Fahrul Bramantyo dan Fahrasyah Akira merupakan sahabat sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Mereka sangat akrab bak saudara kembar yang merasakan setiap suka dan duka satu sama lain.
Namun semuanya berubah saat kesalahpahaman terjadi. Fahrul menjadi pria yang sangat kasar terhadap Fahra. Beberapa kali pria itu membuat Fahra terluka, hingga membuat tubuh Fahra berdarah. Padahal ia tau bahwa Fahra nya itu sangat takut akan darah.
Karena Fahra kecil yang merasa takut kepada Fahrul, akhirnya mereka pindah ke Malang dan disana Fahra bertemu dengan Fahri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LoveHR23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pendaftaran Lomba
Hari-hari berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, ini sudah akhir bulan maret. Biasanya ditanggal-tanggal seperti ini akan ada seleksi untuk lomba taekwondo se Jakarta. Para siswa diperkenankan untuk mendaftarkan diri saat jam istirahat di aula sekolah. Begitu banyak murid yang antusias untuk berpartisipasi. Berbeda dengan siswa lain, Fahrul selalu dipanggil untuk mengikuti seleksi itu. Walau tidak terlalu antusias, Fahrul tetap tidak pernah absen untuk mengikuti kejuaraan seperti itu.
Tanpa diketahui teman-temannya, Beni mendaftarkan Cinta untuk mengikuti seleksi itu. Ia sengaja melakukan hal itu untuk melanjutkan misi pembalasan dendamnya pada Cinta. Ia tahu betul kalau gadis pendiam seperti Cinta tidak akan bersedia untuk mengikuti lomba itu. Namun jika mengundurkan diri sebelum mengikuti seleksi, maka Cinta akan diberi sanksi oleh guru olahraga dan kepala sekolah.
Setelah istirahat kedua, para siswa yang mengikuti seleksi diperkenankan untuk berkumpul di Aula. Guru yang bertanggungjawab akan memanggil siswa bersangkutan yang belum hadir ke kelas mereka. Saat sampai dikelas sebelas IPA 2, Pak Rahman menyebutkan 2 nama yang akan mengikuti seleksi hari ini.
"Permisi Bu, saya mohon izin untuk memanggil siswa yang akan seleksi untuk lomba taekwondo, boleh Bu?" tanya Pak Rahman begitu sopan.
"Silahkan, Pak." jawab Bu Tutik dengan ramah.
"Baiklah anak-anak untuk siswa kelas sebelas IPA 2, ada 2 anak yang mengikuti seleksi. Untuk Fahrul, kamu sudah pasti ikut ya Nak." Pak Rahman tersenyum melirik ke arah Fahrul. "Satu lagi... Cinta Arum Setyaningsih. Kalian berdua kemasi barang-barang kalian dan segera ke aula ya. Sudah Bu, terimakasih Bu.." ujar Pak Rahman sedikit bercanda. Pria paruh baya itu bergegas pergi dari kelas sebelas IPA 2.
"Gue?" tanya Cinta terkejut.
Cinta terkejut saat namanya juga dipanggil. Gadis itu tak pernah merasa mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi apapun. Bahkan saat jam istirahat, ia hanya duduk didalam kelas bersama Fahra memakan bekalnya. Cinta masih belum mengemasi barangnya. Ia tak habis fikir kenapa namanya juga disebut. Sempat terlintas dibenaknya kalau Pak Rahman hanya salah nama.
"Kenapa, Cin?" tanya Fahra yang sedari tadi memperhatikan gelagat Cinta.
"Kok nama gue dipanggil, sih? Gue sama sekali gak ada daftar apa-apa loh!"
Fahra mengerutkan dahinya mencoba meneliti. "Mungkin salah nama, Cin. Coba deh kamu tanyain lagi ke Pak Rahman."
Setelah membereskan barang-barangnya, Fahrul segera keluar. Namun langkahnya terhenti oleh panggilan Bu Tutik. Fahrul memang seperti itu, keluar tanpa pamit. Tapi bukan itu alasan Bu Tutik memanggil Fahrul. Wanita paruh baya itu memanggil Fahrul karena Cinta.
"Ajak Cinta sekalian. Kalian pergi sama-sama ke aula." tanpa menjawab, Fahrul hanya berdiri didepan pintu untuk menunggu Cinta. "Cinta, ayo kemasi barang-barang kamu."
"Ta-tapi Bu, saya sama sekali tidak mendaftar lomba itu. Saya rasa Pak Rahman salah nama." jawab gadis itu gugup.
"Benarkah? Coba tanyakan lagi ini ke Pak Rahman. Kalau memang salah, kamu kembali lagi ke kelas ya."
"Iya, Bu."
Cinta mulai beranjak dari kursinya dan keluar bersamaan dengan Fahrul. Terlihat sekali, Beni yang tengah duduk dibelakang tersenyum picik. Ia tersenyum sumringah saat melihat kepanikkan diwajah Cinta. Saat sedikit jauh dari kelas, Cinta menghentikan langkahnya yang beriringan dengan Fahrul.
"Bisa cepet, gak?" tukas Fahrul sedikit meninggikan nada bicaranya.
"E-elo duluan aja." jawab Cinta gugup.
"Oke" Fahrul terlihat santai dan bergegas berjalan meninggalkan Cinta. Saat Fahrul mulai jauh, gadis itu juga mulai melangkahkan kakinya.
"Kok gue bisa terdaftar sih? Apa iya salah nama? Tapi tadi Pak Rahman keliatan percaya diri banget. Gue yakin. Kalau emang nama gue terdaftar, pasti Pak Rahman gak bolehin gue buat ngundurin diri. Kalaupun ngundurin diri, ntar gue kena sanksi. Duhh, ribet banget sih!" Cinta mulai frustasi. Tanpa sadar, perjalanannya sudah sampai pada tempat tujuan. Banyak sekali siswa yang berada di aula untuk mengikuti seleksi. Ia melihat Pak Rahman yang tengah duduk dikursi pojokkan. Dengan segera, Cinta menghampiri Pak Rahman.
"Ma-maaf, Pak. Saya mau tanya, apakah nama yang bapak sebutkan memang benar-benar nama saya?" tanya Cinta pada Pak Rahman.
"Iya, ehh sebentar bapak cek dulu." Pak Rahman membuka map yang berisi lembaran-lembaran nama siswa yang mengikuti seleksi. Dan ia mengangguk saat melihat satu nama yang dimaksud. "Iya nih, nama kamu terdaftar. Cinta Arum Setyaningsih, kan? Nih, coba liat." Pak Rahman memperlihatkan sebuah nama yang bertuliskan nama Cinta. Lagi-lagi gadis itu menghela nafasnya berat. Sontak membuat Pak Rahman bingung.
"Kenapa, Cinta?"
"Itu Pak, saya gak pernah ngerasa daftar ikut seleksi ini. Tapi saya heran, kenapa nama saya bisa ada disitu."
"Gakpapa, Nak. Kamu ikut seleksi aja dulu. Gak sakit kok. Kalau pun kamu gak bisa, nanti kamu akan gugur dengan sendirinya. Tapi jangan ngundurin diri, nanti kamu kena sanksi loh." Pak Rahman mencoba menghibur Cinta. Namun raut wajah gadis itu tetap memperlihatkan kekecewaan.
Seleksi dimulai. Satu persatu siswa di tes unjuk kebolehan dalam memperlihatkan jurus. Ada juga yang mengikuti seleksi tarung. Seperti biasa, Fahrul selalu mengikuti seleksi bertarung. Pria itu berhasil mengalahkan seluruh siswa yang mencoba melawannya. Tanpa tersisa sedikit pun, seluruh siswa harus terima kekalahannya dari Fahrul. Lagi-lagi Fahrul -lah yang terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba bertarung. Dan siswa yang akan mewakili lomba taekwondo untuk unjuk kebolehan jurus-jurus adalah Reihan, siswa kelas sepuluh.
Tanpa disangka, Cinta juga keluar sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba cabang pertarungan tingkat putri. Ia mendapat cabang lomba yang sama seperti Fahrul. Dan yang mewakili sekolah untuk mengikuti lomba cabang jurus adalah Lili, siswa kelas sebelas IPS.
Karena Cinta tidak kunjung kembali hingga jam pelajaran berakhir, Fahra memilih menunggu Cinta didalam kelas. Ia duduk disalah satu kursi barisan depan sendirian sambil memainkan ponselnya. Kelas sudah terlihat sepi, hanya Fahra yang ada didalam kelas itu. Sampai akhirnya seorang gadis yang terlihat begitu lelah masuk ke dalam kelas. Gadis itu adalah Cinta. Ia tersenyum melihat Fahra yang dengan setia masih menunggunya.
"Bagaimana, Cin? Itu beneran nama kamu atau bukan?" tanya Fahra saat Cinta menghampirinya.
"Huftt, ternyata itu beneran nama gue. Dan lo tau...." Cinta menggantung bicaranya.
"Apa?"
"Gue kepilih mewakili sekolah buat ikut lomba taekwondo cabang tarung. Huwaaaa gue kesel sama orang yang daftarin gueeeeeee" ucap Cinta begitu frustrasi.
"Baguslah" Fahra terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu. "Yaudah, yuk pulang. Fahra udah beresin tas Cinta tadi."
"Makasih ya, Raa. Lo emang sahabat gue yang paling baik. Gak pernah gue dapet temen secantik dan sebaik lo. Ada pun temen yang baik, tapi mukanya biasa aja."
"Udahhlaaaaa. Cinta gak boleh iri ya, sama kecantikkan Fahra." kali ini Fahra mencoba menggoda Cinta. Gadis itu menyenggol lengan sahabatnya dan bergegas beranjak dari tempat duduknya.
"Ayok pulang" ajak Fahra.
Tanpa berbasa basi, Cinta menggendong tasnya dan bergegegas pergi mengikuti langkah Fahra. Hari itu berlalu begitu melelahkan bagi Cinta. Begitu juga Fahra yang lama menunggu Cinta.