"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Itu tidak perlu, aku sudah mendapat kantong darah yang diperlukan," kata Alex, menatap tajam Jonathan. Beruntung dia memiliki asisten yang bisa diandalkan, sehingga masalah ini bisa diselesaikan dengan cepat.
Jonathan terdiam sesaat, mengurung niatnya dan mengalah. Dia memahami bahwa Alex sudah memiliki rencana dan tidak perlu campur tangan lagi.
Dengan mengangguk kecil, Jonathan menerima keputusan Alex dan membiarkannya melanjutkan pekerjaannya. Keheningan singkat itu menunjukkan bahwa Jonathan menghormati keputusan Alex dan bersedia bekerja sama.
Alex menyerahkan kantong darah kepada dokter dengan hati-hati, sementara yang lain menatap dengan penuh harapan. Mereka semua sangat bersyukur bahwa kantong darah yang dibutuhkan telah tersedia, dan berharap kondisi Lisa akan segera pulih.
Dokter menerima kantong darah dari Alex dan segera memulai proses transfusi. Semua orang menanti dengan sabar dan berharap bahwa transfusi darah akan membantu Lisa pulih lebih cepat.
Keheningan di ruangan itu dipenuhi dengan harapan dan doa untuk kesembuhan Lisa.
Alex menunggu Lisa dengan cemas, menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan yang nyata pada calon istrinya. Mimik wajahnya terlihat tegang dan khawatir, menunjukkan seberapa besar cintanya terhadap Lisa.
Bahkan Jonathan, yang berdiri di sampingnya, bisa melihat betapa besar cinta Alex terhadap mantan istrinya itu.
Alex tidak bisa menyembunyikan perasaannya, dan semua orang di ruangan itu bisa melihat betapa tulusnya cintanya terhadap Lisa.
Dia terus memandang ke arah Lisa, berharap bahwa proses transfusi darah akan berhasil dan Lisa akan segera pulih. Kecemasan dan harapan terpancar jelas dari wajahnya.
"Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Alex lirih, memandang Indri dengan mata yang penuh harapan.
Indri mengangguk yakin, mencoba menenangkan kekhawatiran Alex.
"Lisa tidak selemah itu, dia pasti baik-baik saja," ujar Indri dengan senyum lembut. Suaranya yang tenang dan meyakinkan sedikit meredakan kecemasan Alex.
Alex mengangguk, mencoba mempercayai kata-kata Indri dan berharap bahwa Lisa akan segera pulih. Dia terus memandang Lisa dengan penuh kasih sayang, berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Alex langsung menghampiri dokter, menanyakan kondisi kesehatan Lisa dengan penuh harap.
"Bagaimana kondisi Lisa sekarang?" Desaknya yang tidak sabar ingin tahu kondisi calon istri.
"Pasien sudah melewati masa kritis, tinggal menunggu dia siuman," jawab dokter dengan senyum yang menenangkan.
Alex merasa sedikit lega mendengar kabar baik itu, dan berharap bahwa Lisa akan segera sadar dan kembali sehat.
Dia terus menanti dengan sabar, berharap untuk segera melihat senyum Lisa kembali.
"Ibu, tolong jaga Lisa!" ucap Alex sebelum pergi meninggalkan ruangan, meninggalkan tanggung jawab merawat Lisa kepada ibunya.
Pikiran Alex kini dipenuhi dengan kemarahan dan keinginan untuk membalas perbuatan Arneta.
'Beraninya dia melukai calon istriku!' pikir Alex, marah dan berniat memberikan pelajaran kepada Arneta.
Sisi terburuk Alex mulai muncul, memperlihatkan ketegasan dan kekerasan yang tidak biasa dia tunjukkan.
Dengan langkah pasti, Alex menuju ke arah Arneta, bertekad untuk menuntut pertanggungjawaban atas apa yang telah terjadi pada Lisa.
Diana menepuk pundak Jonathan pelan, memberi isyarat agar dia tidak ikut campur lebih lanjut.
“Berhenti ikut campur, Lisa bukan lagi tanggung jawabmu.”
Diana berharap Jonathan bisa memahami keputusannya dan tidak memperumit situasi lebih lanjut.
Jonathan menundukkan kepala, merasa sedih dan kecewa. Dia tidak menyangka bahwa ibunya tidak akan membelanya, bahkan tidak ingin dia terlibat lebih lanjut dengan Lisa.
Meskipun dia ingin memohon agar bisa tetap bersama Lisa, dia tahu bahwa ibunya sudah membuat keputusan. Jonathan merasa bahwa dia harus menerima keadaan, meskipun hatinya tidak rela.
Dia memikirkan kembali semua yang telah terjadi antara dia dan Lisa, dan betapa dia masih memiliki perasaan yang kuat terhadapnya. Namun, dia juga sadar bahwa ibunya memiliki alasan tersendiri untuk membuat keputusan seperti itu.
Jonathan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dan menerima kenyataan bahwa dia harus melepaskan Lisa. Tapi, dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa dia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
"Kamu sendiri yang memulainya, pahami semua konteks yang kamu ciptakan sendiri," ucap Diana dengan nada yang tegas, sebelum berlalu pergi meninggalkan Jonathan.
Satu persatu diikuti yang lainnya, menyisakan Indri dan Jonathan yang masih berada disana.
Jonathan menatap mereka dengan perasaan yang campur aduk, merasa bahwa dia telah diberi pelajaran keras oleh ibunya. Dia menyadari bahwa keputusannya memiliki konsekuensi yang tidak bisa dia hindari.
“Aku sangat menyesal,” lirihnya.
Dengan langkah berat, Jonathan juga pergi dari sana, berniat untuk menjauhkan diri dari semua yang telah terjadi. Sebelum dia benar-benar menghilang dan pergi jauh dari negara ini, Jonathan ingin menata kembali pikirannya dan memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Kepergiannya dari tempat itu menjadi awal dari perjalanan baru dalam hidupnya.
Alex mencengkram dagu Arneta dengan kuat, memandangnya sinis penuh kebencian. Matanya yang tajam dan penuh amarah membuat Arneta merasa takut dan terintimidasi.
Alex menahan emosi negatifnya, namun kebencian dan kemarahan terhadap Arneta terlihat jelas di wajahnya.
"Kamu berani-beraninya melukai Lisa," kecam Alex dengan suara yang rendah dan menakutkan, menunjukkan betapa besar kemarahannya terhadap Arneta.
Arneta mencoba untuk berbicara, namun cengkraman Alex terlalu kuat sehingga dia hanya bisa terdiam dan menahan rasa sakit.
Alex semakin meningkatkan tekanan, membuat Arneta merasa bahwa dia berada dalam bahaya.
"Sakit," ringis Arneta, mencoba menarik perhatian Alex agar dia merasa dikasihani.
Namun, Alex tidak terpengaruh dan melepaskan wanita itu dengan gerakan yang kasar.
"Kamu sendiri mencari masalah, sudah membangunkan sisi terburukku," cetus Alex dengan nada yang dingin dan mengancam. Dia tidak lagi menunjukkan kelembutan atau kasih sayang yang biasanya dia tunjukkan.
"Kamu bukan Alex yang aku kenal," sela Arneta, menggelengkan kepala tidak percaya dengan perubahan sikap Alex yang tampak kasar.
Arneta terkejut melihat sisi gelap Alex yang selama ini dia tidak pernah lihat. Dia tidak tahu bagaimana menghadapi pria itu yang sekarang, terlihat sangat berbeda dari pria yang dia kenal sebelumnya.
Alex tersenyum simpul, sambil memainkan pergelangan tangannya dengan gerakan yang santai namun penuh makna.
"Aku tidak akan mengotori tanganku, karena sebentar lagi aku akan menikah," katanya dengan nada yang dingin dan terencana.
Dengan senyum yang masih terukir di wajahnya, Alex menunjukkan bahwa dia memiliki rencana lain untuk Arneta, tanpa harus menggunakan kekerasan langsung.
Dia ingin menunjukkan bahwa dia memiliki kontrol penuh atas situasi dan tidak akan terpancing untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana pernikahannya dengan Lisa.
Alex memberi isyarat kepada bawahannya untuk mengatasi Arneta, tidak ingin melihat wanita itu lagi.
"Jangan biarkan dia ada di hadapanku lagi!" perintahnya dengan nada yang tegas dan berwibawa.
Bawahannya segera bergerak untuk melaksanakan perintah Alex, membawa Arneta pergi dari hadapannya.
Alex menatap Arneta dengan pandangan yang dingin dan tidak peduli, menunjukkan bahwa dia sudah tidak ingin terlibat lebih lanjut dengan wanita itu.
Setelah Arneta dibawa pergi, Alex berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan kesan bahwa masalah dengan Arneta telah selesai baginya.
𝐤𝐥𝐨 𝐝𝐥𝐦 𝐫𝐭 𝐲𝐠 𝐭𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐬𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐨𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥 𝐤𝐢𝐭𝐚
yg cadel cadel bikin gumussss
ceritanya bagus tapi sepertinya banyak peran
mencurigakan sekali ini
Weh Weh so kita lihat episode selanjutnya apa seperti dugaan ku
dam
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang