Bianca Aurelia, gadis semester akhir yang masih pusing-pusingnya mengerjakan skripsi, terpaksa menjadi pengantin pengganti dari kakak sepupunya yang malah kecelakaan dan berakhir koma di hari pernikahannya. Awalnya Bianca menolak keras untuk menjadi pengantin pengganti, tapi begitu paman dan bibinya menunjukkan foto dari calon pengantin prianya, Bianca langsung menyetujui untuk menikah dengan pria yang harusnya menjadi suami dari kakak sepupunya.
Tapi begitu ia melihat langsung calon suaminya, ia terkejut bukan main, ternyata calon suaminya itu buta, terlihat dari dia berjalan dengan bantuan dua pria berpakaian kantor. Bianca mematung, ia jadi bimbang dengan pernikahan yang ia setujui itu, ia ingin membatalkan semuanya, tidak ada yang menginginkan pasangan buta dihidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit hati
Bianca memesankan makanan untuk Sandra, wanita yang menabraknya sekaligus yang meminta bantuan kepadanya.
"Minumannya air putih saja," pesan Bianca kepada pelayan di restoran itu.
"Baik, Saya ulangi semua pesanannya, 2 nasi goreng, dan dua air putih,"
Bianca mengangguk,"tambahannya 2 pudding rasa vanilla," ucap Bianca yang diangguki pelayan tadi.
"Kamu harus makan makanan yang ringan dulu sebelum makan makanan yang berat," beritahu Bianca ketika pelayan itu pergi.
"Terima kasih,"
Bianca hanya mengangguk, karena tiba-tiba ia melihat pria yang sangat ia kenal sedang duduk tepat di depan mereka, Bianca dapat melihat dengan jelas bagaimana pria itu duduk berdekatan dengan perempuan berambut panjang berwarna hitam pekat dengan tangan kiri merengkuh pinggang wanita itu dan tangan kanannya seperti, tunggu? Itu gerakan seperti mengelus wanita yang sedang hamil.
Karena penasaran dengan sosok wanita yang duduk bersama dengan prianya, Bianca hendak bangkit dari kursinya untuk menghampiri Alden dan wanita asing itu. Ya, pria itu Alden, tentu saja Bianca sangat mengenal perawakan kekasihnya.
"Mau kemana?" tanya Sandra menatap bingung Bianca yang terlihat sangat tegang.
Bianca tidak menjawab, ia kepalang emosi ketika melihat kekasihnya itu mencium pelipis wanita di sampingnya itu, dengan langkah tidak santai, Bianca menghampiri Alden den menatapnya sengit.
"Siapa wanita itu?" tanya Bianca dengan volume yang sedikit keras membuat Alden dan wanita yang bersamanya tersentak kaget dan mendongak. Tentu saja kemunculan Bianca yang tiba-tiba membuatnya membulatkan matanya terkejut, tidak akan menyangka jika ia akan ketahuan langsung oleh Bianca.
Alden tidak pernah memprediksi jika Bianca akan mengetahuinya, jadi ketika dihadapkan langsung dengan keadaan itu, ia bingung harus melakukan apa, di satu sisi ia tidak akan pernah siap kehilangan wanita di sampingnya tapi di satu sisi juga Alden belum bisa melepas Bianca karena ia belum mendapatkan apa yang ia inginkan dari Bianca.
"Jawab, Alden!" teriak Bianca membuat perhatian beberapa pengunjung mengarah ke mereka.
"Hei, kamu datang-datang sudah membuat keributan, di mana sopan santunmu itu dengan orang asing?" tanya wanita yang duduk di samping Alden menatap tajam Bianca.
Sekilas Bianca menurunkan tatapannya dan menatap tajam perut wanita itu karena ia cetakan perut buncitnya terlihat sangat jelas.
"Alden, jawab! Siapa wanita hamil yang ada di sampingmu itu? katakan jika wanita ini bukan sepupumu!" tanya Bianca dengan telunjuk yang menunjuk-nunjuk wajah wanita yang duduk di samping kekasihnya.
Merasa ia sudah terpancing, wanita itu membalas menunjuk wajah Bianca, "kau yang siapa? lagi pula dari mana kamu mengenal kekasihku,"
Kekasih? Bianca melotot, ia tidak percaya kata yang keluar dari bibir wanita berambut panjang itu.
"Kekasih? Siapa yang kau anggap kekasih?" tanya Bianca.
Wanita itu memutar matanya malas, "siapa lagi jika bukan Alden, kau buta sampai bertanya hal yang sudah jelas ada di depan mata," sarkasnya.
"Alden, apa maksudnya ini?" tanya Bianca menatap Alden yang hanya diam saja.
Alden mendongak dan menatap Bianca, ia tidak punya pilihan lain selain mengatakan kepada Bianca jika wanita di sampingnya itu adalah kekasihnya selama dua tahun, jauh sebelum ia berpacaran dengan Bianca.
Bianca menatap Alden tidak percaya, matanya mulai berkaca-kaca, merasa selama ini dia dikhianati dan diselingkuhi.
"Kamu jangan salah paham dulu, kami berpacaran sudah hampir dua tahun," ucap Alden lagi yang semakin membuat Bianca marah.
"Jadi selama ini kamu bohongin aku? Selama ini kamu keliatan romantis juga cuman bohong? Jadi apa artinya aku buat kamu, Alden?" tanya Bianca mulai menjatuhkan satu tetes air matanya.
"apa maksudnya ini?" kini giliran kekasih asli Alden yang merasa kebingungan.
"Kamu gak tahu? Selama ini Alden macarin aku, kami berpacaran, dia bahkan bersikap perhatian kepadaku sampai membawa aku untuk kembali semua yang aku inginkan,"
"Alden, kamu main di belakang aku?" tanya wanita itu lirih.
Alden langsung panik, ia membawa wanita itu ke dalam pelukannya, "Maaf, sayang. Aku gak ada maksud buat main di belakang kamu, aku gak cinta sama dia, cuman kamu satu-satunya," ucap Alden dengan suara bergetarnya.
Melihat pemandangan di depannya membuat Bianca melotot tidak percaya, Alden lebih memilih memeluk wanita di sampingnya, dari sini ia sudah tahu, sejak awal Alden tidak berniat serius dengannya, ditambah dengan ucapan Alden selanjutnya yang membuat Bianca menangis sesenggukkan karena selama ini ia sudah jatuh cinta kepada Alden tapi dengan lantang Alden mengatakan jika ia tidak membutuhkan Bianca lagi.
"Kita putus, aku tidak membutuhkanmu lagi," ucap Alden tanpa beban, bahkan ia langsung membawa wanita yang masih berada di dalam pelukannya keluar dari restoran.
Bianca mendudukkan dirinya di kursi, ia tidak bisa menopang bobot tubuhnya sendiri lagi. Kenapa ia bisa tertipu dengan Alden, ia bahkan sempat melihat tas yang dibawakan Alden di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memeluk pinggang kekasih aslinya.
Tas itu? ia sangat ingat jika tas itu adalah pilihannya, Alden mengatakan jika ia membutuhkan Bianca untuk memilihkan tas paling cocok untuk sepupunya.
Jadi ternyata itu untuk pacarnya, umur mereka tidak terlihat jauh, jadi karena alasan itulah Alden membawa Bianca untuk memilihnya.
Ia tidak menyangka jika ternyata dirinya juga di jadikan yang kedua oleh pria yang dicintainya, dan rasanya sangat tidak enak, ingin rasanya ia mengulang waktu ketika Alden mengutarakan cinta kepadanya, harusnya dulu ia menolaknya, jadi ketika ia dibuang oleh Alden rasanya tidak akan sesakit sekarang.
"Alden sialan," kesal Bianca mengepalkan kedua tangannya.
Bianca beranjak dari kursi, ia melangkah keluar restoran, melupakan pesanan makanannya juga Sandra yang memiliki gerd, hati dan pikirannya sedang kacau, padahal ia dan Alden menjadi sepasang kekasih belum genap satu bulan, tapi rasanya tetap menyakitkan ketika dirinya dibuang Alden.
Bianca hendak menghadang taksi yang melintas di jalan, tapi atensi matanya kembali kepada sosok yang baru saja menjadi mantan kekasihnya dan pacarnya, terlihat sekali bagaimana Alden berusaha keras membujuk wanitanya dengan memeluk erat tubuh bergetar itu.
Bianca iri, wanita itu telah berhasil menjadi dunia Alden, bahkan rela meninggalkan dirinya demi wanita yang sedang mengandung itu.
"Apa aku belum cukup baik untukmu, Alden?" tanya Bianca kembali menjatuhkan air mata dari pelupuk matanya.
Bianca memalingkan wajahnya, berusaha agar tidak melihat lagi sumber sakitnya, ia tidak ingin merasakan lebih sakit hati lagi, ia tidak sanggup lagi melihat bagaimana romantisnya Alden kepada wanita itu, mungkin juga ini satu-satunya alasan mengapa Alden sering keli membatalkan janji dan juga makan bersamanya, itu semua karena wanita yang sedang hamil itu.