NovelToon NovelToon
Pria Gila Itu Milikku

Pria Gila Itu Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: nona yeppo

Aku Shella, seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah Menengah Atas.

Berawal dari penolakan ibu dan saudariku yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dariku, membuatku berubah menjadi gadis yang tidak memiliki hati dan pendendam.

Aku juga bertekad ingin merampas apa yang dimiliki oleh saudariku.

Aku bahkan tidak mengeluarkan air mataku saat ibuku dinyatakan meninggal dunia.
Hingga terungkapnya sebuah rahasia yang begitu mengguncang kewarasan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Shella Gallo

Aku Shella Gallo, gadis yang baru saja duduk di bangku sekolah Menengah Atas. Aku memiliki seorang saudari yang bernama Maurice, wajah nya begitu cantik dengan rambut lurus alami berwarna kuning keemasan persis sama seperti ku.

Namun hanya rambut saja yang memiliki kemiripan, selebihnya sangatlah berbeda jauh dan aku sangat mensyukuri itu didalam hatiku.

Wajah kakakku merupakan perpaduan sempurna dari wajah Ayah dan Ibuku, sedangkan wajah ku sendiri, kalau kata Ayahku adalah hasil jiplakan dari ibuku sendiri.

Aku sempat mensyukuri ketidak mirip-anku pada kakakku dari segi wajah, namun tidak semudah itu. Aku kembali membenci wajahku yang begitu mirip dengan ibu yang sama sekali tidak menyukai kehadiranku.

Ibuku bernama Anna merupakan wanita karir yang mampu mendaki kepuncak tinggi hingga departemen Kementerian Luar Negeri.

Sungguh keluarga yang dilimpahi materi, namun tidak dengan kasih sayang. Kemewahan selalu mengikuti kemanapun aku dan saudariku melangkah.

Tak cukup hanya dengan ibuku yang memiliki pekerjaan impian, pekerjaan Ayahku juga tak kalah membanggakan. Beliau yang merupakan seseorang yang bekerja di sebuah agen keamanan negara, semakin membuat derajat sekaligus keangkuhan saudariku melambung tinggi.

Pekerjaan Ayahku membuatnya tidak bisa menetap setiap hari dirumah mewah kami. Dan kenyataan itu secara perlahan-lahan membentuk sebuah lubang kecil didalam hatiku.

Lalu bagaimana dengan ibu, pekerjaanya tidak selalu menuntutnya untuk datang setiap hari kekantor.

Ibuku dapat melakukan pekerjaanya dari rumah, juga jarak antara kantor dan rumah kami tidaklah jauh.

Namun kehadiran ibuku dirumah setiap harinya malah membuat hatiku sedikit tercabik. Sejak aku tumbuh menjadi gadis yang telah mengerti akan dunia ini, aku telah menerima banyak penolakan dari ibuku dan kebencian dari saudariku, Maurice.

"... kau merebut kasih sayang ibuku, karenamu, ibu tidak punya waktu bermain denganku,,! "

Kata saudariku saat aku baru menginjak di usia lima tahun. Aku masih ingat dengan jelas jari telunjuk nya menunjuk-nunjuk tepat dibahuku hingga dorongan yang tak sedikit membuatku terjatuh.

Kala itu usia nya telah menginjak lima belas tahun, usia dimana masa keemasan seorang remaja sedang bersinar.

Ia telah memiliki segalanya termasuk orang tua yang memiliki pekerjaan yang sangat membanggakan. Hingga kabar hadirnya aku didalam perut ibuku membuat dunia nya seakan berubah seratus delapan puluh derajat.

Kehadiranku yang semakin hari semakin mengusik ketenangannya, membuatnya berubah menjadi penyihir cantik yang menyembunyikan tanduknya dengan rapi.

***

Hah,,,

aku menghela nafasku mengingat semua kenangan pahit itu.

Saat ini kondisiku sangat berbeda jauh dari semua cerita ku diatas. Tidak ada lagi kemewahan, apalagi sendok perak yang dahulu selalu mengikuti ku.

Perlahan aku membereskan buku-buku yang tersusun tidak rapi disudut kamarku yang kecil. Hari ini aku dan Ayahku baru saja melakukan pindahan setelah berkali-kali kami telah melakukannya.

Sekolah,? apa-apaan sekolah. Aku bahkan tidak menginginkannya lagi, desah ku pelan.

Aku menggerakkan otot leherku yang terasa kaku, mungkin karena emosiku sering tidak stabil akhir-akhir ini.

Begitu banyak masalah yang datang bertubi-tubi, dan aku harus menghadapinya seorang diri.

Setelah kematian ibuku tiga tahun yang lalu, aku dan Ayah telah hidup secara berpindah-pindah hingga tiga kali banyaknya.

Aku berharap semoga ini kali terakhir kami hidup bagai berkemah, tidak ada pendirian pasti dan tidak ada teman.

Masa yang kulalui di waktu Sekolah Menengah Pertama adalah masa semuanya terasa abu-abu. Semua terasa seperti tidak ada kehidupan sama sekali.

Kala itu, aku dan Ayah yang hanya tinggal berdua memutuskan untuk menyewa sebuah hunian kecil disudut kota, yang orang-orang sebut adalah kos-kosan bagi para mahasiswa.

Sedangkan saudariku yang masih menolak sadar akan kenyataan masih bertahan didunia fantasi yang ia ciptakan dan kembangkan sendiri sehingga mengorbankan waktu dan tenaga Ayahku.

Saudariku Maurice berkuliah di Universitas bergengsi di kota kelahiranku. Ia yang awalnya selalu dilimpahi kemewahan oleh mendiang ibuku, merasa sangat sulit untuk beradaptasi dengan keadaan sulit kami saat itu.

Sehingga Ayah tidak punya pilihan selain menuruti kemauan saudariku, tentu saja aku tidak dapat melakukan apapun untuk menyadarkan saudariku.

Melihat wajahku saja bisa membuat nya mengeluarkan tanduk iblisnya.

"... sejak awal, kehadiranmu membuatku dan ibu kewalahan, dan sekarang kau bahkan menyebabkan ibu pergi untuk selamanya. "

Sakit,? tentu saja sangat sakit.

Bahkan saking sakitnya, dadaku bahkan mati rasa ketika melihatnya dihadapanku.

Sakit yang kuterima dari kakaku saja sudah sesakit ini, lalu bagaimana sakit yang kuterima dari ibuku sendiri.?

Kematian ibuku tiga tahun lalu menjadi titik balik bagi keluargaku. Bukan hanya kepedihan mendalam yang harus dirasakan Ayah dan saudariku.

Aku juga kehilangan pendengaran ku detik itu juga.

***

Hah,,,

Kembali aku menghela nafas yang kali ini lumayan panjang. Aku bahkan kesulitan bernafas kala mengingat semua kejadian itu.

Aku sejenak menelungkupkan kepalaku kedalam lututku, mengambil nafas yang panjang untuk meredakan rasa sesak yang membutuhkan dadaku.

Namun bukan ketenangan yang kudapat, kesedihan itu malah datang menghampiri, mengembalikan semua kenangan demi kenangan pahit yang tak ingin ku ingat lagi.

Aku menangis keras, namun aku merasa nyaman mengeluarkan suara ku yang tidak berisik ditelingaku.

Aku mengeluarkan semuanya yang telah ku pendam selama tiga tahun selalu kusimpan rapat sendirian.

Aku tidak peduli sedang dimana aku, karena telah terbiasa hidup sendirian. Kadang ditemani Ayah jika sedang off kerja.

Hingga sebuah tangan menyentuh pundakku, lalu ku hentikan tangisku. Aku yakin mataku pasti telah memerah hebat karena hidungku telah sesak karena dipenuhi cairan kesedihan itu.

Ada apa,?

Kulihat gerakan bibir Ayahku menanyakan ada apa. Dan aku hanya menggeleng sambil cemberut.

Kupikir aku sedang sendirian, kupikir Ayah sedang bekerja. Aku melakukan kebiasaanku saat Ayah tidak ada.

Aku tidak mendengar Ayah datang,, ucapku dengan suara yang agak aneh akibat dari tangisanku.

Bagaimana mungkin kamu dengar Shell, kamu terlalu asyik dengan duniamu sendiri,.

Aku tahu Ayah mengatakan itu secara halus karena tidak ingin menyakiti perasaanku. Aku yang kehilangan pendengaran ku tentu saja tidak dapat mendengar tanda-tanda kehadiran Ayahku.

Aku benar-benar lupa akan keadaan ku sejak tadi. Entah mengapa ingatan-ingatan itu tiba-tiba saja muncul memenuhi kepalaku.

Membuatku kelepasan menunjukkan diriku yang lain dari yang selama ini kutunjukkan pada Ayahku.

Ayah tahu kamu sedang mengingat kejadian menyedihkan itu. Bukankah ini hari ulang tahunmu sekaligus peringatan kematian ibumu,.

Kata Ayah.

Ayah, aku pergi dulu, kataku memotong pembicaraan Ayah.

Aku keluar bukan benar-benar karena ingin, aku hanya tidak ingin terlibat pembicaraan dengan Ayah jika menyangkut masa kelam itu.

Didepan sana, tepat dipersimpangan gang ada sebuah minimarket. Jaraknya lumayan jauh namun tidak terlalu melelahkan jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Aku menuruni tangga menuju lantai satu, tempat usaha sampingan Ayahku yaitu kedai malam yang menyajikan minuman beralkohol disamping menu utama yaitu makanan cepat saji atau bahasa gaulnya junk food.

Setelah tiba di pintu keluar yang berbeda jalur dari kedai, aku menatap jalanan yang tidak terlalu lebar karena memang diperuntukkan untuk sebuah gang.

Rumah-rumah warga tersusun rapi, berdiri berdampingan. Mataku terus memandang dari ujung jalan ke ujung yang satu nya lagi.

Hingga mataku tertuju pada satu rumah mewah diujung jalan. Rumah yang mengingatkanku pada rumah kami dahulu.

.

.

Next...

1
Tanti Purba
lanjut donk
kayla: Hallo jangan lupa mampir di karya terbaru aku yah " My Baby Girl" mohon dukungannya
yeppo: oke kak, ditunggu aja ya ☺
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!