Wedding Disaster

Sementara itu di sebuah meja makan nampak papah Jupiter, mamah Theolla dan Alvero tengah berbincang. Mereka masih menunggu Azura turun untuk makan malam bersama.

"Jadi pulang dari kantor kamu kemana dulu Al? gak biasanya terlambat gini?" tanya mamah Theolla menatap kearah sang putra.

Alvero yang memang belum lama sampai rumah langsung bergabung dengan kedua orangtuanya di meja makan.

"Aku tadi habis ketemu sama temen lama mah sama Kenzo juga kok." ujar Alvero memberi penjelasan.

"Temen SMA kamu Al?" kali ini papah Jupiter yang angkat suara.

"Bukan pah. Temen kuliah aku sewaktu di Jerman kebetulan dia balik ke Indonesia."

"Loh memang dia asli orang Jerman?"

"Bukan mah. Dia asli orang Indonesia tapi sedari kecil tinggal di Jerman tapi sekarang balik ke Jakarta buat ngurusin perusahaan kakeknya."

"Oh begitu. Ajak maen kesini Al mamah juga pengen kenal sama temen kamu itu!"

"Iya mah lain kali aku kenalin dia sama mamah dan papah."

Bersamaan dengan itu Azura datang dan ikut berkumpul di meja makan.

"Lama banget sih lo! gak tahu apa gue udah laper." sentak Alvero kesal.

"Sorry!" Azura hanya menanggapi dengan singkat tanpa menoleh kearah Alvero.

"Sudah Al..!berhubung Azura udah disini kita makan malam dulu ya." papah Jupiter mengambil alih untuk memulai makan malam mereka.

Selang dua puluh menit makan malam keluarga Jupiter sudah selesai, kini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Papah Jupiter kembali menanyai Azura mengenai keputusannya untuk bekerja di perusahaan papa Jupiter.

"Jadi gimana Azura kamu sudah buat keputusan?" tanya papah Jupiter.

Azura mengangguk "iya pah aku udah putuskan untuk bekerja di perusahaan papah!"

Alvero yang tengah memainkan ponselnya langsung mendongak menatap Azura dan papahnya bergantian.

"Bagus! papah senang akhirnya kamu mau bekerja di perusahaan papah."

"Tunggu pah! ini sebenarnya ada apa? kenapa Azura tiba-tiba mau bekerja di perusahaan?" tanya Alvero yang memang tidak mengetahui mengenai pemecatan Azura di tempatnya bekerja.

"Jadi gini Al..Azura baru saja di berhentikan dari kantornya. Maka dari itu papah menawarkan dia untuk bergabung di perusahaan kita." ucap papah Jupiter menjelaskan.

Tiba-tiba Alvero tertawa keras "Lo di pecat Azura? bikin masalah apa lo sampai di pecat begitu?"

Azura hanya menatap Alvero dengan kesal. Dia sudah memperkirakan hal ini Alvero pasti akan menertawakan dirinya.

"Bukan urusan lo kenapa gue di pecat!" sentak Azura sambil memandang tajam kearah Alvero. Tak kalah gentar Alvero pun membalas tatapan Azura.

"Tanpa lo kasih tahu pun gue yakin lo di pecat karena sering terlambat kan?" tebak Alvero dan semuanya memang benar Azura hanya memutar kedua bola matanya tidak menghiraukan kembali ucapan Alvero.

"Apapun alasan Azura di pecat itu bukan urusan kamu Al, yang terpenting sekarang papa senang karena akhirnya Azura mau bantuin papa di perusahaan." imbuh papah Jupiter mencoba menengahi perdebatan kedua anaknya.

"Tapi aku punya syarat pah sebelum bekerja di perusahaan papah?" ucap Azura.

"Apa itu sayang sebutkan?"

Azura menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya "aku tidak ingin orang-orang mengetahui identitas aku yang sebenarnya, aku hanya ingin jadi karyawan biasa saja disana."

Papah Jupiter dan mamah Theolla nampak terkejut mendengar ucapan Azura sementara Alvero hanya tersenyum sinis dan geleng-geleng kepala.

"Sayang maksud kamu gimana? mama gak setuju loh dengan ide gila kamu itu." mamah Theolla mengungkapkan pendapatnya.

"Iya papah pun tidak setuju bagaimana mungkin kamu ini anak pemilik perusahaan masa iya mau jadi karyawan biasa saja. Tadinya papa mau angkat kamu sebagai wakil direktur atau tidak sekretaris papah."

"Drama apa lagi yang mau lo buat Azura? heran gue sama lo!" Alvero pun tidak mengerti dengan jalan pikiran saudaranya itu.

"Maaf mah..pah tapi jika kalian tidak menyetujui keinginanku maka aku gak bisa bekerja di perusahaan papah. Biarkan aku melamar kerja di tempat lain."

"Nggak sayang! baiklah papah setuju dengan ide gila kamu itu, kamu bisa memilih posisi apa pun yang sesuai dengan kemampuan kamu." papah Jupiter mencoba mengalah demi putri kesayangannya itu.

Azura langsung berhambur ke pelukan papah Jupiter "makasih ya! papah emang papah terbaik aku!"

Papah Jupiter mengelus puncak kepala Azura "iya sayang kalau itu bisa buat kamu bahagia papah akan turuti kemauan kamu."

Mamah Theolla yang duduk bersebelahan dengan papah Jupiter tersenyum melihat Azura senang.

"Mulai deh manjanya keluar!" cetus Alvero.

Azura langsung mendelik kearah Alvero "syirik aja lo!"

🍂🍂🍂

Sementara itu di sebuah rumah besar bergaya Eropa, nampak Tristan sedang tiduran diatas kasur empuknya. Pandangannya menerawang menatap langit-langit kamar yang bergaya klasik. Pikiran Tristan berkelana pada satu sosok yang sekarang entah berada dimana. Sosok ceria yang selalu memberinya semangat agar Tristan sembuh.

Azura kecil berlari-lari menangkap sebuah kupu-kupu yang kebetulan lewat di depan mereka. Tristan kecil hanya mendengar suara Azura yang berteriak karena tidak berhasil mengejar kupu-kupu tersebut.

"Zura apa yang sedang kamu lakukan?" Tristan bertanya dengan sebelah tangannya meraba-raba mencari Azura.

"Aku hanya ingin menangkap kupu-kupu itu, dia sangat cantik tapi sayang aku tidak bisa menangkapnya." ucap Azura kecewa. Kini dirinya kembali duduk di sebelah Tristan.

"Apa kamu suka dengan kupu-kupu?"

"Iya aku suka dengan kupu-kupu. Kadang aku iri dengan mereka karena mereka bisa terbang bebas mengelilingi dunia."

"Apa kamu ingin seperti mereka?"

"Ya aku ingin bisa terbang seperti kupu-kupu cantik itu. Sangat menyenangkan melihat mereka terbang kesana kemari tanpa ada beban sedikitpun."

"Aku jadi penasaran seperti apa bentuk kupu-kupu itu? apa dia secantik dirimu Zura?"

Azura tergelak mendengar ucapan Tristan "tentu. tapi aku lebih cantik dari kupu-kupu itu." ucapnya dengan penuh percaya diri.

"Baiklah setelah melihat nanti aku akan menangkap kupu-kupu itu untukmu."

"Benarkah? aku menunggu janjimu Tristan." Azura terlonjak senang.

Tristan senyum-senyum sendiri jika mengingat percakapannya dengan Azura. Meskipun kejadian itu sudah lama tapi Tristan memiliki daya ingat yang kuat apalagi jika semua itu berhubungan dengan Azura.

"Dimana kamu sekarang Zura? mungkin sekarang kamu jauh lebih cantik daripada kupu-kupu itu?" gumam Tristan sebelum dirinya larut kedalam mimpi.

bersambung..

🍂🍂🍂

...Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, vote, koment dan masukin ke daftar favorit ya. Dukungan kalian sangat berharga bagi author terima kasih🙏😍...