NovelToon NovelToon
Maya Dan Cangkulnya

Maya Dan Cangkulnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Romansa pedesaan
Popularitas:131
Nilai: 5
Nama Author: R.Fahlefi

Sebuah karya yang menceritakan perjuangan ibu muda.
Namanya Maya, istri cantik yang anti mainstream

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.Fahlefi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cangkul

Maya membeku, hampir menjatuhkan barang belanjaannya. Kakinya gemetar, tapi ada hal yang menahan mulutnya untuk tidak menjawab langsung. Ia tahu ini akan menjadi pertengkaran, Gilang baru pulang mancing bersama kawan-kawannya dan baru pulang setelah dua hari. Maya merahasiakan itu sebenarnya dari Reza agar tidak menjadi bahan pikiran bagi mereka. maka Maya menyuruh Sari untuk masuk ke kamar.

"Sari, kamu masuk kamar nak." Ucap Maya.

Ketegangan menggantung di udara.

Sari berlari masuk kedalam kamar.

"Aku tidak pernah menganggap abang nggak ada." Jawab Maya akhirnya.

"Kau tahu apa kesalahanmu?"

Maya menggenggam erat plastik belanjaannya.

"Aku tahu, aku tidak bilang sama abang kalau bang Reza dan kak Delia datang, sama seperti abang yang nggak bilang pergi mancing."

"Kau memang istri paling bebal Maya! Kau tahu kan aturan berumah tangga? Aku wajib tahu siapa yang datang ke rumah ini! Aku wajib tahu apa yang kau lakukan selama aku tidak di rumah! Lagipula, kau sudah tahu aku mau pergi mancing dari dua minggu yang lalu, bukan?!"

Maya tersentak, ia tahu betul itu. Tahu kalau ia telah berbuat salah.

"Aku minta maaf."

"Cih! Mudah sekali kau minta maaf. Terus, bagaimana harga diriku sebagai suami? Apa kata orang-orang ketika kau menerima tamu di rumah tanpaku?"

"Bang, Reza itu abang kandungku, jadi wajar kalau aku menerima mereka di rumah ini!"

'Bruk'

Gilang meninju dinding rumah.

"Kau itu bodoh atau pura-pura bego!! Mau itu Reza, mau itu Raza, Rozo tetap saja kau harus memberitahuku!"

"Bang, masalah ini cuma masalah kecil. Abang gak perlu besar-besarin. Lagipula aku sudah minta maaf."

"Kau yang membuat masalah ini jadi besar May! Kau tahu bagaimana malunya aku ketika teman-temanku bilang kalau kau bawa tamu ke rumah? Hah? Bahkan orang lain yang bilang padaku, bukan kau!"

"Abang tinggal jelaskan saja sama mereka, yang datang itu Bang Reza, kakak ipar abang, mudah kan? Abang aja yang memperumit masalah!"

'bruk'

Sekali lagi tangan Gilang meninju dinding hingga peyot. Karena dinding mereka terbuat dari triplek.

"Kau memang istri durhaka, tak berguna! Pelawan! Entah mimpi apa aku kemarin mau menikah denganmu!"

Deg.

Jantung Maya berdegup mendengar kalimat Gilang.

"Apa? Jadi abang nyesal menikah denganku?"

Gilang menatap Maya murka, "aku nggak nyesal! Tapi sangat menyesal!!"

"Begitu? Jadi menurutmu kau itu sudah sempurna? Kau itu sudah jadi suami yang baik?"

Dada Gilang naik turun, nafasnya memanas, "Kurang ajar, kau sudah berani memanggilku kau..kau..!!"

'plak'

Tamparan.

Maya memegang pipinya yang panas. Plastik di tangannya jatuh ke lantai.

Lalu Maya membalas tamparan itu dengan sorot mata yang menyala.

"Asal kau tahu Gilang, bukan cuma kau! Aku juga menyesal menikah dengan laki-laki nggak bertanggung jawab sepertimu!"

Mata Gilang memerah, nafasnya kian memburu. Jawaban-jawaban dari Maya sedari tadi membuat darahnya berdesir hingga ia tidak bisa mengendalikan diri.

"Dasar istri pelawan, durhaka! Berani-beraninya kau mengatakan itu padaku!"

Gilang mencekik leher Maya.

"Ukhhhh."

Maya tersedak, berusaha melepaskan tangan Gilang.

Maya meronta-ronta.

Nafas Maya tercekat di kerongkongan.

Tangan Gilang terlalu kuat untuk dilepaskan oleh Maya. Gilang kehilangan akal sehat. Ia mencekik leher Maya sambil memaki istrinya itu.

"Kau pikir kau hebat hah? Mentang-mentang kau dari keluarga kaya bisa seenaknya menghinaku!"

Maya berusaha lepas dari cengkeraman tangan Gilang. Tapi, ia terlalu lemah melawan laki-laki brengsek itu. Nafas Maya mulai habis, matanya berputar. Lalu ia ingat adegan sebuah filem ketika wanita mau diperkosa.

Tanpa berpikir lama lagi Maya pun mengarahkan kaki kanan miliknya ke arah selangkangan Gilang.

Sekuat tenaga ia ayunkan dan menendang.

'Buk'

"Awww."

Gilang langsung melepas tangannya dari leher Maya. Tubuhnya meringkuk sambil memegangi selangkanya.

"Ku-rang---aj.."

Belum sempat Gilang mengumpat, lagi-lagi Maya sudah mengambil gagang cangkul yang ada di balik pintu ruang tengah. Lalu memukulnya ke kepala Gilang.

"Rasakan!! Rasakan ini dasar laki-laki brengsek! Beraninya sama perempuan!!'

Gilang berusaha menahan gagang cangkul itu sambil menahan sakitnya tendangan Maya tadi.

Posisinya kini berbalik arah, sekarang Gilang yang berada di bawah takanan Maya.

Maya terus mengayunkan gagang cangkul itu dengan membabi-buta. Ia kesetanan.

"Maya...!! Hentikan! Awww...!!"

Gilang terdesak, rasa sakit luar biasa membuatnya tidak bisa menahan serangan Maya dengan cukup baik. Ia juga tidak bisa berdiri karena rasa nyeri di selangkangan.

"Mati!!! Mati!! Mati saja kau. Hidupmu gak berguna, kau buat aku menderita! Kau yang memaksaku untuk menikah denganmu! Dasar kep*rat!!!"

Maya berapi-api.

Kondisi Gilang kini memprihatinkan, wajahnya lebam, pelipis mengeluarkan darah. Satu tangan meski sakit tapi tetap menahan gagang cangkul itu agar tak sampai memukul kepalanya lagi, satu tangan lagi masih memegangi area perut bawahnya yang nyeri.

Lalu, disaat Maya kesetanan dan Gilang tak berdaya. Suara langkah kaki dari luar diiringi dobrakan pintu membuat gerakan Maya berhenti.

"Maya!! Apa yang kau lakukan!?"

Maya berhenti.

Di ambang pintu, Laras beserta Sari menatap kedua pasangan suami istri itu. Semenjak Gilang dan Maya bertengkar, Sari diam-diam pergi lewat pintu belakang rumah dan memanggil Laras.

"Laras... Tolong a-ku.." Rintih Gilang dan terduduk bersandar ke dinding rumah.

"Maya kenapa seperti ini?"

Maya menatap wajah Gilang, babak belur. Lalu beralih menatap Sari.

Putri kecilnya itu menggenggam baju Laras dengan ketakutan. Matanya merah jelas karena menangis.

"Sa-ri?" Maya sadar, Sari tidak seharusnya melihat pertengkarannya.

Gilang yang masih memegangi perut bawahnya masih meringis.

"To-long, perempuan gila ini kesurupan!" Ujar Gilang sambil meringis sakit.

Maya menatap tajam ke arah Gilang.

Tangan Maya bergerak lagi, ia mengangkat tinggi-tinggi gagang cangkulnya, kali ini ia mengarahkan mata cangkul itu ke kepala Gilang, bukan gagangnya lagi!

Laras, Gilang ataupun Sari menatap ngeri. Jelas-jelas jika mata cangkul itu menghantam Gilang maka laki-laki itu akan terbunuh!

"Maya! Jangan!!"

Tapi Maya tidak peduli sama teriakan Laras lagi.

"IBUUU!!!" Sari berteriak kencang.

Sesaat situasi kembali menegangkan.

Mata Gilang membulat tak percaya, ia lihat dengan mata kepala sendiri kalau Maya sedang berusaha membunuhnya. Gilang tak akan sempat menghindar, ia tidak bisa bergerak cepat.

Lalu dengan gerakan penuh amarah dan rasa muak, Maya akhirnya mengayunkan cangkul itu dengan sekuat tenaga.

Dan...

'PRANGG!!'

Menghantam lantai rumah.

Bukan kepala Gilang yang menjadi sasaran.

Laras dan Sari yang sempat menjerit merasa lega sekaligus bersyukur tidak ada adegan pembunuhan di depan mereka. Apalagi Sari, melihat kedua orang tuanya berantam hebat membuatnya sudah menangis sesenggukan.

Maya masih punya akal sehat, masih punya otak yang waras. Tadi, ia hanya menggertak dan melampiaskan kekesalannya saja. Lehernya dicekik, masih terasa sakit. Ia juga dihina, apalagi saat Gilang mengatakan menyesal telah menikah dengannya.

Selang beberapa saat setelah situasi mulai mereda Laras memapah Maya untuk duduk.

Sari mengambil air putih di dapur, sedangkan Gilang juga ikut duduk sambil menatap Maya.

Gilang menatap Maya bukan karena marah lagi.

Gilang menatap Maya karena masih merasa syok, nyawanya nyaris melayang di tangan istri.

Cangkul sudah di sembunyikan di tempat yang aman. Sari datang membawa gelas air putih, memberikannya pada Maya.

Maya meneguk.

Sementara Gilang hanya tertunduk lesu, Lalu minum air putih dari gelas yang sama dengan Maya. Maya yang memberikan gelas itu langsung.

"Minumlah bang," ucap Maya parau. Meski pandangannya ke arah lain. Walaupun mereka bertengkar hebat, Maya masih mau menganggap Gilang suaminya.

"Kau udah kayak harimau lapar May!" Ucap Laras sambil mengelus pundak Maya.

Maya menunduk, sebutir bening jatuh dari pipinya.

"Hiksss."

"Kau bisa saja membunuh Gilang!"

Maya mulai sesenggukan, "Memang itu yang aku inginkan."

Gilang menatap wajah Maya. Lalu menatap sekitar takut-takut jika cangkul itu masih berada disana.

"Maya! Kau sudaha gila!" Galang berucap tidak percaya.

"Kau yang gila! Kau yang mencekikku lebih dulu, kau yang menghinaku lebih dulu!"

"Itu karena kau nggak bilang ada tamu di rumah ini! Kau pikir apa kata kawan-kawanku? Mereka akan beranggapan yang tidak-tidak May! Kau seharusnya tahu aturan!"

"Yang datang itu abangku, bukan orang lain!"

"Nah, itu dia masalahnya! Abang kau saja datang tidak ngomong, apalagi yang lain!"

Maya menunduk, sesenggukan, "hiks."

Laras menggeleng-gelengkan kepala.

"Benar May? Kau nggak bilang?"

Maya mengangguk pelan.

"Nah kan, kau lihat sendiri temanmu ini Laras, bilangnya aku selalu yang salah, aku yang selalu tidak becus jadi suami, padahal dirinya saja nggak pernah mengerti gimana jadi istri yang baik!"

"Tapi bang, kau nggak perlu juga mencekiknya!" Potong Laras.

"Aku nggak benar-benar mencekikkua Laras, kalau ku cekik dia pasti udah mati!"

Laras menghela nafas panjang.

"Kalau gak niat mencekik, terus kenapa rasanya sakit? Kenapa rasanya aku mau mati sampai nggak bisa nafas?" Kata Maya tidak terima.

"Itu karena kau meronta, melawan!"

"Gimana aku nggak ngelawan kalau kau saja..."

" CUKUP!! CUKUP!!" Potong Laras. Gadis berusia 25 tahun itu pusing.

"Kalian ini berantam saja, nggak malu! Kalau begini terus aku bisa melaporkan kalian ke pak kades, lalu pak kades melaporkan kalian ke polisi!"

"Terserah, aku juga udah gak peduli kalau dia masuk penjara!" Jawab Maya.

"Maya! Kau juga bisa masuk penjara! Kau lihat wajah suamimu itu! Kau menganiaya dia! Ini kekerasan dalam rumah tangga! Ya ampun May..!!!!" Laras menggelengkan kepala.

Maya terdiam, meneguk ludah sendiri.

Yang dikatakan oleh Laras itu benar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!