Davian Meyers ditinggal oleh istrinya kabur yang mana baru saja melahirkan putrinya bernama Cassandra Meyers.
Sayangnya Cassandra kecil justru menolak semua orang, selalu menangis hingga tidak mau meminum susu sama sekali.
Sampai dimana Davian harus bersedih hati karena putri kecilnya masuk rumah sakit dengan diagnosa malnutrisi. Hatinya semakin hancur saat Cassandra kecil tetap menolak untuk menyusu. Lalu di rumah sakit Davian menemukan putrinya dalam gendongan seorang wanita asing. Dan mengejutkannya Cassandra menyusu dengan tenang dari wanita tersebut.
Akan tetapi, wanita tersebut tiba-tiba pergi.
Demi kelangsungan hidup putrinya, Davian mencari keberadaan wanita tersebut lalu menemukannya.
Tapi bagaimana jika wanita yang dicarinya adalah wanita gila yang dikurung oleh keluarganya? Akankah Davian tetap menerima wanita itu sebagai ibu susu putrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8. KELEMBUTAN
Tangisan bayi itu menusuk tajam, menggema dari ujung koridor lantai dua. Suara yang merobek kesunyian rumah besar Davian, membuat jantung Olivia berdegup keras. Matanya yang besar dan jernih seolah tersedot ke arah suara itu, seakan-akan ada tali halus yang mengikat jiwanya. Tanpa menunggu aba-aba, langkah kakinya melejit cepat, gaun bersih yang baru dikenakan berkibar di belakangnya.
Emily yang berada di ujung koridor tampak kewalahan. Cassandra kecil menangis meraung dalam gendongannya, tubuh mungil itu menendang-nendang, wajahnya merah padam, suara tangisnya pecah memenuhi ruangan. Emily menimang, mengelus, bahkan berusaha menenangkan dengan nyanyian lirih, namun bayi itu justru semakin keras tangisnya.
Olivia berhenti tepat di depan mereka. Napasnya terengah-engah karena berlari, tetapi matanya tertuju lurus pada bayi mungil di gendongan Emily.
"Baby ...," bisiknya parau, penuh getaran.
Emily menoleh cepat, kaget melihat sosok yang berdiri di hadapannya. Ia sempat menahan Cassandra lebih erat, waspada kalau-kalau Olivia berbuat sesuatu yang berbahaya. Namun di belakang sana, Davian dan Peter muncul menyusul, tatapan mereka mengisyaratkan: biarkan.
Olivia mengulurkan tangannya perlahan. Kuku jemarinya yang baru saja dipotong rapi, kini gemetar di udara, seakan ragu menyentuh sesuatu yang begitu rapuh. Tetapi begitu mata Cassandra yang berlinang menoleh sekilas ke arahnya, tangisan itu mendadak melambat.
Cassandra menangis begitu kencang, membuat Emily semakin khawatir akan kondisi bayi kecil tersebut.
Olivia melangkah lebih dekat. "Baby ...," ucapnya lagi, kali ini lebih lembut, serupa bisikan doa.
Emily menoleh ke Davian, meminta petunjuk. Davian mengangguk pelan, isyarat agar ia menyerahkan bayi itu. Dengan hati-hati, Emily memindahkan Cassandra ke pelukan Olivia.
Dan seketika itu pula ....
Hening singkat melingkupi koridor. Tangisan bayi mungil itu berhenti.
Cassandra menatap Olivia dengan mata bening yang masih berkaca-kaca. Kepalanya bersandar di dada perempuan itu, napasnya melambat, tenang. Jemari mungilnya bahkan menggenggam kain gaun Olivia, seakan menemukan rumah yang ia cari.
Olivia membeku, tubuhnya gemetar. Air matanya jatuh, satu demi satu, menetes ke pipi. Ia merangkul bayi itu erat-erat, menundukkan wajah hingga bibirnya menyentuh ubun-ubun Cassandra.
"Baby ...," bisiknya dengan suara parau penuh luka, "My Baby."
Olivia mendekap Cassandra di dadanya, tubuhnya membungkuk sedikit untuk melindungi bayi itu seolah dunia di sekitarnya lenyap. Kedua tangannya yang kini bersih dan terawat mengayun perlahan, gerakan kecil yang penuh insting keibuan. Olivia menundukkan wajahnya, bibirnya menempel lembut di kening bayi itu.
"Mama sudah di sini. Jangan menangis lagi, Little Bean," bisiknya lirih, nyaris seperti doa yang terucap begitu tulus.
Suara lembut itu, rapuh namun sarat kasih sayang, membuat ruangan mendadak hening. Peter yang berdiri di samping Davian terperangah, bahkan Davian yang dikenal berhati dingin merasa dadanya menghangat oleh pemandangan itu. Emily menutup mulutnya dengan tangan, menahan rasa haru yang tiba-tiba menyeruak.
Olivia lalu mulai bersenandung, nada pelan dan bergetar, tapi begitu indah terdengar. Senandung sederhana, semacam nina bobo yang mungkin tersimpan jauh di dalam ingatan masa kecilnya. Setiap nada yang keluar dari bibirnya terdengar penuh cinta, seakan lahir dari kedalaman jiwa seorang ibu yang baru menemukan kembali potongan hatinya.
Cassandra yang semula masih terisak mulai diam sepenuhnya. Mata mungil itu yang sembab perlahan terpejam, napasnya menjadi lebih tenang. Sesekali ia menggeliat kecil, lalu kembali nyaman dalam dekapan Olivia.
Olivia tersenyum samar, senyum yang hampir terlupakan oleh dunia, samar tapi indah, senyum seorang ibu yang akhirnya bertemu kembali dengan darah dagingnya, atau setidaknya itulah yang di pikirkan Olivia. Ia mengayun perlahan, tubuhnya bergerak ritmis, seakan waktu ikut hanyut dalam ketenangan itu.
Peter menunduk, merasakan matanya panas tanpa alasan. Ia berdeham kecil, mencoba menutupi perasaan yang menyeruak.
"Dia benar-benar tampak seperti seorang ibu," gumamnya pelan, hampir tak terdengar.
Davian tak menjawab, namun matanya menatap lurus ke arah Olivia. Ada sesuatu yang tak bisa ia jelaskan, rasa terkejut, kagum, juga sedikit gentar. Ia tak menyangka perempuan yang terlihat seperti jiwanya hilang justru bisa berubah begitu lembut hanya dengan kehadiran seorang bayi.
Emily, yang menyaksikan langsung dari dekat, mengusap air matanya yang jatuh tanpa sadar. "Sir, Miss. Cassandra ... dia tenang, dia tidak menangis lagi," katanya lirih dengan suara bergetar.
Ya, Davian bisa melihat hal itu dengan sangat jelas. Melihat bagaimana putri kecilnya larut dalam kedamaian di gendongan Olivia, sang wanita gila yang bahkan keluarganya pun tak menginginkannya. Namun bayi kecil itu justru amat menyukai Olivia.
Olivia terus bersenandung, nadanya semakin stabil, seolah seluruh kepedihan hidup yang menjeratnya larut bersama irama lembut itu. Yang tersisa hanyalah cinta, murni dan sederhana. Dan dalam keheningan malam itu, di antara tembok megah kediaman Davian, untuk pertama kalinya, Cassandra kecil terlelap damai dalam dekapan seorang ibu, sosok yang selama ini diragukan kewarasannya, tapi kini justru tampak lebih waras daripada siapa pun.
Davian menarik napas panjang. Ada sesuatu yang bergetar di dadanya, sebuah emosi yang tak ia sangka akan muncul. Ia yang biasanya keras dan dingin, kini merasakan ada hangat yang menyelusup ketika melihat Cassandra diam di pelukan Olivia, sesuatu yang bahkan pelayan-pelayannya kesulitan lakukan.
Peter berdiri di sisinya, menyilangkan tangan di dada, wajahnya setengah tersenyum, setengah serius. "Kau lihat sendiri, Davian. Anak itu hanya butuh pelukan seorang ibu. Gila atau tidak, dia yang bisa menenangkannya."
Davian tak menjawab. Matanya terpaku pada pemandangan di hadapannya. Olivia, yang dikatakan orang sebagai wanita gila, kini terlihat begitu damai, begitu lembut. Tidak ada jejak amukan, tidak ada teriakan. Hanya seorang ibu yang akhirnya menemukan kembali bayinya.
Davian melangkah mendekat, perlahan, lalu berlutut di samping Olivia yang kini duduk di kursi kayu samping ranjang bayi, masih memeluk Cassandra.
"Olivia?" ucapnya lembut. "Itulah bayi yang kuceritakan. Bayimu."
Olivia mengangkat wajahnya perlahan, mata penuh air mata itu menatap Davian. Ada campuran emosi di sana, terkejut, bahagia, juga luka yang terlalu dalam. Namun bibirnya perlahan membentuk senyum tipis.
"Bayiku ... tidak mati ...," bisiknya, seakan dirinya masih berusaha meyakinkan hati yang telah hancur.
Peter menunduk, hatinya ikut terenyuh. Ia tahu kebenarannya berbeda: bayi kandung Olivia memang sudah tiada atau seperti itulah informasi yang Peter dapatkan. Tetapi Cassandra kini hadir sebagai jembatan, memberi Olivia alasan untuk hidup lagi. Membiarkan Cassandra kecil menjadi bayi milik Olivia agar wanita itu mau mengasuhnya.
Olivia mengusap lembut pipi Cassandra dengan ibu jarinya, menatap wajah mungil itu seolah dunia sekitarnya lenyap. Sesekali ia bergumam pelan, seakan bernyanyi, meski tanpa nada. Cassandra, yang baru saja menangis sejadi-jadinya, kini telah terlelap di pelukannya.
Davian bangkit berdiri, menatap Peter. Pandangannya tegas namun lembut, sebuah keputusan baru sudah terbentuk dalam benaknya.
"Mulai hari ini," ucap Davian lirih, namun tegas, "Olivia yang akan menjadi ibu susu Cassandra. Tak seorang pun di rumah ini boleh menentang."
Emily menunduk hormat, masih tak percaya dengan apa yang baru ia lihat. Peter hanya mengangguk kecil, seolah semua telah sesuai dengan perkiraannya.
Namun Olivia tidak mendengar percakapan itu. Ia sepenuhnya larut dalam dunianya sendiri, dunia yang hanya berisi dirinya dan bayi kecil di pelukannya. Air matanya masih mengalir, namun kini bukan hanya luka, ada sedikit cahaya, secercah kehidupan yang kembali menyalakan matanya.
Dan di sanalah, dalam diam rumah besar itu, takdir baru mulai terjalin: antara seorang pria dingin bernama Davian, seorang perempuan yang dianggap gila bernama Olivia, dan seorang bayi mungil bernama Cassandra, yang tanpa disadari menjadi pengikat nasib mereka bertiga.
Casie mungkin anaknya Davian dengan Olivia?,,dan mungkin ini semua permainan Raymond?
kau yang berjanji kau yang mengingkari
kalo sampe Raymond tau wahh abis citra mu piann, di sebar ke sosial media dengan judul
" PEMBISNIS MUDA DAVIAN MAYER, MENJADI MENYEBABKAN SEORANG WANITA BERNAMA OLIVIA MORGAN BUNUH DIRI " tambah bumbu pelecehan dll wahh habis karir 🤣🤣🤣
bisa diskusi baik² bisa di omongin baik² , suka banget ngambil keputusan saat emosi