"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ADU MEKANIK
Ddrrrrt dddrrttt getar ponsel terasa di saku snelli Ira, tangannya bergerak meraih ponsel di kantong dan mengeceknya, "Telpon dari UGD" gumamnya menatap layar ponselnya
"Halo"
"Luka sayatan ?"
" Dimana dokter Frans?"
" Kalau begitu hub dokter bedah lain"
" Apaaa, bagaimana bisa tidak ada dokter bedah yang standby" kesal ira
"Astagaa aku lupa mereka menghadiri pertemuan"
"Apa? Adiknya kak Sean? "
Ira menutup kasar telponnya lalu menatap tajam ke arah jovanka, "Kau masih seorang dokter spesialis bedah kan" tajamnya pada sahabatnya itu.
"Masih" sahut Jovanka bingung.
" Ikut aku ke UGD "titah Ira bangkit menarik tangan jovanka dan berlari ke ruang UGD, " Ada apa" tanya jovanka masih terus berlari mengikuti Ira walau terpincal pincal karna dia menggunakan heels yang lumayan tinggi membuat ira seketika berhenti berlari,
" Ada pasien VIP dengan luka di pergelangan tangan, syaraf sensorik nya mungkin putus, apa kau bisa menyambung nya? " Tanya nya dengan cepat tapi Jovanka hanya diam bingung menatap Ira.
"Bisa atau tidak" desak Ira.
"Heh aku dokter bedah terbaik tingkat satu" sahut jovanka sombong.
"Berarti bisa kan" sergah Ira.
"Bisa lah" sahut Jovanka semakin sombong
"Kalau begitu obati pasien ku" ucap Ira membuat Jovanka mengerutkan kening bingung " kenapa aku? Bukankah dokter bedahnya kau?" tanya nya.
Ira mendekat dan berbisik di telinga Jovanka " kau ingin aku pingsan di ruang operasi, lagipula aku tidak pernah masuk ruang operasi semenjak lulus" bisiknya, membuat Mata jovanka membulat mendengarnya " lalu apa gunanya gelar mu itu" pekiknya.
"Pertanyaan Itu tak penting sekarang"ucap Ira langsung menarik tangan jovanka berlari kembali ke UGD,
Tak berapa lama Mereka tiba di UGD dengan jovanka yang tersengal, "Astaga aku jalan kaki setiap hari padahal di desa,tapi tetap saja lelah" ucap nya tersengal
Seorang lelaki tampan dengan stelan jas rapi berdiri disana,sesekali menatap ke arah bilik pasien di UGD , dia terlihat cemas sambil beberapa kali menggusar kasar rambut mohawknya yang terikat rapi ke belakang,
di sampingnya ada seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik walau sudah berumur .
"Kesana" sergah Ira menarik tangan jovanka langsung menghampirinya " kak Sean? " Tegurnya hingga Sean menoleh menatap Ira " Ira, salsa adik ku" ucapnya memandang ke pasien yang sedang di obati oleh para perawat dan dokter jaga,
Tapi Jovanka malah memandang wajah Sean tak berkedip,sudut bibirnya tertarik senyum, sosok yang di gemarinya sejak pertama datang ke kota ini kemarin. "Si tampan sebadan badan" gumamnya tersenyum, Apa? siapa tadi namanya, Sean nyanyi jovanka dalam hatinya.
Ira kembali menarik tangan jovanka masuk ke ruang perawatan sekaligus membuyarkan lamunannya.
" ini dokter Jo, specialist bedah umum,Jo periksa dia" titah Ira memerintahkan Jovanka Dengan cepat, pun Jovanka juga langsung memasang sarung tangan dan memeriksa lengan gadis itu,
dia sepertinya seumuran dengan maira fikirnya sambil memperhatikan lukanya dan tertegun, perasaan nya mulai tidak enak melihat goresan luka di lengan gadis itu "bukan kecelakaan" fikirnya,
" tanda vitalnya?" Tanya nya pada dokter residen yang menangani sejak awal.
"90/ 70, ini turun dari dia awal dtang,dia kehilangan banyak darah " lapor dokter residen
" Syaraf sensorik nya putus, masih bisa di sambung, untuk menyelamatkan sensitivitas sensorik tangannya, ada yang lain? " Tanya Jovanka masih memperhatikan lukanya
" Diduga overdosis obat penenang, kami sudah menguras lambungnya, dan menyuntikan penawar obat nya " lapor dokter residen itu menjelaskan dengan rinci, hingga Jovanka mengangkat kepalanya tegang menatap dokter residen di depannya. tangannya mulai bergetar masih memegang lengan gadis itu.
" percobaan bunuh diri?" Tanya nya, Bibirnya bergetar mengucapkan kalimat itu,
" Diduga percobaan bunuh diri dok" sahut dokter residen itu membuat Jovanka tersentak terkejut melepaskan tangannya dari pasien, menarik mundur dua langkah kakinya, hingga semua yang ada di ruangan menatap nya bingung,
Bayangan tentang Ivanka mulai di putar di otaknya, Jivanka Maria Wijaja adalah saudara kembarnya yang meninggal bunuh diri empat tahun lalu, tidak ada yang di dengar nya hanya kalimat " saat kau mengingat hari kelahiran kita, saat itu kau juga akan mengingat hari kematian ku, dan itu karna mu jovanka "
Tangannya mulai bergetar hebat. Nafasnya terasa sesak, terlihat jelas dia tersengal kesulitan menghirup oksigen di sekitarnya, hingga membuat Semua orang memandangnya bingung dan khawatir. .
"Dokter" ucap perawat jaga memanggil Jovanka
"Dokter" ulang nya namun tak ada respon
Keringat jovanka membulir, fokusnya seketika hilang,
"Kak Sean tenang saja,dia dokter yang pintar" ucap Ira bicara pada Sean di luar bilik perawatan adiknya.. Tapi Sean menatap aneh pada jovanka yang tertegun di dalam bilik rawat adiknya,membuat Mata Ira beralih ikutan menatap ke arah Jovanka.
"Kenapa dia? Apa terskip" gumamnya mengerutkan kening, "ada sesuatu padanya" gumamnya langsung mendekat ke arah Jovanka.
"Jo" tegurnya,namun Tidak ada respon dari jovanka seolah tak mendengar panggilan Ira, matanya terus menatap kosong pada pasien, seolah fikirannya sangat penuh.
"Jovanka" tegur Ira lagi.l, Fix Dia terskip fikir Ira yang mulai menyentuh lengan jovanka dengan panik,Ada apa dengan nya, apa karna penyakit nya,Oh tidak bahaya sekali jika dia kambuh disini fikir Ira,
" Jo, jovanka, jovanka Marsya kendalikan dirimu"
" JOVANKAA MARSYA, DOKTER JOVANKA MARSYA, KAU SEDANG MERAWAT PASIEN, KENDALIKAN DIRIMU" ,tegas ira pada Jovanka yang masih tetap diam, nafasnya mulai berat.
" DOKTER JOVANKA MARSYA, KAU SEDANG MERAWAT PASIEN, HEI, JO, JO SADAR ,KEMBALI FOKUS KAU SEDANG DI UGD, KAU SEDANG MERAWAT PASIEN " tegas Ira menepuk pelan pipi Jovanka.
jovanka menangkap suara Ira, dia menarik nafas mencoba menenangkan diri, memejamkan matanya untuk terus fokus,
"Ira" lirihnya.
" Hei, fokus, kau sedang merawat pasien" ucap Ira memegang wajah jovanka yang menghela nafasnya berkali kali.
" Hubungi dokter bedah lain, aku tidak bisa mengoperasinya" ucapnya Lirih melepas tangan Ira dari wajahnya dan berlalu keluar ruangan dengan cepat,
Ira dengan cepat berlari menyusul untuk mencegahnya, " semua dokter bedah tidak di tempat, butuh satu jam untuk mereka sampai di sini, selama itu pasien tidak akan bertahan Jo" desak ira
" Kalau begitu tutup lukanya, transfusi darahnya, kontrol obat penetral overdosisnya lakukan apapun asal jangan suruh aku mengobatinya " Ucapnya gemetar
"Jo, kau yang bilang syarafnya masih bisa di sambung dan kau bisa melakukannya, tidak ada dokter lain yang bisa selain kak Frans di rumah sakit ini, dan sekarang dia tidak di tempat" ucap Ira menggenggam tangan jovanka penuh pengharapan,
" Aku tidak bisa Ira, jangan memaksa ku" tegas Jovanka menepis tangan ira,suaranya semakin bergetar
" Apa maksud mu tidak bisa, kau seorang dokter bukan?" Suara berat lelaki yang sedari tadi memperhatikan Jovanka dan Ira berdiri di depan ruangan UGD itu menusuk ke telinga yang mendengar, semua orang bergidik takut, Karna rata rata mereka mengenal Sean dan sepak terjang nya di dunia bisnis,
Dia juga terkenal sangat dingin ,kejam dan menakutkan seperti Morgan dan Samuel.
" Kau seorang dokter bukan?" Tegas Sean mengulangi pertanyaan nya, Suaranya semakin berat dan tajam, terdengar jelas dia sedang menahan emosinya yang ingin meledak.
Jovanka mulai menjambak kasar kepalanya sendiri tanda emosinya juga mulai berantakan.
"Maaf om, kalian bisa menunggu dokter bedah lain, " ucap nya, suaranya semakin bergetar,
Jovanka menautkan erat kedua tangannya yang mulai gemetar hebat. .
"Kau dokter dan ada disini lalu kau bilang menunggu dokter lain" bentak Sean kasar.
Jovanka tersentak mendengar bentakan Sean,
" Saya bukan dokter di rumah sakit ini, jadi itu bukan tanggung jawab saya" ucap Jovanka bergetar ,dia membalikan badan nya Ingin pergi,jelas bentakan Sean semakin mentriger emosinya naik, Aku bisa kambuh disini Fikirnya.
" TAPI KAU SEORANG DOKTER BRENGSEK, KAU DI SUMPAH UNTUK MERAWAT PASIEN, BISA BISANYA KAU BICARA TENTANG Ini BUKAN TANGGUNG JAWAB MU" teriak sean ke arah jovanka ,dia tidak bisa menahan emosinya lagi,
Membuat Langkah kaki Jovanka terhenti,dia menggenggam erat tangannya, menahan emosinya sekuat tenaga, "Brengsek" tajamnya mengulang perkataan Sean yang jelas memancing emosinya naik sekarang.
Jovanka berbalik mendekat ke arah Sean " aku tidak mau mengoperasinya, kau dengar? Aku tidak mau mengoperasi adik mu bajingan dan jangan biarkan dia di rawat oleh dokter brengsek seperti ku" tajamnya dingin
Tentu saja itu cukup untuk membuat Sean terbakar emosi mendengarnya, tangannya menarik kerah baju jovanka hingga terjingkit,
" jika sesuatu terjadi pada adik ku, aku bersumpah akan membunuh mu" ucapnya tajam sangat menakutkan tapi Jovanka malah tersenyum smirk di hadapan wajah Sean ,
jarak antara wajah mereka sangat dekat, bahkan jovanka bisa merasakan hembusan nafas cepat Sean karna menahan emosinya.
" sesuatu sudah terjadi pada adik mu, dia ingin mati, kenapa tidak kau kabulkan keinginannya untuk mati!" Ucap Jo tajam dengan wajah mengejek
" Aku benar benar akan membunuh mu " teriak Sean mendorong tubuh jovanka ke dinding, dan mencengkram lehernya Dengan kuat
"Lepaskan kaaak" teriak Ira."Kaaak sean lepas" teriak Ira mencoba menarik tangan Sean yang mencengkram erat leher jovanka.
"Seaaan lepaaas" teriak Risma ibunya. "Leeepasss" teriaknya pada Sean yang menurut melepaskan cengkraman nya, Membuat jovanka terjatuh dan terbatuk di lantai.
yg sabar ya jo... 😍
untung aja dia gk tantrum lagi, bang sean udh ketar ketir itu🤭