Rachel, mendapatkan kiriman undangan kekasihnya dengan wanita lain. Saat ingin meminta penjelasan, sang kekasih malah sedang berselingkuh. Patah hati, dia memilih pergi ke klub malam. Namun seorang pria yang dia kenal, adalah mantan kekasih wanita lain itu datang padanya. Memberinya tawaran yang mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 10
Suara musik yang di lantunkan oleh seorang musisi dengan hanya empat buah komponen alat musik saja. Piano, biola dan dua buah gitar sudah membuat sebuah harmoni yang begitu menawan dan begitu sedap di dengar.
Alunan musik itu mengiringi seorang wanita bergaun putih sangat indah. Dengan kepala dan wajah tertutup selendang, wanita itu berjalan dengan begitu anggun ke arah pelaminan. Di iringi dua orang wanita dewasa di sebelahnya yang merupakan karyawan di butiknya. Dan dua anak kecil yang merupakan pain figuran yang biasa di sewa untuk acara seperti itu. Membawa keranjang berisi ribuan kelopak bunga mawar yang mereka sebar di depan wanita bergaun pengantin itu.
Di pelaminan, tampak berdiri dengan tidak fokus. Dan sesekali mengenang kepalanya yang mungkin masih terasa pusing, seorang pria dengan balutan jas yang begitu elegan. Terlihat sangat berwibawa dan begitu tampan pastinya.
Pria itu adalah Raviansyah, dan mempelai wanita yang sedang berjalan ke arahnya adalah Hani.
"Ravi, maju sana. Sambut tangan Hani!" seru Tikha yang memang sejak tadi berdiri di belakang Ravi memastikan anaknya itu tidak membuat kesalahan.
Adrian yang mendapatkan perintah seperti itu dari sang ibu langsung melangkah maju hendak mengulurkan tangannya pada Hani.
Hani juga melangkah dengan langkah yang begitu pasti, belasan kamera memotretnya, dia memang mengundang banyak wartawan untuk datang dan meliput pernikahannya yang termasuk mewah ini. Di selenggarakannya saja di sebuah hotel yang biasanya hanya para kaum perlente saja yang mampu menyewanya.
Tapi tiba-tiba saja langkah Hani terhenti, karena merasakan jepretan kamera, lampu flash kamera yang tadinya terus mengarah ke arahnya tiba-tiba dia merasakan kalau cahaya dan kilauan itu menghilang.
Dengan wajah penasaran, Hani menoleh ke arah para kerumunan wartawan yang terdengar begitu riuh. Tapi tidak ke arahnya, malah semakin menjauh dari tempatnya berdiri.
"Ada yang datang dengan Limousine!"
Suara itu terdengar begitu keras. Hingga perhatian para wartawan tertuju ke suara itu dan sangat penasaran. Siapa yang datang dengan kendaraan yang begitu ekslusif dan istimewa itu.
"Pewaris bisnis Meyer Grup"
Suara itu terdengar begitu asing bagi Hani. Tapi dia terlanjur kesal, karena para wartawan tidak lagi meliputnya malah mendatangi orang yang di elu-elukan itu.
"Kirana"
Pada akhirnya Hani memanggil Kirana yang selalu berdiri tidak jauh dari Hani.
Kirana lantas bergegas menghampiri Hani dengan setengah berlari.
"Kamu bilang hanya acaraku saja yang ada di hotel ini! Lalu kenapa itu ada yang datang dan menarik perhatian para wartawan? jangan-jangan dia pemilik hotel ini, hotel ini kan King Meyer namanya, dan salah satu wartawan itu bilang yang datang dengan Limousine adalah pewaris bisnis Meyer" kata Hani pada Kirana.
Kirana langsung mengangguk.
"Iya mbak Hani, sebentar ya" kata Kirana yang langsung berlari dengan cepat ke arah kerumunan para wartawan yang keluar dari gedung itu untuk melihat siapa yang datang.
Tikha yang melihat Hani berhenti di tengah jalan menuju pelaminan lantas mendengus kesal.
"Ya ampun, ngapain dia masih disana. Aduh mana pada ngelihatin lagi" gumamnya perlahan tapi terdengar oleh Bagus juga.
Bagus lantas mendekati Ravi dan meminta Ravi menjemput Hani. Karena memang mereka sudah harus melaksanakan ijab qobul. Semua harus sesuai rencana dan susunan acara, karena mereka hanya menyewa hotel ini selama 8 jam saja dengan harga yang begitu fantastis.
Ravi menjemput Hani, semua orang terlihat bersorak. Para undangan yang hadir dari keluarga dan tetangga Tikha, dan juga para karyawan butik dan tamu bayaran Hani tentunya. Mereka bersorak karena mengira si mempelai pria begitu bucin, begitu tidak sabar untuk memperistri wanita cantik yang tentu saja punya banyak sekali hal baik dan menarik dalam dirinya. Setidaknya itulah image yang di bangun Hani selama ini.
Sorak sorakan itu membuat Hani tersanjung. Dia tersenyum dengan lebar. Kegusaran hatinya yang terganggu oleh perginya para wartawan termasuk wartawan yang dia bayar itu telah hilang karena apa yang di lakukan oleh Ravi. Dia merasa menjadi wanita yang sangat di dambakan oleh Ravi. Bagaimana senyumnya tidak selebar itu.
Sedangkan di tempat lain, Kirana agak kesulitan memecah barisan wartawan yang bergerumul.
"Maaf, permisi. Beri aku sedikit jalan dong!" ucapnya sambil berusaha mencari celah, karena tubuhnya lumayan kecil.
Dan mata Kirana harus terbelalak lebar dengan mulut terbuka, dan rahang yang nyaris terjatuh.
Sebelum ada yang menyenggol bahunya dan membuatnya tersadar setelah dia tertegun selama kurang lebih 17 detik itu.
"Haisss, itu kan mbak Rachel dan mas Sagara. kenapa mereka bisa bersama?" gumam Kirana bertanya-tanya.
Kirana kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Limousine mewah berwarna hitam yang ada di depan pintu masuk hotel.
"Wow, mobilnya bagus sekali" ujar Kirana lagi dengan begitu kagumnya.
Kirana juga tahu, berapa uang yang harus di keluarkan jika ingin menyewa mobil itu. Dan kalau memang hal ini sengaja di lakukan Sagara untuk menarik perhatian. Itu artinya dia sudah menghabiskan uang yang dia tabung seumur hidupnya mungkin.
Sambil geleng-geleng kepala, Kirana masuk. Fokus Kirana hanya pada Sagara. Dia lupa kalau tadi Hani menyuruhnya mencari tahu tentang pewaris bisnis Meyer yang merupakan pemilik hotel dimana mereka menyelenggarakan acara istimewa hari ini.
Saat Kirana berjalan masuk, dia bingung. Kenapa para wartawan juga terkesan mengikutinya. Tapi setelah dia meluaskan pandangannya. Ternyata dia salah, para wartawan itu bilang mengikutinya. Tapi mengikuti Sagara dan Rachel.
Kirana yang tidak mau, kedua orang itu merusak acara istimewa bosnya. Langsung menghadang keduanya.
"Maaf mbak Rachel, mas Sagara. Ballroom hotel ini sudah di sewa. Tanpa undangan resmi kalian tidak boleh masuk" kata Kirana yang meskipun tubuhnya tidak besar tapi dia punya suara yang lantang dan besar.
Sagara tersenyum menyeringai kecil ke arah Kirana.
"Bagaimana kalau pemilik hotel ini yang datang dan memberi selamat pada pasangan pengantin yang mengadakan acara di hotelnya?" tanya Sagara dengan sangat santai.
Bukan hanya Kirana yang terkejut mendengar ucapan Sagara. Rachel yang merangkul lengan pria itu juga sangat terkejut.
'Astaga, kehaluan pria ini sudah tidak dapat di selamatkan' batin Rachel yang sudah mulai khawatir.
Karena menurut Rachel, Sagara sudah terlalu mengada-ada sampai mengaku sebagai pemilik hotel bintang lima ini.
***
Bersambung...