NovelToon NovelToon
HAZIM

HAZIM

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Haryani Latip

Awal pertemuan dengan Muhammad Hazim Zaim membuat Haniyatul Qoriah hampir terkena serangan Hipertensi. Meski gadis itu selalu menghindar. Namun, malangnya takdir terus mempertemukan mereka. Sehingga kehidupan Haniyatul Qoriah sudah tidak setenang dulu lagi. Ada-ada saja tingkah Hazim Zaim yang membuat Haniyatul pusing tujuh keliling. Perkelahian terus tercetus diantara mereka mulai dari perkelahian kecil sehingga ke besar.

apakah kisah mereka akan berakhir dengan sebuah pertemanan setelah sekian lama kedua kubu berseteru?
Ataukah hubungan mereka terjalin lebih dari sekadar teman biasa dan musuh?

"Maukah kau menjadi bulanku?"

~Haniyatul Qoriah~

🚫dilarang menjiplak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haryani Latip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prolog

Tahun 2008

Aku Haniyatul Qoriah. Penggemar cerita-cerita dongeng. Impianku ingin bertemu dengan seorang pangeran layaknya seperti cerita dongeng. Barangkali terdengar konyol, tapi aku benar-benar mengharapkan hal itu terjadi.

Haniyatul Qoriah, seorang gadis yang lebih sering dipanggil dengan nama Hani. Tahun ini gadis itu akan beranjak naik ke kelas X MA. Mengambil jurusan IPA di sekolahnya. Ia mendaftar sekolah di sebuah madrasah yang terletak lebih dua kilometer dari rumahnya.

"Hani, coba baju ini, cocok tidak nak?" tanya Aida pada anak gadisnya.

Hani mengambil baju sekolah yang diberikan oleh ibunya. Di cobanya baju sekolah tersebut yang berwarna putih serta dipadankan dengan rok payung berwarna abu-abu.

"Cocok, bu," ucap gadis itu setelah melihat dirinya di cermin.

"Jilbab mau panjang sampai mana? Punggung atau sampai pergelangan tangan saja?" tanya Aida lagi yang masih sibuk memilih beberapa jilbab putih yang tergantung di hadapannya.

"Sampai pergelangan tangan, bu," jawab Haniyatul sambil memperbaiki jilbabnya yang berwarna biru, yang panjangnya sampai di punggungnya. Roknya ditepuk-tepuk perlahan agar benang yang menempel di roknya hilang.

Pasar pagi ini terlihat padat karena banyak orang tua yang sedang sibuk mencari seragam sekolah untuk anak mereka masing-masing.

"Aida? Ya Allah kita ketemu lagi ya," sapa Damia.

"Eh, Damia. MasyaAllah baru saja beberapa hari yang lalu kita ketemu, ternyata dunia ini kecil ya," Aida berseloroh sambil bersalaman dengan Damia dan memegang sebuah jilbab putih di tangannya.

Damia merupakan teman Aida. Ia mengenali wanita itu karena suaminya bersahabat baik dengan suami Damia. Aida mengira tidak akan bertemu lagi dengan wanita tersebut setelah Damia merekomendasikan sebuah sekolah madrasah untuk anaknya. Berkenaan Damia orangnya sibuk dan jarang sekali punya waktu luang.

"Ini Hani? MasyaAllah cantik sekali," puji Damia.

Haniyatul Qoriah hanya mampu tersipu malu ketika mendengar pujian tulus dari Damia. Kemudian, ia pun menyalami wanita yang berusia 30an itu. Tidak lupa pula ia menyapa anak perempuan Damia yang baru saja berusia 13 tahun.

"Ah, anak saya biasa-biasa saja. Habbah juga sekarang sudah besar ya, anaknya manis sekali," ucap Aida.

Damia tersenyum ketika mendengar pujian Aida. Sedangkan Habbah pula turut tersipu malu sama seperti Hayanatul tadi.

"Oh, iya. Bagaimana? Hani berhasil masuk ke madrasah yang saya rekomendasikan beberapa hari yang lalu?" Kali ini Damia menukar topik pembicaraan pula.

"Alhamdulillah, dia lolos tes masuk di madrasah itu," jawab Aida dengan mata berbinar.

"Alhamdulillah, madrasah Nurul Hidayah sememangnya sekolah yang paling bagus, fasilitasnya juga lengkap. Hanya saja sayang, belum ada asrama untuk putri. Jadi yang mondok hanya putra saja karena asrama putra sudah dibangun dari dulu lagi," jelas Damia sembari menunjukkan wajah sedikit kecewa.

"Tidak apa-apa jika Hani tidak mondok, dia bisa bolak balik ke sekolah naik sepeda. Dan ikuti pengajian lainnya jika para guru menyetujuinya," Aida melirik anak gadisnya. Sememangnya ia ingin Hani mondok saja di pesantren. Namun, karena Hani anaknya sering sakit-sakitan jika terlalu kelelahan, maka niatnya itu pun di urungkan. Andai saja Haniyatul tidak sering sakit-sakitan barangkali dia akan menyekolahkan anaknya di pesantren lain yang mempunyai asrama untuk putri.

"Ya, Allah. Terlalu asyik ngobrol jadi lupa tujuan kemari mau beli seragam sekolah buat Habbah. Jika begitu kami izin duluan ya," ucap Damia dengan ramah.

"Iya, sampai ketemu lagi. InsyaAllah," Aida bersalaman dengan Damia di ikuti oleh Haniyatul. Tak lupa ia juga bersalaman dengan Habbah yaitu gadis manis berhijab pink yang ada di hadapannya.

***

Haniyatul mengusap percikan keringat yang membasahi dahinya. Ia berjalan beriringan dengan ibunya karena kawasan pasar tidak terlalu jauh dari kawasan perumahan mereka.

"Bissmillahirrahmanirrahim,"

"Ar-rahmaan,"

Terdengar lantunan ayat-ayat suci al-qur'an dari masjid Jami' yang berada tidak jauh dari posisi mereka saat itu yang sedang bersiap-siap untuk menyeberang jalan.

Hati Haniyatul Qoriah berdesir hebat, darahnya mengalir dengan cepat, serta merta jantungnya berdetak lebih kencang. Lantunan ayat-ayat Allah membuatnya merasa damai. Sehingga hampir saja ia mengalirkan air mata. Suara merdu yang bergema di telinganya kala ini sering didengarnya ketika Azan subuh berkumandang dan ketika Zuhur malah suara merdu itu seakan tergantikan dengan suara yang lain. Dan kali ini baru pertama kali ia mendengar suara itu bergema di setiap penjuru masjid Jami' ketika waktu-waktu sudah mendekati Zuhur. Namun, sekarang lelaki yang bersuara merdu itu tidak sedang azan tetapi sedang membaca surat Ar-rahman.

Haniyatul yakin laki-laki yang mengumandangkan Azan subuh tadi sama dengan laki-laki yang membacakan ayat al-qur'an detik ini.

Ia penasaran siapakah gerangan pemilik suara itu.

"Hani? Tidak mau menyeberang nak?"

Suara Aida membuat Haniyatul kembali tersadar dari lamunannya. Sontak ia buru-buru menyusul langkah kaki ibunya.

***

Haniyatul merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah menyetrika baju sekolahnya dan memasukkan beberapa bukunya ke dalam tas ransel berwarna hitam. Ia masih lengkap memakai mukenanya setelah melaksanakan shalat isya.

Ia memejamkan matanya, menikmati suara merdu seseorang yang sekarang sedang membacakan surah Dhuha di masjid.

"Ya, Allah. Aku mohon pertemukan aku dengan pemilik suara itu," doanya di dalam hati.

Haniyatul penasaran sekali dengan sosok lelaki yang memiliki suara semerdu itu. Tambahan lagi suara itu melantunkan ayat-ayat suci al-qur'an dengan fasih sekali. Coba saja pagi tadi sewaktu ke pasar ia tidak bersama ibunya, sudah tentu Haniyatul akan menyusup ke masjid Jami' untuk melihat siapakah pemilik suara merdu yang mampu menggetarkan hatinya. Namun, sepertinya nasib tidak menyebelahinya kali ini.

Cahaya bulan pun menerobos masuk ke kamarnya, kunang-kunang berkumpul di jendelanya seakan tuhan mengabulkan doa gadis ini.

Di dalam masjid, terlihat seorang lelaki sedang melantunkan ayat-ayat suci al-qur'an yaitu surat Dhuha. Ia memejamkan matanya sembari mulutnya terkumat-kamit membaca ayat-ayat Allah, kunang-kunang mendekatinya seakan sedang menyinari laki-laki itu sehingga wajahnya yang putih memancarkan cahaya.

Matanya yang terpejam kini di buka. Ia melihat kunang-kunang yang berterbangan di atasnya. Lalu seekor kunang-kunang hinggap di atas al-qur'an yang di bacanya tadi. Dan Hazim Zaim tersenyum melihat hal itu.

***

Haniyatul mengayuh sepeda santainya yang berwarna oranye. Sepeda itu baru saja dibeli oleh ibunya. Baju baru, tas baru, sepeda baru dan semangat baru. Ia berharap hari ini semua berjalan dengan lancarnya atas izin Allah.

Bibirnya mengukir senyuman, ia sudah tidak sabar ingin tiba di sekolahnya. Tempat pertama yang ingin di kunjunginya sudah tentu perpustakaan karena Haniyatul adalah seorang gadis kutu buku dan penggemar novel-novel religi dan cerita-cerita dongeng. Kebetulan sekali di madrasah Nurul Hidayah terkenal dengan perpustakaannya yang memiliki puluhan bahkan ribuan buku yang setiap bulan buku-buku lama akan di gantikan dengan buku-buku yang baru.

"Aaaaa,"

Jleeeep!

Sebuah mobil melewati genangan air di jalan raya. Karena kebetulan semalam hujan tiba-tiba turun dengan derasnya pada pukul 10:00malam. Maka banyak genangan air di jalanan. Sedari tadi Haniyatul berusaha agar ia tidak terkena percikan genangan air tersebut tapi kini seragamnya kotor sudah. Dan ini semua disebabkan oleh mobil tadi

Haniyatul melihat baju sekolahnya, bajunya yang putih tadi kini sudah berubah warna menjadi kecokelatan. Perasaan kesal mulai menyerbu hatinya. Ingin saja ia menyumpah-nyumpah mobil mewah yang melewatinya tadi. Namun, ia harus sabar. Karena mungkin saja sekarang tuhan sedang mengujinya.

***

Haniyatul memarkir sepedanya di tempat parkir yang di sediakan oleh madrasah Nurul Hidayah. Baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba matanya menangkap mobil Afanza berwarna hitam. Iya, benar! Mobil itu yang membuat baju sekolahnya kotor.

Haniyatul memalingkan wajahnya. Sakit hati rasanya, karena pria yang mengemudi mobil itu tak pula meminta maaf padanya bahkan mobil itu melewatinya begitu saja.

"Maaf,"

Seorang laki-laki menyapa Haniyatul.

Merasa seseorang sedang berbicara padanya. Bergegas gadis itu membalikkan badannya. Di lihatnya seorang lelaki sedang berdiri di belakangnya. Dan tidak jauh dari lelaki itu terdapat mobil Afanza berwarna hitam. Haniyatul melirik sekilas ke arah mobil mewah itu. Kemudian, kembali melihat ke arah lelaki yang menyapanya tadi.

"Maaf, tadi sopir saya sudah membuat bajumu kotor," ucap Zaim.

Haniyatul tidak menggubris ucapan laki-laki tersebut. Dan bergegas menuju kearah bangunan yang terdiri dari dua lantai dengan deretan kelas-kelas jurusan IPA dan IPS.

"Eh, tunggu," Zaim menyusul langkah Haniyatul, dan berusaha menghentikan langkah kaki gadis tersebut.

"Sebentar!" teriak Zaim. Namun, Haniyatul tetap mempercepat langkahnya dan Zaim tak ingin kalah ia juga melakukan hal yang sama. Terjadilah kejar mengejar di antara mereka.

Braaak!

Zaim menarik tas ransel Haniyatul sehingga tali tas ransel gadis itu putus. Mata Haniyatul melebar ketika melihat tali tas ransel miliknya rusak. Padahal tas ransel itu baru saja di belinya kemarin.

Sementara Zaim pula, mulutnya membulat, tangan kanannya di gunakan untuk menutup mulutnya sementara tangan kirinya masih memegang tas ransel Haniyatul yang sudah rusak.

Begitu Haniyatul memandang kearah Zaim. Malah lelaki itu tersenyum lebar sambil menampakkan beberapa batang giginya.

Kisah kita baru saja di mulai. Pertemuan kau dan aku yang akan memunculkan sebuah perang besar.

To be continued...

1
Ai
mampir, Thor
Tetesan Embun: terima kasih 🥰🙏
total 1 replies
👑Queen of tears👑
bakal sad boy ini zaim 🥴
👑Queen of tears👑
aku bersama mu aydan,,sm² penasaran 🤣🤣🤣
👑Queen of tears👑
nyeeessss/Brokenheart/
👑Queen of tears👑
huhf,,,😤
👑Queen of tears👑
ehmmm🧐
👑Queen of tears👑
kannnn rumit cinta segi delapan itu🧐😎
👑Queen of tears👑
menyukai dalam diam itu sungguh menyiksa kantong
👑Queen of tears👑
temannya aydan,,,mmm cinta segi delapan ini🧐
👑Queen of tears👑
banting Hani🤣🤣
👑Queen of tears👑
nikotin mulai keluar🤣🙈
👑Queen of tears👑
no Hani
but Honey hehehe gak sayang juga sih tapi madu hahahahaha 🤣✌️
👑Queen of tears👑
dingin..dingin tapi peduli m kucing😍
mmm...jdi pengen dipeduliin 🙈
👑Queen of tears👑
hmmmm,,aku mulai menemukan radar disini🧐🧐😎
👑Queen of tears👑
cinta pada pandangan pertama,,dari merangkak naik kemata/Drool/
Rinjani Putri
hallo KK author ijin tinggalkan jejak bintang ya disini
Tetesan Embun: silakan kak, makasih🤗
total 1 replies
Floricia Li
ketat bgt aturannya 😭
Floricia Li
lucu bgt hani 😭😭
Floricia Li
heh ngapain ditarik 🤣🤣
Floricia Li
lucuu bgt masi ada kunang kunang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!