Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Kekacauan
Rumah Sakit.
Ruang operasi.
Suasana menegangkan berada di ruang operasi, dengan lampu operasi tepat berada mengarah pada bagian kepala pasien, suara mesin jantung terdengar membuat bulu kuduk berdiri. 3 Dokter menjalankan operasi tersebut ditemani beberapa suster.
"Periksa pendarahan pasien!" suara dingin terdengar dari Dokter memakai kacamata dan juga menutup mulutnya dengan masker.
"Dokter denyut jantungnya sudah normal," sahut Suster.
Dokter muda tersebut menganggukkan kepala, kemudian melanjutkan jalannya operasi.
"Alhamdulillah...." Dokter itu mengucap rasa syukur ketika gumpalan kecil berhasil diambil dari bagian otak pada pasien.
"Kondisi pasien normal," sahut Dokter seprofesinya membuat mereka mengangguk dan kemudian memerintahkan Suster untuk menjahit.
Akhirnya operasi itu berjalan dengan lancar, mereka mengucap syukur di dalam ruang operasi tersebut dan sementara di sisi lain terlihat wanita bercadar berjubah putih dengan seragam Dokter.
"Zahra!" Rekannya menegurnya membuat langkah wanita itu berhenti.
Dari tatapan matanya sudah menjelaskan betapa cantiknya wanita yang menutup wajahnya menggunakan cadar, kulitnya tampak putih bersih dengan pembawaan tenang dan teduh.
"Iya," jawab Zahra.
"Hmmm, jantungku sejak tadi tidak berhenti berdebar. Aku benar-benar takut melakukan kesalahan dan penilaian hari ini tidak lulus," ucapnya mengutarakan isi kebimbangan hatinya.
"Mutia, kamu tidak boleh berprasangka buruk, kita sudah melakukan yang terbaik dan sebagai Dokter coach di rumah sakit ini, kita sudah menjalankan aturan yang mereka berikan," ucap Zahra memberi pencerahan kepada temannya itu.
"Bagaimana aku tidak berpikir buruk jika, Dokter Naldy sangat galak, wajahnya tampak dingin, aku bahkan tidak berani menegurnya," keluh Mutia.
"Kamu tidak perlu menegur beliau, seperti yang aku katakan tadi kita hanya perlu berbicara seperlunya saja," sahut Zahra.
"Ya, sudahlah semoga hasilnya terbaik," ucap Mutia mencoba untuk senang mungkin.
"Zahra, bagaimana jika pulang dari rumah sakit nanti. Kita makan sebentar!" ajak Mutia.
"Aku tidak bisa, aku harus membantu mempersiapkan pernikahan saudaraku," jawab Zahra.
"Saudara kamu yang menikah, tetapi kamu yang repot," ucap Muthia.
"Itu hal biasa dalam bersaudara memang harus tolong menolong," jawab Zahra dengan santai, nada suaranya terdengar ikhlas saat menjalankan sesuatu pekerjaan membuatnya tidak pernah mengeluh.
****
Kediaman Zahra.
Rumah mewah dengan desain klasik Eropa dipenuhi banyak orang untuk mempersiapkan acara sakral yang akan diadakan di kediaman keluarga Zahra.
Zahra baru saja pulang ke rumahnya dijemput oleh sopir, Zahra melihat seorang wanita sekitar berusia 40 tahunan sedang sibuk memerintahkan orang-orang untuk mengatur segala dekorasi untuk pernikahan salah satu anggota keluarga di rumah itu.
"Assalamualaikum, Ma!" sapa Zahra.
"Walaikum salam," jawab wanita itu tampak cuek dengan melanjutkan obrolannya dengan salah satu pekerja.
"Zahra mau masuk dulu," ucap Zahra membuat wanita bernama Syakira menganggukkan kepala.
"Saya ingin bunga di sudut sana diganti warnanya menjadi warna putih, di bagian sana kamu atur ulang kembali!" titah Syakira.
"Baik Nyonya," jawab pekerja tersebut.
"Kamu harus benar-benar mempersiapkan dekorasi yang sempurna, ingat putri saya menikah dengan seseorang luar biasa dan jangan membuat saya malu!" tegas Syakira.
"Baik Nyonya," ucap pekerja tersebut dengan menundukkan kepala dan kemudian langsung pergi setelah mendapat perintah.
Zahra memasuki kamarnya, dan membuka cadarnya. Wajah cantik terpancar dari sorotan matanya, wajahnya putih mulus bersih dan benar-benar teduh.
Zahra menghela nafas dan melangkah menuju jendela, membuka tirai sedikit melihat bagaimana aktivitas yang terjadi di pekarangan rumah yang luas itu.
"Kak Tasya akan menikah, tetapi sampai saat ini dia belum kembali? Bukankah seorang wanita yang menjadi calon pengantin harus tetap stand by di kediaman rumahnya,"
"Aku pernah beberapa kali membaca buku dengan kata-kata pamali calon pengantin baru meninggalkan rumah," gumam Zahra dengan menghela nafas dan kembali menutup gorden jendela kamar tersebut dengan kemudian menuju kamar mandi.
******
Mentari pagi begitu sangat indah, dengan cerahnya di pagi hari, kediaman rumah Zahra juga sama indahnya dengan pekarangan rumah didekorasi sedemikian rupa untuk mengadakan ijab kabul sakral ala out door.
Para tamu penting yang diundang dalam acara tersebut sudah mulai berdatangan karena satu jam lagi acara pernikahan akan dilaksanakan. Bahkan terdengar calon pengantin pria juga sudah tiba bersama keluarganya.
Sementara Zahra juga terlihat cantik berdiri di depan cermin dengan memperbaiki riasannya, setelah merasa cukup memoles sedikit make up pada wajahnya dan Zahra mengambil cadarnya kemudian memakainya.
Penampilannya sangat anggun menggunakan gamis berwarna biru muda senada dengan cadar itu. Setelah menyemprotkan parfum pada tubuhnya dan membuatnya kemudian langsung keluar dari kamar.
Zahra mengerutkan dahi saat menuruni anak tangga, seharusnya kedua orang tuanya dan orang-orang yang ada di ruang tamu itu berada di luar untuk menyambut para tamu, tetapi mereka berada di ruang tamu terlihat begitu panik dengan wajah-wajah menegangkan.
"Anak itu memang selalu membawa masalah, sudah tahu hari pernikahannya adalah hari ini dan bisa-bisanya belum kembali!" seorang pria berusia 50 tahun terlihat frustasi dengan memijat kepalanya.
"Mas, mungkin saja pesawat Tasya mengalami masalah," sahut Syakira.
"Jika dia sudah tahu akan menikah dan seharusnya seminggu sebelum pernikahan sudah berada di rumah ini dan bukan masih keluyuran liburan sana sini!" tegas Wildan benar-benar emosi.
"Ada apa ini?" gumam Zahra dengan penasaran.
"Ada-ada saja tingkahnya dan tidak pernah dewasa, apa harus mengadakan bridal shower di Luar Negeri. Bagaimana kita menghadapi keluarga Dokter Naldy jika semua kejadiannya seperti ini," ucap Wildan sejak tadi menekan suaranya.
"Syakira kamu hubungi lagi Tasya dan pastikan sekarang dia sudah berada di Indonesia atau di mana? jangan sampai tamu-tamu yang datang di acara pernikahan ini kecewa dan apalagi dengan keluarga besar dari tuan Sastra!" tegas Nyonya Karunia wanita berusia 60 tahun, sejak tadi juga tegang.
Syakira menjadi pelampiasan kemarahan suaminya dan juga Ibu mertuanya.
Ting.
Syakira mendapat notif pesan dan kemudian langsung melihatnya.
"Ma, aku tidak bisa melanjutkan pernikahanku, aku belum siap untuk menikah dengan Naldy. Maafkan aku," pesan yang baru saja diterima Shakira benar-benar membuatnya shock.
"Ada apa Syakira?" tanya Wildan melihat ekspresi wajah istrinya.
Shakira bahkan tidak mampu berkata-kata membuat Wildan langsung menarik ponsel istrinya dan semakin terkejut ketika melihat notif pesan dari putri mereka.
"Anak ini benar-benar!" Wildan langsung marah dan hampir saja membanting ponsel itu.
"Bisa-bisanya dia baru mengatakan belum siap menikah setelah semuanya dipersiapkan. Apa dia pikir pernikahan main-main," Wildan semakin tidak bisa mengendalikan dirinya.
"Tasya tidak pernah dewasa dan selalu bertindak sesuka hatinya, jika ragu dalam pernikahan dan seharusnya tidak meminta kita untuk menikahkannya dengan kekasihnya," sahut Karunia juga terlihat marah.
"Ini semua juga gara-gara kamu Shakira," karunia langsung menyalahkan menantunya membuat Shakira mengerutkan dahi.
"Jika kamu tidak terlalu memiliki obsesi untuk menjadi besan dari keluarga itu, maka hal ini tidak akan terjadi dengan Tasya yang harus menikah secara cepat!" tegas Karunia.
"Sudahlah tidak ada gunanya saling menyalahkan, anak itu sudah membuat kesalahan besar dan sekarang kita yang harus menyelesaikan semua ini!" sahut Wildan.
"Apa yang akan kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah ini hah! pengantin pria sudah ada di bawah, para tamu undangan sudah datang," ucap Karunia mengingatkan tidak ada solusi yang bisa diambil mereka.
Bersambung...
...Para pembaca setiaku. Aku berterima kasih kepada kalian yang terus mengikuti karya-karyaku....
...Alhamdulillah saya masih bisa membuat novel terbaru. Saya meminta dukungan kepada teman-teman semua untuk memberikan support sedikit banyaknya yang kalian berikan kepada saya membuat saya semakin semangat dan pasti kritik dan saran akan membangun karya ini....
...Saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya dan jangan lupa membaca bab 1 sampai bab akhir terima kasih....