Hong Zhi Shi, seorang putri dari garis keturunan Klan Dewa Pengetahuan. Cantik sudah pasti, karena ia seorang Dewi yang tinggal dialam surgawi. Pintar, tak perlu ditanya lagi, secara Klannya adalah Dewa pengetahuan.
Hidup abadi, cantik, pintar, tinggal dialam surgawi yang semua serba indah dan ada, tentu menjadi anugerah diingini banyak manusia.
Tapi akibat ia menolak lamaran Dewa neraka untuk menjadikannya selir, Hong Zhi Shi dijatuhi hukuman. Ia akan menjalani hidup dialam dunia fana dalam tiga kali masa kehidupan.
Ada banyak misi yang harus ia emban, salah satunya mendapatkan cinta tulus dari seorang pria yang juga ia cintai. Karena hanya dengan itu, Hong Zhi Shi akan kembali bisa hidup dialam surgawi setelah kematiannya didunia fana.
Entah dikehidupan yang keberapa cinta itu akan ia dapatkan, pasalnya sudah enam kehidupan sudha ia jalani. Sekarang dimasa ini, adalah kehidupannya yang ketujuh.
Bagaimana kisah Hong Zhi Shi dikehidupan ketujuh ini..?
Mari ikuti kisahnya..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dibandingkan
Disaat kehidupan penuh kebahagia dan berkah melimpah tengah dijalani Jang Bing sekeluarga, lain halnya dengan keluarga Hong yang sedang dilanda prahara.
Musim ini mereka terancam gagal panen karena tidak becusnya Chong Xi serta istri dan kedua putranya dalam menggarap lahan.
Ditambah tuan dan nyonya Hong melihat Jang Bing datang kekota membawa rusa dan entah apalagi yang ada dikeranjang selama empat hari berturut-turut, menambah pasangan suami istri itu meradang murka.
"Apa saja yang kalian kerjakan diladang sampai semua bibit itu membusuk...?" bentak Hong tua dengan suara menggelegar.
"Ayah, kami sudah menebar bibit itu dengan benar dan menyiraminya." sahut bergetar Chong Xi.
"Kalau kau melakukannya dengan benar, tidak mungkin akan rusak seperti itu." sahut tajam Hong Tua.
"Apa yang kalian bisa selain makan dan tidur hah..?" lanjut Hong tua murka.
Chong Xi dan istri serta kedua anaknya menunduk dalam dengan punggung bergetar takut.
"Aku tidak mau tahu, kalian harus mengganti semua kerugian dan musim ini tetap ada hasil panen yang bagus seperti biasanya." tandas Hong tua.
Chong Xi mengangkat kepala "dari mana aku mendapatkan uang untuk membeli bibit dan mengganti semuanya ayah..?"
"Terserah kau mau mendapatkan dari mana, aku tidak perduli. Ganti semua dan berikan hasil panen yang bagus, atau tidak ada makanan untuk keluargamu." ancam Hong tua.
"Ayah...!"
"Kakek...!"
Chong Xi, istri dan kedua putranya berseru kaget dengan netra membelalak lebar.
"Apa..!" sambar Hong tua melotot "dasar bodoh, kerja apapun kalian tidak becus."
Chong Lu, Zhen Nilu dan putra putrinya serta nyonya Hong, hanya bisa diam membisu tanpa berani mengangkat kepala.
"Ini akibatnya kalau terlalu dimanja, bahkan kedua anakmu pun ikut tidak berguna. Bodoh..!" tuding Hong tua kearah kedua cucunya, putra dari Chong Xi.
"Kau lihat itu Hong Bing, apa pun bisa dia lakukan. Selama empat hari ini saja dia bisa menghasilkan banyak koin emas dari berburu rusa. Sementara kau...!" tunjuk Hong tua melotot dengan wajah gelap menyeramkan.
Chong Xi, istri dan kedua putranya mengepalkan tangan dengan erat. Mereka tak terima dibandingkan dengan Jang Bing, yang terlahir dari seorang selir miskin.
"Kalau kau tidak bisa bertani, aku rasa lebih baik kau berburu saja adik." ucap Chong Lu angkat bicara.
Chong Xi menatap tajam sang kakak "kau mau aku mati diterkam hewan buas..?"
"Lebih baik kau mati dimakan hewan buas, hidup juga tidak ada gunanya." sambar Hong tua.
"Ayah..! kenapa ayah bisa sekejam itu pada putramu sendiri..? Ini semua terjadi karena kesalahan ayah dan ibu. Kalau saja kalian tidak membuat adik Bing pergi, semuanya tidak akan seperti ini." sengit Chong Xi pada akhir.
Mata tuan dan nyonya Hong mendelik, bisa-bisanya sang putra meninggikan suara dan menyalahkan mereka.
"Kurang ajar..! kau menyalahkan kami karena kebodohanmu...?" kata Hong tua marah lalu menampar pipi Chong Xi.
"Sepertinya aku terlalu baik kepadamu selama ini, sampai kau berani menantangku." lanjut Hong tua geram.
Chong Xi memegangi pipinya yang kebas pedih, dengan mata terhunus kecewa kepada sang ayah.
Sementara nyonya Xi dan kedua putranya mengeraskan rahangnya perlahan, menaruh dendam kemarahan didalam dasar hati.
"Sekarang cepat bekerja untuk mengganti kerugianku, kalau kalian mau ada makanan besok pagi." titah Hong tua disertai ancaman.
Chong Xi beranjak pergi dengan netra gelap sarat kemarahan, diikuti istri dan kedua putranya. Mau kemana mereka mencari uang malam-malam begini.
Sementara selama ini yang diberikan orangtuanya hanya dua puluh koin perak tiap bulan. Itu pun sudah habis untuk kebutuhan pribadi mereka.
Sesampainya dipaviliun, Chong Xi melampiaskan amarahnya dengan membanting teko teh. Wajah pria itu sudah merah padam dengan rahang mengeras dan nafas memburu kesal.
Kepergian Jang Bing nyatanya membawa petaka bagi keluarganya dan kini Chong Xi mulai merasakan bagaimana perasaan adik lelakinya itu selama tinggal dirumah keluarga Hong.
