Lin Zheng seorang pemuda dari bumi secara misterius jatuh ke sebuah retakan ruang yang muncul secara tiba-tiba.
Saat sadar dirinya sudah berada di suatu tempat asing.
Namun saat dirinya putus asa, system fusi datang sebagai Cheat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lonely Tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Nama dan kesalahapahaman
Lin Zheng masih terduduk di tanah berbatu, belati teracung, jantungnya berdebar kencang di tulang rusuknya. Di depannya berdiri seorang wanita yang kecantikannya bisa meruntuhkan kerajaan, baru saja terbangun dari peti mati berusia ribuan tahun, dan dia baru saja menanyakan identitasnya.
Otak Lin Zheng berputar lebih cepat daripada saat dia menghadapi Serigala Bertanduk Giok.
Bagaimana dia menjawab ini? 'Kau adalah wanita es kuno yang baru saja kubebaskan dengan memukul peti matimu pakai pistol ajaib?' Itu adalah tiket sekali jalan menuju kematian.
Dia membutuhkan jawaban. Alasan mengapa dia ada di sini. Alasan mengapa dia membangunkannya.
Pertanyaan wanita itu menggantung di udara yang dingin: "Aku siapa? Dan kau siapa?"
"Aku..." Lin Zheng tergagap, pikirannya yang panik mencari kebohongan apa pun, kebohongan apa pun yang bisa dipercaya. "Aku... Aku hanya manusia fana!"
Wanita perak itu memiringkan kepalanya, matanya yang bersinar tanpa emosi, hanya rasa ingin tahu yang murni.
"Aku ke sini," Lin Zheng melanjutkan, kata-kata itu keluar begitu saja dalam kepanikan. "Aku mengikuti wasiat orang tuaku! Ya, wasiat!"
Ini adalah kebohongan yang sangat konyol, tetapi dia sudah berkomitmen. "Mereka... mereka mengatakan di tempat ini... ada istriku yang sedang menungguku!"
Begitu kata-kata itu keluar, Lin Zheng ingin menampar mulutnya sendiri. Istriku? Dari semua kebohongan di Xuantian, kenapa dia memilih yang itu?
Dia buru-buru menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mata perak itu. "A-aku tidak tahu itu benar atau salah! Sungguh! Nona Peri... maafkan aku karena telah membangunkanmu! Aku tidak bermaksud mengganggu tidurmu!"
Dia berani mengintip. Wanita itu tidak menyerang. Dia hanya berdiri di sana, memproses informasi baru ini dengan tatapan kosong. Setelah hening sejenak, suara lonceng es itu terdengar lagi.
"Siapa nama istrimu?"
Jantung Lin Zheng serasa melompat ke tenggorokannya. Sial! Sial! Sial! Kebohongan itu ditindaklanjuti.
Dia panik. Dia membutuhkan sebuah nama. Nama yang cocok untuk wanita es yang cantik ini.
"Namanya... namanya..." Dia memejamkan mata. Sebuah kata melintas di benaknya, mungkin dari novel kultivasi yang pernah dia baca.
"Xue Ling!" teriaknya, suaranya sedikit terlalu keras karena panik. "Xue Ling! Xue Ling adalah nama yang diberitahukan oleh kedua orang tuaku!"
Xue berarti Salju. Ling berarti Roh. Itu terdengar... pas.
Keheningan kembali menyelimuti.
Kemudian, wanita itu bergerak.
Dia mengambil langkah keluar dari puing-puing peti matinya. Dia bergerak dengan keanggunan yang sunyi, jubah kunonya berdesir tanpa suara di atas batu. Lin Zheng tanpa sadar menyeret tubuhnya mundur, tetapi dia terlalu lambat.
Wanita itu mendekat, berhenti tepat di depannya. Dia sangat tinggi, bayangannya menutupi Lin Zheng sepenuhnya. Dia menunduk, mata peraknya menatap langsung ke matanya yang ketakutan.
"Apakah aku," bisiknya, suaranya dipenuhi dengan kebingungan yang murni, "...Xue Ling?"
Lin Zheng hanya terdiam. Dia tidak bisa menjawab. Tenggorokannya terkunci. Dia seharusnya mengatakan ya? Atau tidak? Apa jawaban yang benar yang tidak akan membuatnya terbunuh? Dia menelan ludah, belatinya terasa sangat tidak berguna.
Melihat Lin Zheng terdiam, wanita itu bertanya lagi, suaranya sedikit lebih pelan, seolah dia benar-benar mencoba memahami.
"Apakah aku... Xue Ling?"
Dia seperti anak kecil yang baru belajar bicara, mencoba memahami label pertama yang diberikan padanya.
Melihat ekspresi polos yang putus asa di wajahnya yang sempurna itu, rasa panik Lin Zheng sedikit mereda, digantikan oleh rasa bersalah yang menusuk. Dia tidak bisa terus membohonginya.
"Nona Peri!" katanya, akhirnya menemukan suaranya. "Dengar! A-aku tidak tahu!"
Wanita itu sedikit tersentak oleh ledakan suaranya.
"Aku tidak tahu apakah kau Xue Ling atau bukan!" Lin Zheng buru-buru menjelaskan, mencoba untuk jujur setidaknya setengah. "Aku hanya mengikuti kompas ini!" Dia menepuk sakunya, menunjuk ke [Kompas Energi Yin]. "Kompas ini... uh... yang diberikan kedua orang tuaku! Mereka bilang ini akan membawaku ke 'dia'!"
Lin Zheng menahan napas, telah memberikan semua kartu yang dia miliki.
Wanita misterius itu menatap Lin Zheng lama. Sangat lama. Tatapan peraknya menembus dirinya, seolah mencari kebenaran di balik kata-katanya yang campur aduk. Dia adalah selembar kertas kosong, dan Lin Zheng baru saja menulis paragraf pertama yang sangat membingungkan di atasnya.
Dia memproses kata-kata itu: Orang tua. Wasiat. Istri. Kompas. Xue Ling.
Akhirnya, dia memalingkan muka, menatap puing-puing peti matinya, lalu kembali ke Lin Zheng. Dia membuat keputusan berdasarkan satu-satunya informasi yang dia miliki di dunia ini.
"Xue... Ling," dia mengucapkan nama itu. Itu terasa asing di lidahnya, namun itu adalah satu-satunya jangkar yang dia miliki.
Dia mengangguk pelan pada dirinya sendiri. "Aku tidak ingat apa-apa."
Dia menatap Lin Zheng lagi, tatapannya kini lebih terfokus. "Kompas membawamu kepadaku. Kau memiliki nama untukku."
Logikanya, dalam kesederhanaannya yang murni, tidak terbantahkan.
"Kalau begitu," katanya, suaranya sedikit lebih kuat, "...Aku adalah Xue Ling."
Ikatan nasib, yang dipicu oleh kebohongan panik, baru saja ditempa di lembah es yang terlupakan itu.
