NovelToon NovelToon
Kanvas Hati

Kanvas Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Romantis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ramadhan

Berawal dari seorang Pelukis jalanan yang mengagumi diam-diam objek lukisannya, adalah seorang perempuan cantik yang ternyata memiliki kisah cinta yang rumit, dan pernah dinodai oleh mantan tunangannya hingga dia depresi dan nyaris bunuh diri.
Takdir mendekatkan keduanya, hingga Fandy Radistra memutuskan menikahi Cyra Ramanda.
Akankah pernikahan kilat mereka menumbuhkan benih cinta di antara keduanya? Ikuti kelanjutan cerita dua pribadi yang saling bertolak belakang ini!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27.

Pagi itu suasana di kantor PT. Gilvy Indonesia masih terlihat santai karena masih dua puluh menit lagi jam kerja dimulai. 

Para staf saling menyapa dengan ramah, termasuk Cyra yang baru datang dan menyapa seluruh rekannya sambil tersenyum hangat sebelum masuk ke ruangannya.

Cyra kini sudah nyaman di meja kerjanya. Dia melakukan meditasi pagi. Melepas sejenak high heels dan menapakkan kakinya dengan perlahan. Setelah itu memejamkan mata, lalu fokus pada napasnya. 

Menarik napas dalam-dalam melalui hidung dan menghembuskan perlahan melalui mulutnya. Cyra fokus pada ritme napasnya untuk menjernihkan pikiran dan mengurangi stres karena beban kerjanya yang tinggi. Sepuluh menit lamanya dia bermeditasi.

Setelah merasa tenang dan rileks matanya terbuka kembali. Cyra mulai merencanakan agenda kerjanya hari ini. Memastikan tugas dan proyek yang ia tangani diatur sebaik mungkin. Tak lama ada notifikasi pesan masuk di ponselnya, dari suami yang selalu dirindukannya.

Fandy: Pagi istriku. Salam rinduku untukmu. Hanya mau bilang, semangat selalu kerjanya cantik.

Cyra: Pagi juga suamiku. Rinduku selalu untukmu. Meski kita jauh tapi tak mengurangi sama sekali. Terima kasih selalu support aku. Miss you ganteng!.

Fandy: Sama-sama cantik. Aku mau lanjut melukis lagi. Miss you too sayangnya aku.

Cyra tersenyum bahagia dan tak membalas lagi. Dirinya langsung sibuk di depan laptop. Mengecek beberapa email yang masuk dan menjawabnya langsung jika ada tawaran kerjasama atau meeting diluar kantor.

Cyra: “Halo Dina. Bisa ke ruangan saya sekarang jika kamu tidak sibuk!”

Dina: “Belum terlalu sibuk sih Mbak. Oke baik, saya ke sana sekarang,” tutup Dina dan bergegas ke ruangan Cyra.

Beberapa saat kemudian, Dina sudah berada di depan meja manajernya itu. “Ada apa Mbak?” tanya Dina langsung.

“Kamu sudah terima video iklan PT. Maxwell?”

Dina menggeleng. “Belum Mbak. Harusnya sih hari ini atau besok paling telatnya.”

Cyra mengetuk jari di mejanya berpikir. “Kalau bisa, urusan sama PT. Maxwell itu kamu yang tangani sampai selesai, ya?”

“Sepertinya makin lama aku kurang nyaman jika masih berurusan sama pak Andri,” ungkap Cyra.

Dina mengangguk. “Baik Mbak. Saya mengerti alasannya. Ada lagi yang mau ditanyakan?”

“Sementara itu saja dulu, jika ada hal lain nanti kukabari lagi.”

“Oke Mbak. Saya permisi,” jawab Dina seraya berlalu dari ruangan Cyra.

Cyra kembali fokus dengan berkas dan laptopnya lagi. Hari ini dia tidak ingin memikirkan hal lain selain pekerjaannya.

Ponselnya kembali berbunyi. Notifikasi pesan dari mamanya.

Mama: Cyra sayang. Mama dan papa saat ini sudah di pesawat, kita ketemu nanti di rumah, ya?

Cyra: Alhamdulillah. Akhirnya kalian pulang juga. Iya. Sampai jumpa nanti di rumah. Love you ma.

Mama: Love you too sayang.

***

Sementara itu di kota yang berbeda, Bandung tepatnya. Fandy sudah berada di rumah Mira lagi. Perasaan gelisahnya datang lagi.

Sebelumnya, dia dan Glen sempat berdebat saat di hotel. Glen yang keberatan jika Fandy melukis Mira tanpa ada dirinya. 

“Tolong Bang mengerti posisiku dan hargai permintaan Mira,” pintanya tadi

“Kamu sadar enggak sih? Itu memang rencana dia agar bisa berduaan denganmu,” jelas Glen.

“Sadar Bang. Tapi aku bisa apa? Jika aku menolaknya, otomatis kerja keras kita tidak akan mendapatkan bayaran.”

“Benar juga sih. Ya sudah, yang penting kamu hati-hati dan usahakan jangan mau melukis dia di kamarnya,” pesan Glen.

“Iya. Terima kasih Bang Glen peduli dan selalu mengingatkan aku.”

Obrolan dengan Glen tadi yang membuat rasa gelisah itu muncul lagi. “Semoga saja tidak terjadi apa-apa nanti,” batinnya berharap.

Mira mengajak Fandy masuk ke rumahnya, lalu membawanya ke ruang keluarga dan dipersilahkan duduk di sofa mewah.

“Bang Fandy sudah sarapan?” tanya Mira saat mereka duduk bersebelahan.

Fandy mengangguk. “Sudah Mira,” jawabnya cepat.

“Aku pikir belum, baru mau diajak sarapan denganku.”

Fandy hanya tersenyum tipis. Matanya memindai ruangan itu dan mengamati sekelilingnya. Sepi sekali rumah ini, sepertinya hanya Mira sendiri saja.

“Keluarga kamu ke mana? Kulihat sepi sekali rumah ini?” tanya Fandy penasaran.

Mira tersenyum. “Papaku kerja, adikku Beni sekolah, lalu mama dan si kecil Leon pergi sebentar ada urusan katanya.”

“Oh! Ya sudah kalau begitu. Bisa kita mulai saja melukisnya sekarang?” tanyanya lagi.

“Iya Bang. Tunggu sebentar, aku make-up dulu dan memakai baju toga habis itu,” pinta Mira.

Fandy hanya mengangguk dan berdiri dari duduknya. Tiba-tiba Mira ikut berdiri, lalu memeluk Fandy dengan erat. Fandy berusaha menolak tapi Mira terus menahannya dan memeluk makin erat.

“Mira. Tolong jangan seperti ini!”

Mira menggeleng kuat. “Biarkan kita seperti ini dulu Bang, sebentar saja,” ucapnya lirih.

Fandy diam terpaku. “Ya Tuhan kenapa harus begini?” batinnya.

Lima menit kemudian, Mira melepaskan pelukannya dan tanpa bicara berlalu ke kamarnya. 

Dikamar, Mira senyum menyeringai. “Aku tak percaya kamu sudah menikah Bang, bahkan tadi aku bisa memelukmu dengan bebas.” 

Sementara menunggu Mira bersiap, Fandy sigap menyiapkan semua perlengkapannya untuk melukis. Dia bergumam. “Tidak mungkin Mira menyukaiku, pelukan tadi bukanlah apa-apa,” tepisnya.

Setelah itu, Mira sudah selesai. Dia merias dirinya dengan baik dan terlihat sangat cantik.

Fandy sempat terpana dibuatnya. “Ternyata Mira memang cantik, tapi istriku lebih cantik dan segalanya bagiku,” batin Fandy lagi sambil mengangguk-angguk kepalanya.

Mira minta dilukis dalam posisi berdiri di ruang keluarga lagi dan Fandy menyanggupinya. Fandy langsung melukis sketsa Mira di kanvas, matanya memindai Mira dari atas sampai bawah.

Mira berdiri dengan anggun dan percaya diri. Dirinya memang ingin dilukis dengan baju toga, seolah tak puas hanya dengan foto wisudanya waktu itu. 

Apalagi dilukis oleh pelukis yang dikaguminya selama ini. Senyum terus menghiasi wajahnya yang sedang dilukis Fandy. Matanya terus menatap pelukis tampan itu dengan perasaan bahagia.

“Bang Fandy kalau sedang melukis begini ganteng banget deh,” puji Mira.

Fandy berhenti sesaat dan menghela napas panjang. “Makasih Mira,” balasnya singkat.

Hampir dua jam lebih Fandy melukis Mira. “Mira capek enggak lama berdiri?” tanyanya sambil tetap melukis.

Mira menggeleng kuat. “Tidak masalah Bang. Masih bisa kutahan.”

Fandy terus lanjut melukis Mira. Dirinya terus berusaha fokus agar gerak pensil ditangannya sesuai dengan tekanannya. 

Sebelumnya tadi, dia menggunakan pensil H untuk membuat sketsa awal yang tipis. Saat ini, Fandy menggunakan pensil B untuk membuat garis tebal dan mempertegas detail objeknya.

Satu jam kemudian, sketsa Mira hampir selesai. “Mira. Kamu bisa duduk di sofa saja dulu sebentar agar tidak lelah,” saran Fandy.

Mira bukannya duduk di sofa yang berada depannya malah menghampiri Fandy dan duduk di pangkuannya, lalu menatapnya mesra.

“Bang Fandy… aku tak tahan lagi. Aku menyukaimu sejak lama, kamu tahu tidak?”

1
Syahril Salman
Akhir yang bahagia, semoga Fandy dan Cyra Samawa. Ditunggu kak, karya selanjutnya 🙏😍
Lia Ramadhan 😇😘: baik kak...terima kasih dukungannya🙏🤗😘
total 1 replies
Intan Muthia
mau aja ditempeli ulet bulu terus nih Fandy😩
Syahril Salman
Kayanya udah mendekati akhir cerita ya kak?
Lia Ramadhan 😇😘: Hehehe...ditunggu saja ya kak kelanjutannya🙏🤗
total 1 replies
Intan Muthia
jangan lupa beri pelajaran yg setimpal buat si Mira😡😡
Intan Muthia
Gak bisa bersikap tegas kamu Fandy sorry aja nih di bagian ini aku kurang respect sama kamu mau2 nya masuk rencana licik si mira nanti kalau Cyra tau di tinggalin nangis lo😡😡
Intan Muthia
mau aja di peluk dari belakang meskipun
sudah nolak malah di biarkan ada2 saja nih Fandy😩
Intan Muthia
hawa2 pelakor 😡
Intan Muthia
aku juga tambah sayang🔥🔥🤭
Intan Muthia
Cyra ngambek tuh🤭🔥
Intan Muthia
so sweet bangeet siih😍😍
Intan Muthia
pengantin baruu nempel kaya perangko🤭🔥
Intan Muthia
🥵🥵🥵🔥🔥
Intan Muthia
aduhh pagi2 nih salah waktu buat bacanya😭😭🔥🔥
Lia Ramadhan 😇😘: hehehe...gak papa kak nanggung itu, hajar aja terus😄🤭
total 1 replies
Intan Muthia
🥺🥺🥺
Intan Muthia
Cyra jangan frustasi karena lelaki tukang slengki 🥺
Lia Ramadhan 😇😘: udh frustasi banget itu kak Cyranya😭🥲
total 1 replies
Intan Muthia
di bales tuh kecupannya🤭🔥
Lia Ramadhan 😇😘: menggoda bgt bibirnya dia kak😄🤭
total 1 replies
Intan Muthia
baru mampir nih❤🔥
Lia Ramadhan 😇😘: Alhamdulillah...makasih ya kak intan, mampir jg akhirnya🙏🤗😘
total 1 replies
Syahril Salman
Semangat lanjut kakak othor dan happy weekend 🙏😍
Lia Ramadhan 😇😘: Terima kasih kak, dan happy weekend juga🤗😘
total 1 replies
Syahril Salman
Saya masih mengikuti cerita ini kak, bagi saya tidak masalah dengan alur ceritanya. Tetap semangat dan sehat terus kk othor🙏😍
Syahril Salman: sama-sama kak 😍
total 2 replies
Syahril Salman
semangat lanjut kakak 💪😍
Syahril Salman: sama2 kak😍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!