NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Ditentang Takdir

Ketika Cinta Ditentang Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Persahabatan / Angst / Romansa / Roh Supernatural / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

Bayu, seorang penyanyi kafe, menemukan cinta sejatinya pada Larasati. Namun, orang tua Laras menolaknya karena statusnya yang sederhana.

Saat berjuang membuktikan diri, Bayu tertabrak mobil di depan Laras dan koma. Jiwanya yang terlepas hanya bisa menyaksikan Laras yang setia menunggunya, sementara hidup terus berjalan tanpa dirinya.

Ketika Bayu sadar dari koma, dunia yang ia tinggalkan tak lagi sama. Yang pertama ia lihat bukanlah senyum bahagia Laras, melainkan pemandangan yang menghantam dadanya—Laras duduk di pelaminan, tetapi bukan dengannya.

Dan yang lebih menyakitkan, bukan hanya kenyataan bahwa Laras telah menikah dengan pria lain, tetapi juga karena pernikahan itu terpaksa demi melunasi hutang keluarga. Laras terjebak dalam ikatan tanpa cinta dan dikhianati suaminya.

Kini, Bayu harus memilih—merebut kembali cintanya atau menyerah pada takdir yang terus memisahkan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Antara Ada dan Tiada

Bayu melangkah ringan, matanya berbinar menatap kotak beludru merah muda di genggamannya. Di dalamnya, sebuah cincin berlian kecil bersemayam—bukan yang paling mahal, tapi yang paling berarti. Cincin ini bukan sekadar perhiasan, melainkan bukti perjuangannya. Bukti bahwa ia, dengan kedua tangannya sendiri, mampu memberikan sesuatu yang berharga untuk Laras.

Di seberang jalan, Laras berdiri di trotoar, matanya menangkap sosok lelaki yang begitu ia rindukan. Bayu. Dengan kemeja sederhana dan senyum yang selalu mampu menghangatkan hatinya.

Mereka saling bertatapan. Saling melempar senyum. Seolah dunia hanya milik mereka berdua.

Bayu melambaikan tangan, penuh semangat, seakan berkata, Tunggu aku, Sayang. Aku datang dengan hadiah untukmu.

Laras tersenyum lembut, membalas lambaian itu. Angin senja berhembus, menggoyangkan rambutnya yang tergerai. Bayu sudah bersiap menyeberang.

Lalu segalanya hancur.

Tiba-tiba suara klakson meraung, tajam dan memekakkan. Mata Laras membelalak, napasnya tercekat melihat sebuah mobil melaju tak terkendali menuju Bayu.

“BAYU!”

Semuanya terasa begitu cepat, tapi juga seperti berjalan dalam gerakan lambat. Bayu sempat menoleh, senyum masih mengembang di bibirnya—sebelum tubuhnya terpental keras menghantam aspal.

Darah menggenang. Kotak cincin yang tadi digenggamnya terlempar, terbuka di udara, sebelum jatuh berdebam ke jalanan yang keras. Dalam kotak, berlian kecil itu bergulir, bercahaya di bawah sinar matahari senja yang menyedihkan.

Laras menjerit, kakinya lemas, tubuhnya gemetar. Ia ingin berlari, tapi tubuhnya seakan membeku. Matanya tak bisa lepas dari sosok Bayu yang tergeletak tak bergerak di tengah jalan.

Air mata mengalir tanpa henti. Hatinya menjerit.

Bayu, lelaki yang ingin ia genggam selamanya, kini terbaring di antara hidup dan mati.

Di Antara Dua Dunia

Bayu berkedip. Pandangannya buram. Suara di sekitarnya terdengar jauh, seakan datang dari tempat yang asing. Ia masih bisa melihat Laras di seberang jalan—tapi ada sesuatu yang aneh.

Laras berdiri terpaku, matanya membelalak, bibirnya bergetar tanpa suara.

Kenapa dia terlihat begitu syok?

Bayu mencoba melangkah mendekat, tapi ada sesuatu yang tidak beres. Kakinya terasa ringan, nyaris melayang. Orang-orang mulai berkerumun, beberapa berteriak panik, tapi suara mereka terdengar samar di telinganya.

Ia ingin bertanya, ingin memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Namun, saat hendak menyentuh bahu seseorang, tangannya justru menembus tubuh orang itu seperti kabut tipis.

Bayu terkesiap. Jantungnya berdegup kencang.

Lalu pandangannya jatuh ke jalanan.

Di sana, seorang pria tergeletak bersimbah darah. Tubuhnya kaku, jemarinya masih sedikit terentang ke arah sebuah kotak kecil yang terbuka, memperlihatkan cincin di dalamnya.

Dunia seolah berhenti.

Bayu menatap sosok itu lebih lama—dan perlahan, kesadaran mengiris benaknya.

Itu… dirinya sendiri.

Bayu terpaku. Napasnya tercekat. Ia ingin berteriak, tapi tak ada suara yang keluar dari tenggorokannya.

Di hadapannya, tubuhnya sendiri terbaring kaku. Darah mengalir dari pelipisnya, merembes ke aspal yang dingin. Orang-orang mulai berdatangan, beberapa berusaha menolong, tapi suara mereka terasa jauh, seperti gema di dalam kepalanya.

Tidak. Ini pasti mimpi.

Laras masih berdiri di seberang jalan, tubuhnya gemetar. Bibirnya bergetar, ingin mengatakan sesuatu, tapi suaranya tertahan oleh kepanikan yang mengunci dadanya.

Mata Bayu menatap Laras, berharap dia akan berlari ke arahnya, menggenggam tangannya, mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Tapi Laras tak bergerak. Seolah jiwanya masih tertinggal di antara kesadaran dan ketidakpercayaan.

Saat seorang pria menyentuh bahunya, mencoba menyadarkannya, Laras menggeleng lemah. Matanya masih terpaku pada Bayu yang tergeletak. Lalu, pelan-pelan, lututnya melemas. Ia jatuh berlutut di trotoar, air mata yang tadi tertahan akhirnya pecah, membasahi wajahnya yang pucat.

“Bayu…” suaranya lirih, nyaris tak terdengar.

Bayu ingin meraih Laras, ingin menyentuhnya, ingin mengatakan bahwa ia ada di sini, bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi saat tangannya terulur, ia hanya menyentuh kehampaan.

Laras menangis tersedu, tangannya mengepal erat di dadanya seakan ingin menarik sesuatu yang menyakitkan dari dalam hatinya.

Bayu mundur selangkah. Jantungnya berdegup tak karuan.

"Aku... di sini, Laras," bisiknya.

Tapi Laras tak bereaksi. Tak ada yang mendengar suaranya. Tak ada yang melihatnya.

Pelan-pelan, kenyataan menghantamnya lebih keras dari kecelakaan yang baru saja terjadi.

Ia tidak lagi berada di dunia yang sama dengan Laras.

Di Antara Hidup dan Mati

Di dalam ambulance yang melaju kencang, suasana penuh ketegangan. Sirene meraung memecah malam, menambah getir di hati Laras yang duduk di samping tandu tempat Bayu terbaring tak sadarkan diri.

“Pasien laki-laki, usia sekitar 26 tahun. Cedera kepala berat, tekanan darah menurun!” suara paramedis terdengar cepat, mendesak, sementara tangannya cekatan memasang infus di lengan Bayu.

Laras menggenggam tangan Bayu yang dingin. Jemarinya gemetar, air matanya masih berlinang. "Bayu, kamu dengar aku? Tolong... jangan pergi," suaranya lirih, putus-putus.

Namun Bayu tak bergerak. Napasnya naik turun pelan di balik masker oksigen.

Di sudut ruangan sempit itu, roh Bayu berdiri, menatap tubuhnya sendiri dengan perasaan campur aduk. Ia bisa merasakan kepanikan Laras, bisa melihat tangisannya, bisa mendengar detak jantungnya yang berdebar tak karuan—tapi tak bisa berbuat apa-apa.

“Ingat, jangan sampai dia kehilangan lebih banyak darah!” suara paramedis lain terdengar, penuh urgensi.

Roh Bayu berusaha menyentuh Laras, ingin menghapus air matanya, ingin meyakinkannya bahwa ia di sini. Tapi setiap kali ia mengulurkan tangan, hanya kehampaan yang ia rasakan.

Laras semakin sesenggukan. Ia menempelkan keningnya pada tangan Bayu, seolah ingin menyalurkan kehangatan, seolah ingin mengembalikan jiwa yang perlahan terasa menjauh darinya.

“Bayu… kamu janji mau selalu ada buat aku, 'kan?” suaranya hampir tenggelam dalam isak tangis.

Bayu mengepalkan tangannya. Ia ingin menjawab, ingin mengatakan bahwa ia mendengar semuanya. Tapi tak ada yang bisa ia lakukan.

Ambulance terus melaju. Waktu terasa berlomba dengan takdir.

Dan di antara kehidupan dan kematian, roh Bayu hanya bisa menyaksikan Laras memohon agar ia tetap hidup.

***

Laras berdiri di depan ruang gawat darurat dengan tubuh lemas. Langkah kakinya limbung, jari-jarinya saling meremas, berusaha menguatkan diri. Matanya terus terpaku pada pintu UGD yang tertutup rapat, di baliknya Bayu tengah berjuang antara hidup dan mati.

"Akan kami lakukan yang terbaik," kata seorang dokter tadi sebelum mendorong tandu Bayu masuk. Tapi kalimat itu hanya menggantung di udara, tanpa janji, tanpa kepastian.

Roh Bayu berdiri tak jauh dari sana, menatap tubuhnya sendiri yang dikerumuni dokter dan perawat. Ia bisa melihat mereka bekerja cepat—alat-alat medis berbunyi, instruksi saling bersahutan, wajah-wajah tegang berusaha menstabilkan kondisinya.

"Tekanan darah turun!"

"Siapkan alat pacu jantung!"

Roh Bayu terpaku. Ia ingin melawan, ingin kembali ke tubuhnya, ingin bangun dan menggenggam tangan Laras. Tapi sesuatu yang tak terlihat menahannya di tempat.

Di luar ruangan, Laras terduduk di kursi tunggu. Wajahnya tertunduk, kedua tangannya mengepal di atas pangkuan. Air mata tak berhenti mengalir, jatuh tanpa suara.

"Ya Tuhan... tolong selamatkan dia..." bisiknya, hampir tak terdengar.

Suster berlalu-lalang, dokter sesekali keluar masuk, tapi tak ada kabar yang bisa meredakan kepanikannya.

Waktu berjalan lambat. Setiap detik terasa seperti siksaan.

Tiba-tiba, pintu UGD terbuka. Seorang dokter keluar, wajahnya serius.

"Larasati?"

Laras langsung berdiri, hatinya mencelos. "Bagaimana Bayu, Dok?"

Dokter menarik napas panjang. "Kami berhasil menstabilkannya. Tapi dia masih dalam kondisi koma. Sekarang, semua tergantung pada kekuatan tubuhnya untuk bertahan."

Dunia Laras seakan runtuh. Kakinya melemas, tapi ia memaksa tetap berdiri.

Di baliknya, roh Bayu berdiri diam. Menatap Laras yang berjuang menahan tangis.

Ingin sekali ia berkata, Aku di sini, Laras. Jangan menangis.

Tapi seperti sebelumnya, suaranya tak pernah sampai.

...🔸🔸🔸...

...Lorong sepi menyayat hati. Angin malam dingin mencekam. ...

...Langkah kaki terdengar samar. Aroma obat-obatan menusuk penciuman....

...Antara ada dan tiada, diperbatasan nyata dan fatamorgana. ...

...Aku di sini tanpa ada yang menyadari. ...

...Aku disisimu tanpa bisa menyentuhmu. ...

...Aku di sini tak berdaya menghapus air matamu, apalagi menggenggam tanganmu. ...

...Aku tak bisa memelukmu untuk menenangkanmu....

...Kau begitu dekat namun terbatas sekat yang tak kasat. ...

...Sakit ini, seperti nyeri dihujam belati, pedihnya mengoyak hati. ...

...Kita di tempat yang sama, namun di alam yang berbeda....

..."Dhanaa724"...

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
abimasta
selamatka laras dar keegoisan ortunya bayyuu dan habisi edward yg sudah menabrakmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
selamatkan laras, Bayu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yes bayu kembali... 😭😭😭😭😭... selamatkan juga laras dari kejahatan Edward & Sherin, bayu...
syisya
ayo bay muncullah
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apakah Edward memang se maha Kuasa itu? tak adakah hukum untuknya? bisa semena-mena begitu?
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Edwin
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Beni
abimasta
laras lagi yang jadi korban
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apa yg laras khawatirkan pun terjadi. lekaslah sembuh bayuuu... boni & laras butuh hadirmuuuu
Dek Sri
lanjut
syisya
belum tau aja tu darma&wati kalau calon mantu yg selama ini kalian tidak restui itu adalah pewaris tunggal, bos besar..hidup laras nantinya akan bahagia tanpa dia tau perjuangan hubungan mereka selama ini tidak sia" bahwa bayu sebenarnya adalah anak orang kaya..sabar ya bon sebentar lagi semoga semua perbuatan baikmu akan dibalas oleh bayu karna dia tidak akan benar" meninggalkanmu yg sudah dianggap seperti saudara
Vincen Party
tenanglah....Bayu psti akan DTG genti membantumu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bagus laras. ayo bayu, cari solusi. semangat!
Vincen Party
jujur.....maaf TPI q GK suka cerita Edwar terlalu byk Thor.....tlng fokus ke bayu dan boni
abimasta
jangan sampai laras jatuh ke tangan edward
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bayu, kenapa kau tak meminta papamu mempertemukanmu dengan boni & laras?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga laras berhasil menyelamatkan adiknya. semangat laras
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ini bukan naif tapi tamak. mereka akan terjebak edward
syisya
dasar matre, nanti kalau habis manis sepah dibuang baru nangis" kau sherin 🤭
syisya
sudah jatuh tertimpa tangga ya bon, semoga Bayu cepat pulih agar bisa membantu keadaan Boni🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!