Di kenal seorang pendiam dan tidak banyak bergaul membuatnya minder , sejak di usia belia seorang gadis desa sangat aktif dan sudah mengenal yang namanya jatuh cinta , apakah sekedar jatuh cinta saja atau sudah mengenal lebih dari sekedar cinta monyet ?
Dibalik kisah asmara ada sekelumit masalah pada sikap saudaranya yang membuatnya risih dan menjadi tertutup . lambat laun ia tahu siapa dirinya yang sebenarnya .
Mampukah ia menjalani kehidupan di luar sana tanpa ia sadari sudah terjebak dalam arus kehidupan dunia luar yang penuh dengan drama dan masalah ?
Apakah gadis yang dulu pendiam akan menjadi pendiam atau akan menjadi sosok yang lain ?
Yuk baca pelan-pelan dan berurutan agar tidak salah paham .jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Ungkapan Isi Hati
Hari berganti minggu dan berganti pula bulan ke bulan . Hari kenaikan kelas tiba . Hati Ira sangat senang tapi di sisi lain hatinya sedih karena teman satu kelas yang ia suka ternyata di kelas berikutnya tidak satu kelas . Ia sangat sedih dan kecewa .
Ira berangkat ke sekolah melihat papan pengumuman siswa kelas dua . Ia merasa ada yang kurang , ternyata Heni tidak satu kelas dengannya hari-harinya pasti sepi tanpa Heni karena hanya dia yang selalu menghiburnya .
"Woy , bengong aja nih anak , melamun apa sih ?" tanya Rea yang masih satu kelas dengan Ira .
"Heni tidak satu kelas sama kita ," jawab Ira sedih wajahnya menunduk seperti akan menangis .
"Tidak satu kelas bukan berarti tidak berteman juga kali , ke kantin Yuk !" ajak Rea sambil menarik tangan Ira yang masih nunduk . Ira terpaksa mengikuti ajakan Rea pergi ke kantin .
Rea memesan makanan sedangkan Ira diam tidak memesan apapun .pikiran dan hatinya benar-benar galau . Rea melihat Ira merasa kasihan tapi juga jengkel karena Ira sangat pendiam dan tidak pernah bicara kalau tidak ada yang mengajak bicara .
Rea memesan makanan yang biasa Ira beli lalu ia duduk bersama Ira . "Apakah kamu akan terus seperti ini ?" tanya Rea sambil makan keripik singkong .
Ira mengangkat wajahnya melihat sekeliling kantin yang cukup ramai .Matanya menangkap sosok teman cowok yang ia suka hatinya sangat senang tapi wajahnya sayu . Ada kata yang ingin diungkapkan namun tidak berani bibir berucap .
Rea memperhatikan arah pandang Ira namun tidak menemuka siapapun di sana . "Kamu melihat siapa sih ?" tanya Rea ingin tahu .
Ira gelagapan ketahuan memperhatikan orang lain mengalihkan pandangannya . " Tidak ada apa-apa kok ," jawab Ira tersenyum kaku . Rea menggelengkan kepala melihat Ira yang salah tingkah .
Pesanan datang Rea langsung menyantap karena perutnya sudah lapar , sedangkan Ira melihat makanan didepannya merasa aneh .
"Kok ada soto di sini siapa yang pesan ?" tanya Ira kepada Rea .
"Sudah makan saja , dari tadi aku dengar perutmu bunyi makanya aku pesan makanan yang pernah kamu beli ," jawab Rea sambil makan bakso .
Ira merasa bersalah kepada Rea karena ia sudah merepotkan teman satu kelasnya itu . "Maaf sudah merepotkan dan terimakasih sudah memesan makanan buatku ," kata Ira kemudian memakan sotonya .
Dari jauh sepasang mata memperhatikan keduanya tersenyum penuh arti lalu pergi dari tempat persembunyiannya .
Hari itu tidak ada mata pelajaran namun semua siswa datang ke sekolah melihat pengumuman kelas dan ada sesi pertemuan guru dan siswa di kelas masing-masing,
Waktu pulang Ira keluar gerbang sekolah seorang diri padahal banyak siswa yang berbondong-bondong pulang .
Sebuah tepukan di bahu Ira membuatnya terkejut menoleh . "Heni ," katanya begitu tahu ada teman bareng jalan .
“Dari tadi aku cari tidak ketemu , ngilang kemana sih ?" tanya Heni .
"Tadi aku sama Rea ke kantin ," jawab Ira jujur .
"Kirain tidak masuk sekolah ,“ sahut Heni .
"Masuklah kan sudah kelas dua harus rajin berangkat kalau tidak nanti tidak dapat nilai ," kata Ira dengan polos .
Heni tertawa mendengar perkataan Ira yang menurutnya berlebihan . "Gak gitu juga kali ," kata Heni menertawakan Ira .
“Kata Bu Endang begitu tadi ," bela Ira , ia tadi mendengar peringatan dari guru wali kelas bernama Endang .
"Iya , ada benarnya juga tapi tidak selalu membenarkan ," kata Heni . Keduanya saling bercanda sepanjang jalan hingga sampai rumah .
Malam harinya Ira merasa sedih karena ibunya belum pulang dari kerja . Ia selesai shalat berjamaah di masjid duduk di teras masjid sambil melihat lurus ke rumahnya sambil menangis .
Seorang ibu tetangga keluar melihat Ira duduk sendirian merasa kasihan mendekati berkata ." Kamu kenapa duduk di sini ?' tanya ibu bernama Ratmi .
Ira melihat ibu Ratmi tersenyum . "Ibuku belum pulang ,“ jawabnya mengusap airmata .
“Nanti juga pulang , jangan khawatir ibumu pasti pulang ,“ katanya menenangkan hati Ira lalu meninggalkan Ira .
Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam Haryati pulang membawa satu karung padi . Ia masuk rumah lewat pintu belakang .Ira mendengar suara di dapur segera berjalan ke dapur melihat siapa yang datang dan ternyata ibunya baru pulang .
Hati Ira sangat senang ia tak kuasa menahan tangis langsung memeluk ibunya yang bau keringat bercampur uap padi .Haryati melihat Ira heran bibirnya mengulas senyum .
"Sudah jangan menangis , badan ibu bau asap dan kotor , ibu mau mandi ," kata Haryati melepaskan pelukan anaknya .
“Kenapa ibu pulang malam banget ?" tanya Ira menghapus airmata .
"Lihat karung itu , itulah hasil ibu hari ini ," Haryati menunjukkan karung yang berisi padi kepada Ira .
Ira membayangkan ibunya bekerja di bawah terik sinar matahari merasa kasihan ingin rasanya membantu tapi ibunya melarang .
" Kalau membantu ibu bagaiamana dengan dengan sekolahku ,"batin Ira .
Malam itu Ira membakar ikan asin di tungku yang penuh dengan bara api . Di pintu pembatas antara dapur dan ruang lain berdiri seorang cowok tersenyum melihat Ira yang sedang membakar ikan asin .
"Sedang masak apa ,Ra ?" tanya Ruli . Hati Ira seperti dipenuhi bunga bermekaran matanya tak lepas menatap wajah tampan Ruli .
" Ini bakar ikan asin ," jawab Ira dengan malu sambil membolak balikan ikan di mulut tungku yang berjejer kayu bakar .
"Memangnya bisa , nanti gosong semua ," kata Ruli menertawakan Ira .
"Makanya sini bantuin biar tidak gosong ," sahut Ira mencoba bersikap biasa meskipun detak jantungnya terasa ingin lepas .
"Belajar memasak biar pintar ," kata Ruli sambil berjalan ke ruang televisi bergabung dengan tetangga lainnya yang sedang nonton televisi .
Selesai membakar ikan asin , Ira segera mengambil nasi di piring dan makan dengan lahap . Haryati melihat Ira makan hatinya merasa senang .
"Makan yang banyak biar ada tenaga ,“ katanya duduk di samping Ira sambil mengambil nasi di letakan di piring . Mereka makan bersama .
Malam itu Ira nonton televisi sampai larut malam membuat kakaknya bernama Yaman yang baru pulang marah sambil merebut remot .
"Sudah malam besok sekolah , sana tidur ," Yaman duduk di samping Ira sambil mengusir Ira yang sedang asyik nonton film action .
"Kebiasaan banget deh , itu filmnya bagus bentar lagi juga selesai ,"Ira berusaha merebut kembali remot namun gagal . Yaman tersenyum senang melihat adiknya marah .
"Sana tidur besok sekolah ," perintahnya menyimpan remot dengan aman .
Ira marah , kesal , kecewa . Ia tidak bisa melihat film action kesukaannya . Akhirnya Ira beranjak masuk kamar sambil menahan tangis .
"Kenapa selalu rebutan remot , kamu itu mengalah sedikit saja bisa kan . Kasihan adikmu mau nonton film kesukaannya , kamu kan bisa nanti setelah filmnya selesai ," kata Haryati melihat raut wajah Ira menahan tangis merasa kasihan .