NovelToon NovelToon
Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Balas Dendam / Single Mom / Janda / Crazy Rich/Konglomerat / Dendam Kesumat
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Aku masih ingat tangisan, tawa dan senyum pertamanya. Aku juga masih ingat langkah pertamanya. Saat dia menari untuk pertama kali. Saat dia menangis karena tidak bisa juara kelas. Aku masih ingat semuanya.

Dan sekarang, semua kebahagiaan itu telah direngkuh paksa dariku.

Aku tidak memiliki apa-apa selain dia
Dialah alasanku untuk hidup sampai sekarang.
Tidak bolehkah aku menghukum perampas kebahagiaanku?


Ini adalah novel diluar percintaan pertama penulis, mohon dukungannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1

"Ma, aku berangkat!" ucap Tia sebelum berangkat sekolah.

Ratna bergegas pergi ke pintu depan lalu Tia memeluknya erat.

"Kenapa ini? Apa uang saku kamu habis?" tanya Ratna curiga pada kelakuan putrinya yang terbilang tidak biasa.

"Tia cuma mau peluk, emang mama gak suka ya?"

Ratna membalas pelukan dan mencium pipi putrinya dengan rakus.

"Suka, mama suka. Udah lama banget kamu gak mau mama peluk"

"Tia janji bakal terus peluk mama setelah ini"

"Janji?"

"Iya. Soalnya Tia sayang banget sama mama"

Sekali lagi Ratna heran dengan kata-kata putrinya yang jarang sekali didengarnya.

"Mama juga sayang banget sama Tia"

Setelah pelukan hangat itu, Tia mengambil tangan Ratna dan menciumnya. Tanda bakti seorang putri pada mamanya.

"Tia berangkat dulu ya Ma!" kata Tia lalu berangkat sekolah. Sebelum menghilang dari pagar, Tia berbalik dan memberikan senyuman paling cantiknya pada Ratna.

Tak lama Ratna berangkat kerja seperti biasa.

Saat jam menunjukkan pukul dua belas siang, seperti biasa Ratna mengirim pesan pada putrinya. Bertanya apakah Tia sudah makan siang di sekolahnya.

Tia menjawab dengan cepat kalau sudah membeli nasi ayam goreng di kantin sekolah. Ratna menjadi tenang karena putrinya tidak telat makan.

Waktu menunjukkan pukul dua siang dan Ratna kembali mengirim pesan kepada putrinya. Bertanya apakah Tia sudah dalam perjalanan pulang ke rumah. Pesan itu terkirim tapi belum terbaca.

Ratna sangat mengerti jadwal pelajaran sekolah putrinya. Selain hari Senin dan Rabu saat Tia yang menginjak kelas 2 SMA itu mengikuti ekstrakulikuler. Putrinya selalu pulang tepat waktu. Hari ini hari Kamis dan tidak ada ekstra atau rencana kegiatan apapun yang dia ketahui.

Apa Tia pergi dengan teman-temannya tanpa ijin?

Sepuluh menit kemudian Ratna kembali melihat ponsel. Memeriksa apakah pesannya telah dibaca oleh Tia. Belum dibaca juga. Aneh. Padahal Tia selalu membalas pesannya dengan cepat.

Merasa khawatir, Ratna menghubungi nomor putrinya. Hanya terdengar nada dering tapi Tia tidak mengangkat. Kemana putrinya itu? Apa ponsel Tia rusak? Tidak mungkin.

Ratna kembali menghubungi putrinya. Kali ini terus menelpon tapi Tia tidak kunjung mengangkat. Rasa khawatir yang muncul semakin membesar. Sebagai ibu tunggal, dia memang terlalu protektif pada Tia. Tidak mengijinkan putrinya itu pergi tanpa ijinnya.

"Kenapa Rat?" tanya teman kerja yang duduk di sampingnya.

"Ini, Tia. Ditelpon berulangkali tapi tidak menjawab. Aku kirim pesan juga tidak dibalas"

"Masih asyik ngobrol dengan temannya mungkin?" jawab Yani membuat Ratna sedikit agak tenang.

Iya juga. Pernah dulu Tia tidak membalas pesan dan mengangkat telepon karena asyik berkumpul dengan teman-temannya. Berusaha berpikir lebih positif, Ratna kembali bekerja.

Tiga jam kemudian, waktunya Ratna pulang. Dia kembali memeriksa pesan yang dikirim ke putrinya. Belum juga dibaca.

Kemana putrinya pergi? Kenapa tidak membalas pesannya?

Ratna hanya hidup berdua dengan putrinya setelah ayah Tia meninggal sepuluh tahun lalu. Tidak ada saudara yang bisa dikunjungi di kota ini. Jadi tidak mungkin Tia pergi ke tempat yang tidak dia ketahui.

Merasa tak sabar, Ratna bertanya di grup kelas. Bertanya apakah salah satu temannya mengetahui keberadaan Tia.

Salah satu orang tua teman dekat Tia menjawab kalau putrinya itu sudah pulang sejak tadi. Kira-kira pukul tiga sore. Karena mereka mengadakan kerja kelompok mendadak di sekolah.

Oh, kerja kelompok. Pikiran tak tenang itu menghilang sepenuhnya. Ratna merasa tenang sekarang karena mengetahui kalau putrinya sekarang mungkin ada di rumah. Pasti tidur karena kelelahan setelah sekolah harus kerja kelompok. Sehingga tidak bisa menjawab teleponnya.

Ratna mengemudikan mobilnya dengan cepat ke sebuah restoran cepat saji kesukaan putrinya. Membeli paket combo yang sangat disukai Tia. Sebagai pengobat rasa lelah setelah kerja kelompok, pikirnya.

Tak disangka, Ratna pulang ke rumah yang gelap dan sepi.

"Tia!!" panggilnya terus menerus tapi tidak mendapat jawaban sama sekali. Ratna menyalakan semua lampu dan mendapati keadaan rumah persis sama seperti saat dia pergi bekerja tadi pagi. Tidak ada yang berubah.

"Tia!" panggilnya lagi lalu membuka pintu kamar putrinya.

Tidak ada tanda-tanda putrinya pulang dan tidur di kasurnya. Berarti Tia belum pulang sampai sekarang. Rasa khawatir itu kembali muncul. Kali ini begitu besar sampai dia merasa gugup saat bertanya kembali di grup orang tua wali murid kelas.

Tidak ada yang menjawab melihat Tia setelah mereka berpisah.

Apa?

Tidak patah arang, Ratna meminta tolong pada semua teman sekelas Tia untuk menghubungi nomor putrinya. Berharap kalau putrinya itu sedang keluar dengan salah satu temannya tapi tidak meminta ijin. Karena takut tidak diperbolehkan olehnya.

Kali ini, semua teman sekelas Tia menjawab. Mengatakan tidak ada yang bersama dengan putrinya saat ini.

Lalu kemana Tia? Kemana putrinya.

"Tia!! Angkat Nak!!" mohonnya saat kembali menghubungi nomor putrinya untuk yang kesekian kali.

Malam semakin larut dan Ratna tidak melihat sosok putrinya di jalan dekat rumah. Dia yang berjaga di depan pagar rumah menjadi semakin tidak tenang.

Para teman dan guru kelas Tia ikut membantu mencari keberadaan Tia. Semua teman yang pernah sekelas dengan Tia juga dihubungi oleh Ratna. Tapi tidak ada yang melihat Tia sama sekali.

"Kemana kamu Tia?!!!"

Kesabaran Ratna habis. Rasa khawatir itu kini berubah menjadi kemarahan.

"Mama pasti akan menghukum kamu nanti!" katanya kesal.

Apa dia harus mencari di sekolah?

Tak kenal takut, Ratna pergi ke sekolah putrinya. Bertanya pada satpam apakah ada anak yang belum pulang dari sekolah. Lalu satpam sekolah bersaksi bahwa tidak ada siapapun di dalam. Semua guru dan murid benar-benar telah pulang semuanya. Ratna terpaksa pulang lagi ke rumah dalam keadaan tangan kosong.

"Tia, kemana kamu Nak??" tanya Ratna saat kembali lagi di rumah.

Tiba-tiba telponnya berdering. Sebuah nomor asing menghubunginya. Tidak peduli apakah itu penipuan atau bukan, Ratna mengangkat panggilan itu.

"Selamat malam" sapa seseorang disana.

"Selamat malam" jawabnya ragu.

"Apa benar ini Bu Ratna Irawati? Wali murid dari murid SMAN 67 bernama Chyntia Handoko?"

Seperti ada air yang disiram di ujung kepalanya, tiba-tiba badan Ratna terasa panas dingin.

"Benar"

"Saya adalah polisi wanita dari kantor polisi kota J. Apa Bu Ratna bisa datang ke RSUD kota J?"

Polisi? Rumah sakit?

"Kenapa dengan Tia?" teriaknya lalu mulai merasa ketakutan ada sesuatu yang terjadi pada putrinya.

"Lebih baik Bu Ratna datang ke Rumah sakit dulu. Saya tunggu di depan gerbang rumah sakit ya Bu"

"Kenapa putri saya? Kenapa dengan Tia??" tanyanya berulang kali tapi tidak mendapatkan jawaban yang melegakan.

"Saya mohon berhati-hati dalam berkendara ke rumah sakit. Kami menunggu Anda"

Tentu saja Ratna segera berangkat ke rumah sakit yang dimaksud dengan kecepatan kilat. Meski beberapa kali dia hampir menabrak motor yang melintas.

Sampai di rumah sakit, benar-benar ada polwan yang menunggu dia di depan gapura.

"Bu Ratna?" tanya polwan itu.

"Iya. Mana putri saya? Mana Tia?"

"Ibu parkir dulu, lalu saya antar bertemu dengan putri Ibu"

Ratna merasa lemas. Tapi dia tetap berusaha parkir dengan benar dan menguatkan diri melangkah di belakang polwan. Apa Tia terlibat dalam kecelakaan? Karena itu Tia dibawa ke rumah sakit oleh polisi?

Apa ojek online yang dinaiki putrinya itu jatuh? Semua kemungkinan muncul dalam otak Ratna.

Langkah polwan terhenti dan Ratna melihat nama ruang yang mereka tuju.

Ruang jenazah?

Apa? Kenapa dia dibawa kemari?

"Silahkan Bu Ratna" kata polwan itu lalu mengarahkan Ratna pada sebuah ranjang dengan penutup putih di atasnya.

"Apa maksudnya ini?" tanyanya.

"Kami ingin memastikan, apakah jasad yang ada di bawah kain ini benar putri Anda"

Ratna melangkah maju dan memberanikan diri. Dia masih menyimpan harapan kalau tidak ada yang terjadi dengan putrinya. Tapi saat kain penutup itu dibuka, harapannya hancur.

"Tidak. Tidak. Tidak. TIAAAAAAA" teriaknya sebelum jatuh di atas lantai karena kakinya tiba-tiba tidak punya tenaga lagi.

1
Agus Tina
Lanjuut ...
Agus Tina
Bu Galih .. jangan laporkan bu Ratna biarkan dia menuntaskan apa yg belum tuntas ...
Agus Tina
Good
Agus Tina
Aju nangis thor ....
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
sedih bangeettttt 🥲
Santi450
lanjut kak kayaknya seru
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
awal part udah sedih aja 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!