Pernikahan Emelia dengan Duke Gideon adalah sebuah transaksi dingin: cara ayah Emelia melunasi hutangnya yang besar kepada Adipati yang kuat dan dingin itu. Emelia, yang awalnya hanya dianggap sebagai jaminan bisu dan Nyonya Adipati yang mengurus rumah tangga, menemukan dunianya terbalik ketika Duke membawanya dalam perjalanan administrasi ke wilayah terpencil.
Di sana, kenyataan pahit menanti. Mereka terseret ke dalam jaringan korupsi, penggelapan pajak, dan rencana pemberontakan yang mengakar kuat. Dalam baku tembak dan intrik politik, Emelia menemukan keberanian yang tersembunyi, dan Duke Gideon dipaksa melihat istrinya bukan lagi sebagai "barang jaminan", melainkan sebagai rekan yang cerdas dan berani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Sabrina Rasmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
penasaran
"Baiklah, aku akan mencari tahu sendiri," putus Emelia dengan tekad bulat, tatapannya beralih dari Gerya ke pintu ruang kerja tempat Duke menghilang.
Gerya menatap Emelia dengan ekspresi khawatir. "Nona, hati-hati. Tuan Duke itu... menakutkan kalau sedang marah. Jangan melakukan hal gegabah."
Emelia tersenyum tipis, senyum yang menunjukkan keberanian barunya. "Jangan khawatir, Gerya. Aku tidak akan gegabah. Aku hanya... ingin tahu dengan siapa aku menikah. Aku tidak suka hidup dalam ketidaktahuan."
Gerya mengangguk pasrah. "Baiklah, Nona. Saya akan membereskan gaun ini dulu. Jika Nona butuh sesuatu, panggil saja saya."
Setelah Gerya keluar dari kamar, Emelia duduk di tepi tempat tidur besar itu, pikirannya berputar cepat. Dia adalah Emelia Grace, seorang gadis desa sederhana yang biasa membuat roti, kini menjadi Duchess di kastil megah ini. Dia tidak pernah memilih kehidupan ini, tetapi karena dia sudah terikat di dalamnya, dia tidak akan hanya duduk diam dan menangisi nasibnya.
Dia bangkit dari tempat tidur, mengamati ruangan. Kamar itu luar biasa mewah, tetapi juga fungsional. Matanya kembali tertuju pada pintu ruang kerja yang tertutup. Di situlah kunci jawabannya berada, di balik pintu kayu mahoni yang kokoh itu.
Malam itu, Emelia tidak langsung tidur. Dia menunggu, mendengarkan keheningan kastil yang sepi. Dia tahu dia harus bergerak dengan hati-hati. Dia tidak ingin melanggar kepercayaan Duke, atau lebih buruk lagi, memicu amarahnya. Dia hanya ingin memahami situasinya, agar dia bisa bertahan di dunia barunya ini.
Emelia tahu, perjalanan untuk membongkar rahasia Duke Gideon baru saja dimulai. Dan dia, si gadis desa, siap untuk mencari tahu kebenaran di balik pernikahan aneh ini.
Emelia mengendap-endap keluar dari kamarnya, menyusuri koridor remang-remang yang diterangi hanya oleh beberapa obor yang menyala redup. Jantungnya berdebar kencang di dadanya. Dia tahu dia mengambil risiko besar, tetapi keingintahuannya lebih besar daripada rasa takutnya. Dia mendekati pintu ruang kerja Duke, telinganya menempel ke kayu mahoni yang dingin, mencoba mendengar suara apa pun dari dalam.
Tiba-tiba, sebuah tangan besar menepuk pundaknya dari belakang. Emelia tersentak kaget, tetapi dengan cepat menenangkan dirinya, mengira itu Gerya yang khawatir.
"Diam aja," bisiknya kesal, tidak menoleh ke belakang. "Nggak usah pegang-pegang, risih, Ger. Aku mau lihat dia ngapain."
Di belakang Emelia, suara deheman yang dalam dan sangat familiar terdengar, bukan suara lembut Gerya.
Deg.
Darah Emelia seolah berhenti mengalir. Dia menoleh ke belakang perlahan, matanya membelalak kaget saat melihat sosok tinggi dan mengintimidasi Duke Gideon berdiri tepat di belakangnya, dengan ekspresi datar namun mematikan.
Keterkejutannya begitu hebat hingga dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke belakang. Secara reflek, Duke menjulurkan tangannya untuk menangkapnya. Dalam kecerobohan yang kikuk itu, Emelia jatuh tepat ke dalam pelukannya. Kepalanya membentur dada bidang Duke, dan karena momentum, bibirnya tanpa sengaja bertemu dengan bibir Duke dalam ciuman singkat dan mengejutkan.
Emelia segera melompat mundur, wajahnya memerah padam, panik luar biasa. "Maaf, Tuan! Maaf, Tuan! Saya tidak sengaja!" dia tergagap, menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Duke Gideon menatapnya dengan pandangan tajam, alisnya terangkat sedikit. Hening sejenak, hanya detak jantung Emelia yang terdengar keras.
"Kau sengaja ya, gadis?" suara baritonnya terdengar rendah dan dingin, meskipun ada sedikit kilatan geli di matanya yang gelap, yang tidak disadari Emelia.