas melambaikan tangan ke arah pelayan hotel guna meminta segelas minuman bersoda.
Pelayan pun menghampiri Davin dan memberikan segelas minuman bersoda yang tersisa satu gelas lagi pada nampan ditangannya.
"Silahkan, tuan." Tutur pelayan dengan nada ramah.
"Terima kasih." Davin meraih gelas minuman tersebut dan meneguknya hingga tersisa setengahnya lagi. Baru beberapa saat usai meneguk minuman tersebut, Davin merasa kepalanya mulai pusing hingga pandangannya pun mulai kabur.
"Ada apa denganku? Kenapa kepalaku tiba-tiba terasa pusing sekali?." Dalam hati Davin, masih tetap berusaha mengendalikan diri.
Semakin lama rasa pusing dikepala Davin justru disertai dengan hawa panas yang mulai menguasai tubuhnya. Dari pada tetap di sana dan pada akhirnya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap dirinya, Davin lantas berlalu menuju kamar hotel yang sebelumnya telah dibooking olehnya, kamar hotel yang bersebelahan dengan kamar yang dibooking pula oleh Davin untuk adiknya, Rifa.
Di waktu yang sama, seorang gadis cantik mengeluhkan rasa sakit pada kepalanya hingga sebagai teman, Rifa menawarkan obat sakit kepala pada temannya itu.
"Minumlah agar sakit kepalamu sedikit reda!."
"Thank you, Rifa."
Mungkin karena indikasi dari obat pereda sakit kepala tersebut menyebabkan kantuk, Faradila terus menguap dan tentunya tak luput dari perhatian Rifa.
"Kamu ngantuk ya?."
Faradila mengangguk. "Iya nih." Faradila bahkan merasa matanya sudah sangat berat sekali untuk di buka.
Rifa merogoh tas Selempang yang dikenakannya, mencari keberadaan card akses kamar hotel miliknya.
"Ini." Rifa menyerahkan card tersebut pada Faradila. "Beristirahatlah sejenak! Setelah merasa lebih baik baru kamu ke sini lagi!." Rifa yang dasarnya memiliki hati yang baik lantas mengizinkan Faradila beristirahat sejenak di kamarnya, padahal kenyataannya Rifa dan Faradila tidak berteman dekat, keduanya hanya satu fakultas dan juga seangkatan. Selain itu, Rifa juga tahu jika Faradila merupakan adik dari sahabat baik Davin makanya Rifa peduli pada Dila.
"Thank you, Rifa." Faradila pun langsung bergerak menuju kamar Rifa.
Sembari menahan kantuk Dila mencari keberadaan kamar Rifa.
"Apa yang ini kamarnya?." Dila bergumam di depan kamar hotel yang pintunya tidak tertutup rapat.
"Tapi kenapa pintunya terbuka?." Dila sedikit bingung, namun karena sudah tak sanggup lagi menahan rasa kantuknya, Dila mencoba berpikir positif. Mungkin Rifa lupa menutup pintu kamar hotel tersebut sebelum berlalu menuju ballroom hotel.
Tanpa rasa curiga, Dila mengayunkan langkah memasuki kamar tersebut, kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Sekitar beberapa menit kemudian, seseorang yang lebih dulu menempati ranjang tersebut menyadari keberadaan seorang gadis di sisinya. Davin, seseorang tersebut tak lain adalah Davin.
"Em......" Gumaman Dila justru semakin membangkitkan sesuatu dalam diri Davin, gejolak has-rat yang sejak tadi susah payah di tahan oleh pria itu.
Wajah Dila yang sedikit tertutup oleh rambut panjangnya, di tambah lagi dengan minimnya penerangan karena posisi lampu tidak dinyalakan, membuat Davin tak dapat mengenali gadis itu.
"Maafkan aku....Tapi aku janji akan mempertanggungjawabkannya." Davin mulai mengge-rayangi tubuh Dila yang sudah terlelap dalam tidurnya sehingga tidak lagi menyadari perbuatan Davin. Davin merubah posisinya, mengung-kung tubuh Dila hingga mengikis jarak diantara mereka dengan sebuah ciu-man penuh hasrat, hingga pada akhirnya terjadilah sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pasangan halal.
Keesokan paginya.
Davin dibangunkan oleh suara isak tangis seorang gadis. Pria itu perlahan membuka matanya.
Deg.
Betapa terkejutnya Davin ketika melihat ternyata gadis yang disentuhnya semalam adalah adik dari sahabat baiknya, Arga.
"Dila....? Jadi gadis semalam itu Dila, adiknya Arga." Batin Davin. Pria itu merasa seperti disambar petir di siang bolong. Ia telah merenggut kesu-cian adik dari sahabatnya sendiri.
"Mas Davin jahat." Kata Dila disela Isak tangisnya. Davin meraup wajahnya, merasa sangat berdosa pada Dila. Apalagi setahu Davin, gadis itu memiliki seorang kekasih yang sangat dicintainya. Dila sudah tiga tahun menjalin asmara dengan kekasihnya itu.
"Maafkan mas Davin, Dila." Davin mencoba mendekati Dila yang duduk bersandar pada headboard ranjang.
"Mas mohon berhentilah menangis! Mas akan bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi." Davin masih berusaha menenangkan Dila yang masih terus terisak.
"Mas tidak perlu bertanggung jawab! Dila memiliki kekasih dan Dila sangat mencintainya. Dila tidak ingin apa yang terjadi pada kita semalam sampai diketahui oleh orang lain, terutama mas Arga!." Davin tidak habis pikir dengan jalan pikiran Dila yang berniat merahasiakan kejadian semalam, padahal dalam hal ini dirinya lah yang paling dirugikan.
"Tapi bagaimana kalau kamu sampai hamil?." Davin sadar betul jika semalam ia tidak menggunakan pengaman, maka tidak menutup kemungkinan Dila akan mengandung anaknya.
"Tidak mungkin, aku tidak mungkin sampai hamil. Jadi, mas tidak perlu cemas!." Tukas Dila, meskipun ia sendiri tidak yakin dengan kata-katanya. Dengan menahan rasa sakit pada bagian bawah tubuhnya, Dila bangkit dari tempat tidur, memungut satu persatu pakaiannya yang teronggok di lantai akibat perbuatan Davin semalam.
Davin menyusul turun dari ranjang, meraih celana panjang jeans nya dan gegas mengenakannya.
"Tunggu Dila...!." Davin mencekal lengan Dila yang hendak meninggalkan kamar hotel usai mengenakan pakaiannya.
"Kamu tidak boleh bersikap keras kepala seperti ini! Ingat, mas sudah merenggut kesu-cian kamu, apa kamu pikir kekasihmu itu masih mau menerima gadis yang sudah tidak suci lagi?." Bukannya ingin memprovokasi pikiran Dila, Davin hanya berpikir logis.
"Selagi mas Davin tetap merahasiakan apa yang terjadi pada kita semalam, Danu pasti tidak akan mengetahuinya." Dila masih kekeh dengan keputusannya.
"Kalaupun kamu tetap bersamanya, apa kamu tidak takut suatu hari nanti jika kalian benar-benar menikah dia akan merendahkan harga diri kamu karena tidak mendapatkan sesuatu yang seharusnya dia dapatkan sebagai suamimu." Bagaimana pun Davin merasa perlu berusaha meyakinkan Dila, karena dirinya lah yang telah merenggut kesu-cian gadis itu, terlebih Dila adalah adik kandung Arga.
Selamat datang di kisah Davin, sayang-sayangku.....semoga suka ya.....
akibat iri,hampir hilang masa depan kan...
Davin ayo selidiki siapa yang melaporkan kalau Dila ada di dalam kamar mu??? bisa dilaporkan balik lho atas pencemaran nama baik,atau gak di kasi sanksi dikantor...
tanpa menncari fau siapa pasangan Davin
dan Dilla
tp siaapp2 yaa ujungnya kmu yg maluuu
semangaaatttt
kenapa harus tunggu konferensi pers dulu?? rasa nya untuk itu tidak di perlukan