Lin Wu Ji, Immortal Tertinggi yang tak terkalahkan, dihancurkan oleh pengkhianatan Gu Zhong, rekan terdekatnya. Jiwa Lin Wu Ji ini bereinkarnasi menjadi Lin Hao, anak fana lemah dari desa terpencil. Dengan sistem dewa yang tak tertandingi, Lin Hao memulai perjalanannya untuk membalas dendam dan mencapai puncak kekuasaan.
Update Setiap: Senin-Jumat
note: Cerita ini adalah karya original author bukan novel terjemahan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zan Apexion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Resonansi Petir di Ambang Kematian
Keheningan hutan di perbatasan Provinsi Yun terasa begitu menyesakkan, seolah-olah alam sendiri sedang menahan napas menyaksikan penderitaan seorang penguasa yang sedang terjatuh. Di bawah naungan pohon raksasa yang dahan-dahannya meliuk seperti jemari iblis, Lin Hao bersandar dengan tubuh yang gemetar hebat.
Hrrrr... hrrrr, setiap embusan napas yang keluar dari tenggorokannya terasa seperti tarikan gergaji berkarat yang menyayat paru-parunya. (suara napasnya yang kasar dan tidak halus)
Wajah Lin Hao, yang biasanya tenang dan memancarkan wibawa dingin, kini tampak sepucat mayat yang telah tertimbun salju. Keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya, membasahi tanah yang lembap di bawahnya. Namun, penderitaan fisik itu hanyalah permukaan dari badai yang sesungguhnya. Di punggungnya, terdapat luka akibat serangan Zi Man yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan menutup ataupun pulih. Sebaliknya, luka itu berdenyut dengan cahaya ungu gelap dan sangat menjijikkan.(Akibat manifestasi dari Hukum corruption milik Gu Zhong)
"Uhuk! Uhukk!"
Lin Hao terbatuk, dan gumpalan darah hitam kental menyembur keluar, menghanguskan beberapa helai rumput disekitar yang terkena percikan darahnya. Darah itu mengandung aroma busuk belerang, sebuah tanda bahwa racun itu mulai merusak struktur Dantian serta meridian nya.
Bagi Lin Hao, ini adalah penghinaan terbesar. Sebagai mantan Immortal Supreme yang pernah mengatur jalannya bintang-bintang, kini ia harus merasakan tubuh fana nya, sedang digerogoti oleh sisa-sisa energi musuh lamanya yang berada di alam atas. Batas antara hidup dan mati baginya, kini hanya setipis benang sutra.
Menurut, Logika dunia fana seharusnya ia sudah tewas saat serangan itu mendarat, namun, berkat jiwanya yang abadi adalah satu-satunya hal yang masih memegang erat kewarasannya dan ini lah bukti bahwa ia berhasil bertahan hidup. (faktanya mustahil bertahan hidup dalam kondisi itu)
"Tuan Muda Lin!" suara Master Luo pecah oleh kepanikan. Lelaki tua itu berlutut di sampingnya, dengan tangan yang keriput terangkat gemetar, ragu apakah harus menyentuh tuannya atau tidak. "Kondisi Anda... ini bukan sekadar luka. Energi ini perlahan melahap esensi kehidupan Anda! Izinkan hamba mengalirkan seluruh Qi hamba untuk membantu Anda!"
"Diam!"
Kata itu keluar dari bibir Lin Hao yang terlihat seperti pecah-pecah, namun volumenya mengandung otoritas mutlak yang sanggup membungkam kegaduhan yang ada disekitar hutan. Lin Hao membuka matanya yang kini berwarna perak redup, menatap Master Luo dengan ketajaman yang membuat lelaki tua itu seketika mematung.
"Qi milikmu hanyalah sampah di hadapan hukum ini. Menyentuhku hanya akan membuatmu menjadi mayat dalam hitungan detik. Mundur dan jaga wilayah sekitar sini dalam radius satu mil. Jangan biarkan apa pun mendekat, atau kepalamu akan kutebas sebelum hukum ini melakukannya," perintah Lin Hao dengan nada yang tidak menerima bantahan sedikit pun.
Pertaruhan Sovereign: Rekonstruksi Sumsum
Begitu Master Luo mundur dengan ketakutan, Lin Hao segera memejamkan mata dan masuk ke dalam ruang kesadarannya. Di sana, layar sistem berkedip dengan warna merah darah yang intens, memberikan peringatan yang memekakkan telinga batinnya.
Ding!
------------------------------------------------------------------------
[Notifikasi Sistem]
[Peringatan Darurat: Kontaminasi Hukum Korupsi Gu Zhong mencapai 18%!]
[Analisis: Struktur Meridian mengalami pembusukan. Estimasi waktu sebelum degradasi ranah ke Qi Gathering: 1 jam 45 menit.]
[### Opsi Pemulihan: Membeli "Cairan Sumsum Langit" (1.200 PP) sangat disarankan!]
------------------------------------------------------------------------
Lin Hao mendengus dingin di dalam batinnya. "Sistem, eksekusi pembelian. Jangan biarkan satu tetes pun energi kotor ini menyentuh fondasi jiwaku!"
Ding!
------------------------------------------------------------------------
[Notifikasi Sistem]
[Transaksi Berhasil. Sisa Poin Sovereign: 1.200 PP.]
[### Proses Pembersihan dan Rekonstruksi Dimulai. Peringatan: Rasa sakit mungkin saja bisa mencapai tingkat Maksimal.]
------------------------------------------------------------------------
Seketika, sebuah sensasi seolah-olah ribuan lava panas dituangkan langsung ke dalam tulang punggungnya meledak di seluruh saraf Lin Hao. Cairan Sumsum Langit, sebuah harta karun yang bahkan di alam atas dianggap langka, mulai meresap ke dalam sumsum tulangnya yang retak.
Rasa sakitnya begitu dahsyat hingga penglihatan Lin Hao menjadi putih seketika. Setiap inci daging dan ototnya seolah-olah dipaksa, ditarik paksa untuk dilepaskan dari tulangnya, kemudian disusun kembali dengan kepadatan yang lebih tinggi. Cairan perak murni itu mulai berperang melawan kabut hitam korupsi di dalam pembuluh darahnya.
Suara tulang yang berderit dan bergeser terdengar jelas di keheningan hutan. Lin Hao mencengkeram tanah dengan jari-jarinya hingga kukunya patah dan darah merembes ke tanah, namun ia tidak mengeluarkan satu jeritan pun. Ia adalah penguasa; ia tidak akan merintih di hadapan nasib yang mencoba menjatuhkannya. Dalam penderitaan itu, mentalitasnya sebagai Immortal Supreme kembali ditempa. Ia menggunakan rasa sakit itu sebagai bahan bakar untuk memperkuat tekadnya.
Satu jam berlalu seperti seribu tahun. Perlahan-lahan, uap hitam yang keluar dari punggungnya mulai menipis, digantikan oleh aura perak yang lembut namun kuat. Fondasi spiritualnya yang nyaris hancur kini mulai terbalut oleh lapisan pelindung baru yang jauh lebih kokoh dari sebelumnya.
Instruksi Strategis dan Umpan Kematian
Ketika Lin Hao akhirnya membuka mata, aura di sekitarnya telah berubah. Meski tubuhnya masih terlihat lemah, ada kilatan kekuatan baru yang tersembunyi di balik matanya. Ia memanggil Master Luo dengan isyarat tangan yang lemah namun penuh wibawa.
"Luo Tua, kemari," panggilnya.
Master Luo segera mendekat dan bersujud dengan hormat yang lebih dalam dari sebelumnya. Ia bisa merasakan bahwa pemuda di hadapannya baru saja melewati gerbang kematian dan kembali dengan sesuatu yang lebih mengerikan.
"Misi kita berubah," ujar Lin Hao, suaranya kini stabil meski berat. "Zi Man bukan sekadar kultivator sombong; dia memiliki insting pelacak yang tajam. Dia telah menandai aroma pil kemurnian yang kau bawa. Jadi, Jika engkau tetap bersamaku saat ini, kita berdua akan tamat."
Lin Hao mengeluarkan lima botol giok berisi Pil Kemurnian 100% yang tersisa. "Ambil ini. Tugasmu sekarang adalah menjadi bayangan dan umpan. Pergilah ke wilayah Utara, sejauh mungkin dari Kota Tianfeng dan jangkauan Provinsi Yun. kemudian, masuklah ke pelabuhan-pelabuhan dagang besar yang memiliki jalur internasional."
Lin Hao menatap Master Luo dengan intensitas yang seolah bisa membakar jiwa lelaki tua itu. " tugas yang harus kau lakukan disana adalah menjual pil ini secara bertahap. Jangan pernah menjual lebih dari dua pil di satu kota. Kau juga harus menciptakan jejak palsu seolah-olah aku sedang melarikan diri ke benua lain melalui jalur laut. Dan jangan lupa gunakan identitas samaran yang berbeda di setiap tempat."
"Tapi Tuan Muda... tujuan utama hamba?" tanya Master Luo dengan suara rendah.
"Dengarkan perintah ku, Kumpulkan Batu Spiritual Menengah dalam jumlah ribuan. Aku butuh energi murni untuk menembus ranah berikutnya. Selain itu, misi yang paling krusial untuk mu saat ini adalah mencari informasi tentang Batu Giok Immortal dan koordinat pasti dari Formasi Teleportasi Antar-Benua yang masih aktif. Dunia ini terlalu kecil dan terlalu lemah untukku. Aku harus segera meninggalkan Benua Timur setelah urusanku dengan Zi Man selesai."
Lin Hao memberikan jeda, lalu nadanya berubah menjadi sangat dingin. "Ingat, Luo Tua. Zi Man mungkin akan menyebar informan untuk mencari siapa pun yang menjual pil ini. Jika kau tertangkap, kau tahu apa yang harus kau lakukan. Jangan sampai kau menjadi alasan hambatan bagiku, atau aku sendiri yang akan memastikan jiwamu tidak akan pernah masuk ke siklus reinkarnasi."
Master Luo gemetar, namun ia mengangguk dengan tegas. "Hamba mengerti, Tuan Muda. Nyawa hamba adalah jaminannya. Hamba akan segera berangkat menuju pelabuhan Utara."
Dengan satu gerakan tangan Lin Hao, Master Luo menghilang ke dalam rimbunnya hutan, memulai pelarian strategis yang akan menjadi kunci dari permainan catur Lin Hao melawan sang Iblis Zi Man.
Murka Sang Iblis dan Pelacak Jiwa
Sementara Lin Hao berjuang melawan maut di perbatasan hutan, Kota Tianfeng telah berubah seolah-olah menjadi sebuah monumen yang menggambarkan suasana keputusasaan mereka. Langit di atas kota tersebut tidak lagi berwarna biru, melainkan tertutup oleh kabut ungu pekat yang memancarkan aroma kematian. Di pusat kota, di mana kediaman Penguasa Kota yang megah dulunya berdiri, kini hanya tersisa gundukan puing dan debu yang beterbangan ditiup angin kencang.
Zhou Yu, sang Zi Man, berdiri tegak di atas bongkahan atap yang telah hancur. Jubah hitam-ungunya berkibar liar, memancarkan aura Kultivator iblis kuat di ranah Nascent Soul yang begitu berat hingga membuat para kultivator di radius satu mil sulit untuk hanya sekadar bernapas saja. Terlihat Matanya yang berwarna ungu berkilat dengan pancaran kemarahan nya yang sedang meluap-luap.
"Dasar semut kecil... kau benar-benar berani mempermainkan ku!" raung Zi Man. Suaranya menggelegar, menghancurkan kaca-kaca bangunan yang masih tersisa di sekitarnya.
Ia telah menyisir setiap sudut kota, menginterogasi (dan membantai) siapa pun yang dianggap memiliki koneksi dengan Lin Hao, namun hasilnya nihil. Anak takdir itu seolah-olah lenyap ditelan bumi setelah teleportasi tersebut. Bagi Zi Man, kehilangan jejak seorang pemuda ranah Foundation Establishment adalah sebuah tamparan keras dan sebuah penghinaan bagi martabatnya sebagai seorang tetua iblis. (disini, terungkap bahwa zi man juga merupakan seorang tetua iblis, alasannya karena ranahnya.)
"Kau pikir kau bisa lari dariku hanya dengan teknik pelarian tingkat rendah?" Zi Man menyeringai sinis, sebuah ekspresi yang lebih menyerupai seringai iblis yang mengerikan yang bisa dibayangkan oleh manusia.
Ia merogoh sebuah kantong kulit yang terikat di pinggangnya. Sesaat kemudian, seekor ular kecil dengan sisik transparan dan tanduk tunggal yang ada di kepalanya merayap keluar. Inilah Ular Tenglong, binatang kontrak kelas tinggi yang telah mencapai ranah Core Formation Tingkat 1. Berbeda dengan binatang pemburu biasa, Ular Tenglong tidak melacak bau fisik atau jejak kaki. Makhluk ini melacak "Resonansi Jiwa" dan sisa-sisa energi Chaos yang melekat pada targetnya.
"Cari dia, Ular Tenglong. Temukan aroma jiwa Bocah sombong itu. Jangan biarkan dia beristirahat walau sedetik pun. Jika kau menemukannya, robek kakinya agar dia tidak bisa lari lagi, tapi biarkan jiwanya tetap utuh untuk kumurnikan!" perintah Zi Man dengan nada penuh kebencian.
Ular itu mendesis, lidahnya yang bercabang menangkap fluktuasi di udara. Matanya yang merah berkilat saat ia menangkap jejak tipis energi petir yang ditinggalkan Lin Hao di atmosfer. Dengan gerakan secepat kilat, ular itu melesat melintasi reruntuhan, bergerak menuju arah barat daya dari Provinsi Yun. Sementara itu, Zi Man mengikuti dari belakang, terbang rendah dengan kecepatan yang membelah udara, menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan pepohonan di sepanjang jalurnya.
Ambang Batas: Menuju Lembah Petir Purba
Ribuan mil dari sana, Lin Hao menyeret langkah kakinya yang berat melintasi medan berbatu yang semakin terjal. Setiap langkah adalah perjuangan melawan gravitasi dan rasa sakit yang masih berdenyut di sumsum tulangnya. Meski Cairan Sumsum Langit telah menyelamatkan nyawanya, tubuh fana nya saat ini masih berada dalam kondisi yang sangat rapuh.
Sistem terus memberikan notifikasi peringatan di sudut pandangnya.
Ding!
------------------------------------------------------------------------
[Notifikasi Sistem]
[Peringatan: Kehadiran Energi Iblis terdeteksi dalam radius 50 km!]
[Analisis: Pelacak tipe Metafisika sedang mengunci koordinat Host.]
[### Saran: Segera memasuki area dengan gangguan energi tinggi untuk memutuskan pelacakan.]
------------------------------------------------------------------------
Lin Hao menyeka darah yang mengalir dari sudut matanya. "Tinggal sedikit lagi... Jika perhitunganku benar, tempat itu berada di balik celah gunung ini."
Terlihat disana ada sebuah Lembah Petir Purba yang bukanlah sekadar nama saja. Tempat itu adalah sebuah anomali geologis dan spiritual yang telah ada sejak zaman kuno. Legenda mengatakan bahwa tempat itu adalah titik jatuhnya sisa-sisa kesengsaraan langit (Heavenly Tribulation) yang tidak pernah padam. Di sana, hukum alam seolah-olah terdistorsi; badai petir menyambar tanpa henti selama ribuan tahun, menciptakan medan magnetik dan spiritual yang sanggup menghancurkan indra pelacak apa pun.
Bagi orang biasa, melangkahkan kaki ke dalam lembah tersebut sama saja dengan bunuh diri secara sukarela. Namun bagi Lin Hao, tempat itu adalah benteng sekaligus altar suci.
"Jika aku ingin membantai seorang ranah Nascent Soul dengan tubuh fana ini, aku harus melakukan sesuatu yang dianggap mustahil oleh dunia ini," gumam Lin Hao. Suaranya terdengar parau namun penuh dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.
Saat ia mendaki puncak bukit terakhir, pemandangan di depannya berubah menjadi pemandangan yang mengerikan sekaligus megah. Di bawah sana, sebuah lembah raksasa terhampar luas, namun langit di atasnya berwarna hitam kelam dengan kilatan petir raksasa berwarna biru dan ungu yang sedang menyambar - nyambar seperti naga yang sedang mengamuk. Suara guntur itu berdentum secara konstan, menggetarkan tanah dan membuat udara di sekitar lembah berbau ozon yang sangat menyengat.(Baunya seperti campuran antara petir yang baru saja menyambar dan aroma logam yang panas.)
Perjudian Terakhir Sang Immortal Supreme
Lin Hao berdiri di tepi tebing, menatap badai abadi di bawahnya. Ia bisa merasakan resonansi yang kuat antara energi di dalam lembah tersebut dengan Fisik Roh Petir nya. Seolah-olah sel-sel di dalam tubuhnya sedang menginginkan, dan memanggil petir-petir itu untuk turun dan menempa dirinya.
"Sistem, konfirmasi koordinat pusat lembah. Berapa peluang keberhasilanku untuk memicu Evolusi Akar Spiritual di sana?"
Ding!
------------------------------------------------------------------------
[Notifikasi Sistem]
[Analisis Lokasi: Lembah Petir Purba Pusat.]
[Peluang Evolusi Berhasil: 35%.]
[Peluang Kematian Akibat Kelebihan Muatan Energi: 65%.]
[### Catatan: Fisik Roh Petir Host akan meningkatkan peluang bertahan hidup sebesar 20%.]
------------------------------------------------------------------------
"Peluang Evolusi berhasil 35% dan Peluang 20% untuk bertahan hidup... itu lebih dari cukup bagiku," Lin Hao menyeringai dingin. Di masa kejayaannya, ia sering kali bertaruh dengan peluang yang jauh lebih kecil dari ini demi mencapai puncak.
Sementara itu, Ia bisa merasakan kehadiran Ular Tenglong dan Zi Man yang semakin mendekat. Aura gelap mereka mulai terasa di cakrawala, mencoba mengunci keberadaannya. Tanpa ragu sedikit pun, Lin Hao melompat turun dari tebing setinggi ratusan meter tersebut, meluncur langsung ke pusat badai petir yang paling ganas.
"Dunia ini terlalu tenang... biarkan aku memberinya sedikit guncangan," ucapnya saat tubuhnya ditelan oleh kilatan petir raksasa.
Saat kakinya menyentuh dasar lembah, ribuan volt listrik alami langsung menyambar tubuhnya. Lin Hao mengerang keras, pembuluh darah di sekujur tubuhnya bersinar dengan cahaya biru elektrik. Namun, alih-alih hancur menjadi abu, ia duduk bersila di atas sebuah batu datar yang telah hangus dan menghitam karena Sambaran tadi.
Ia mulai menjalankan Teknik Primordial yang Disempurnakan, memaksa energi petir yang liar itu masuk ke dalam Meridian nya, membakar sisa-sisa hukum corruption Gu Zhong hingga bersih, dan menggunakannya sebagai palu tempaan untuk menempa akarnya menjadi sesuatu yang belum pernah dilihat oleh dunia fana ini: Akar Spiritual Chaos-Elemen Sejati.
Di luar lembah, Ular Tenglong berhenti. di depannya terlihat rangkaian petir yang sedang mengamuk, melihat hal itu, ular tenglong tidak berani melangkah lebih jauh karena insting alaminya merasakan kematian yang pasti jika ia menuju ke arah sana. Disisi lain, beberapa saat kemudian, Zi Man pun akhirnya tiba, ia menatap lembah itu dengan wajah yang berkerut penuh dengan amarah dan rasa ketidaksenangan serta kebencian yang meluap-luap.
"Kau gila, bocah... Kau lebih memilih mati disambar petir daripada menyerahkan diri padaku?" Zi Man meludah ke tanah. Namun, ia tidak pergi. tapi, Ia malah menunggu di tepi lembah ini. dengan rasa yakin bahwa, tidak ada seorang pun di ranah Foundation Establishment yang bisa bertahan lebih dari satu jam di dalam neraka petir tersebut.
Namun, asumsi nya tentang hal tersebut adalah kesalahan besar. Sebab, Lin Hao tidak sedang mati di dalam sana. justru ia sebentar lagi akan terlahir kembali.
(Lin Hao memulai meditasi mautnya di pusat badai, sementara Zi Man berjaga seperti predator di tepi lembah, menunggu mangsanya keluar dan kesempatan untuk menerkamnya.)
Bersambung....
------------------------------------------------------------------------
Catatan Penulis: Update Data Lin Hao (Akhir Bab 32)
Status Lokasi Terakhir: Pusat Lembah Petir Purba (Kondisi Ekstrem).
Kondisi Tubuh: Evolusi Akar Spiritual & Pembersihan Meridian (Sedang Berjalan).
Sisa Poin Sovereign (PP): 1.200 PP.
Status Master Luo: Menuju Pelabuhan Utara (Identitas Samaran Aktif).
Target Berikutnya: Mencapai Core Formation Tingkat 1 dan Membantai Zi Man.
kedepannya klau bisa terus ada ya min untuk menambah minat pembaca.
saya pembaca setia menunggu selalu kelanjutan ceritanya 👍
ANTARA PAGI ATAU SORE HARI.☺️