Aku tau,kamu tau..
komunikasi adalah kunci terjalinnya suatu hubungan bagaimana jika kamu menikahi seorang pria yang sulit di ajak berkomunikasi?
Hubungan yang mulai membaik harus di hancurkan karena rahasia yang mulai terkuak.
Yuk ikuti kisah nisma dan zykra...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Prameswari Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
Zykra's pov...
Siang itu saat aku dan istriku mengunjungi rumah ibu sebelum kembali ke rumah yang lima tahun terakhir aku tempati. Saat selesai makan siang tiba-tiba ada telepon masuk dari salah satu klien yang memakai jasaku untuk masalah hukum yang tengah dia hadapi. Cukup lama aku berbincang dengan klienku terakhir aku melihat istriku sedang berbincang dengan ibu di tempat bersantai yang berada di halaman belakang rumah aku bisa melihatnya dari dalam kamar karena kebetulan kamarku langsung menghadap ke halaman belakang. Entah apa yang mereka bicarakan tapi melihat ekspresi wajah istriku yang serius dengan mata dan alisnya mengerut sepertinya itu sesuatu yang menarik ke ingin tahuan nya.
30 menit aku memeriksa berkas hukum di meja kerja ku, setelah selesai aku memutuskan melihat apa istriku masih berbincang di halaman belakang bersama ibu, tapi yang aku lihat dia tengah tertawa lepas bersama bagas adikku entah apa yang mereka bicarakan aku jadi tidak suka melihatnya berbicara tanpa beban dan tertawa bersama pria lain walaupun itu dengan adikku sendiri pasalnya saat dia berbicara denganku dia tidak pernah menunjukan ekpresi menyenangkan seperti itu yang dia tunjukan hanya ekpresi tertekan dan terpaksa. Tapi melihatnya berbicara dengan adikku dia sangat nyaman jangan lupakan senyumnya yang ikhlas itu.
Seharusnya aku dan istriku berada dua hari di rumah ibu sebelum kembali ke rumahku sendiri. Tapi aku merubah keputusanku saat itu juga aku keluar kamar ingin aku tarik tangan istriku dan membawanya pulang ke rumah. Saat sedang menuruni tangga aku melihat istriku seperti tengah kebingungan aku mempercepat langkah kakiku. Saat kakiku sampai menuruni tangga terakhir, nisma menyadari keberadaanku.
"Mas zykra " ucapnya memanggilku. Ku raih tangannya dan berkata.
" Ayo kita pulang ke rumahku "
Nisma berjalan di sebelahku sambil mengimbangi langkah kakiku yang lebar dia terlihat bingung. Saat ingin memasuki mobil sempat-sempat nya dia melambaikan tangan dan tersenyum kepada pria lain. Sejujurnya aku sudah tidak suka dengan interaksi mereka saat pernikahan kami.
Di sepanjang perjalan aku malas berbicara kalau tadi saat menuju rumah ibu, aku masih berusaha mengajaknya berbicara tapi saat ini aku sangat tidak ingin berbicara entahlah aku pun bingung dengan diriku sendiri mungkin karena kasus yang tengah kutangani.
Kurang lebih satu jam kami sampai di rumah sebelum turun dari mobil aku menerima pesan bahwa salah satu investor perusahaan menarik sahamnya yang tidak seberapa itu, tapi tetap saja aku harus menghadiri rapat yang di adakan tiba-tiba. Belum selesai aku mendapat jalan keluar dari kasus yang kutangani sudah muncul masalah di perusahaan.
Kugandeng tangan nisma ke dalam rumah dan mengantarnya ke kamar yang akan kami tempati. Sesampainya di kamar aku menjelaskan letak kamar mandi dan walk in closet " Ini kamar kita. Dan itu kamar mandi di sebelahnya walk in closet."
Bukannya menjawab Nisma mengedarkan pandanganya menelisik kamar kami.
" Sangat nyaman " gumamnya sambil tersenyum.
Melihat senyumnya kali ini sungguh aku tidak sanggup" Aku harus pergi, ada urusan yang harus aku selesaikan. Kamu bisa beristirahat." ucapku meninggalkan nya tanpa menunggu apa yang ingin dia katakan sungguh bukan maksudku untuk bertingkah seperti itu selain rapat yang sedang menungguku aku juga tidak kuasa melihat senyum nya itu. Saat aku ingin kembali lagi ke dalam untuk berpamitan dengan benar aku mendengarnya bergumam.
" Selalu sepeti itu, tidak pernah mau menungguku bicara. Rasanya baru dua hari yang lalu dia bilang ingin saling mengenal dan memahami tapi sekarang dia pergi. Entah apa mau nya. Bagaimana kita akan saling memahami kalo dia irit bicara seperti itu terkadang hangat terkadang dingin."
Sungguh aku jadi tidak enak, ingin meluruskan kesalah pahaman ini tapi ponselku berdering asistenku menghubungi memberi kabar bahwa rapat sudah akan di mulai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
2 jam rapat selesai, setelah diskusi panjang akhirnya aku bisa menyelesaikan masalah yang ada di perusahaan. Saat di tengah perjalanan menuju rumah telponku kembali berdering ingin rasanya ku lempar ke jalan.
" Halo ada masalah apalagi " tanyaku pada asisten di kantor hukum.
" tuan.. Berkas sengketa tanah bangunan yang di tolak oleh pihak wiratama." ucap asistenku. Ku pejamkan mata mendengar apa yang dia katakan.
" Lalu harus saya juga yang menyerahkannya"
" Maaf tuan kami sudah berusaha semaksimal mung..." Ku tutup telepon tak ingin ku dengar apa yang ingin dia katakan laku kuputar stir untuk menuju rumah manusia serakah itu. Tidak lupa kukabari istriku untuk makan malam terlebih dahulu, tapi tidak ada jawabanya terpaksa aku menghubungi bibi di rumah.
Dengan sedikit ancaman aku berhasil membujuk manusia itu mengambil sendiri berkas yang tim ku telah siapkan. Aku langsung pulang ke rumah untuk beristirahat dan besok aku akan meluruskan kesalah pahaman yang terjadi dengan istriku. Sesampai nya di rumah aku haus dan memutuskan mengambil minum di dapur saat di dapur aku melihat istriku sedang mencuci piring ku hampiri, tapi dia tidak menyadari kehadiranku.
Sedang apa ?" Dia tersentak dan menoleh mendapati wajahku berada beberapa cm di depan wajahnya, tak menjawab aku kembali bertanya.
" Aku bertanya. Sedang apa?"
Saat dia ingin menjawab dari arah samping bibi datang dan berkata dengan buru-buru. " astaga nyonya apa yang sedang anda lakukan?. Kedua kali istriku terkejut akhirnya gelas yang sedang ia bilas terjatuh dan pecahan gelas menggores jari telunjuknya dan berdarah.
" Auwhh...maaf aku tidak sengaja " ucapnya panik melihat gelas pecah dan jarinya terluka. Tentu saja aku juga panik melihat jarinya terluka aku langsung membasuhnya dengan air keran yang masih mengalir setelah itu aku membawanya ke ruang tamu untuk mengobatinya. Ternyata lukanya cukup dalam ku obati dengan hati-hati saat sedang memberinya betadin nisma berkata.
" Maaf aku tidak sengaja" ucap nya pelan. Aku heran kenapa dia meminta maaf.
" Untuk apa meminta maaf " jawab ku
" Gelas " cicit nisma.
Mendengarnya meminta maaf dengan mata sendu nya aku jadi tidak tega mungkin dia kesakitan ku hembuskan napas dan ku tatap matanya.
" Sudahlah tidak perlu di bahas"
aku membersihkan jari nya dengan telaten sedangkan nisma hanya menatap wajahku. Ditatap seperti itu membuatku tidak nyama.
" Kembali ke kamar, nanti saya menyusul." ucapku berdiri dan meninggalkannya untuk menenangkan diri, sungguh ingin ku kecup lagi bibirnya tapi terakhir aku melakukan itu aku sendiri yang ke susahan seperti tempo hari.
Huffttt kembali ku hembuskan napas tapi tiba-tiba
Brak...
Pintu terbuka dengan keras, ku lihat nisma yang terkaget sendiri setelah membuka ia pintu dengan keras belum sempat aku bertanya dia berbicara dengan suara bergetar.
Aku tidak bisa seperti ini " ucapnya agak keras suaranya bergetar karena menahan tangis. " kamu tidak bisa mendiamiku seperti ini kamu sendiri yang menginginkan dan memintaku menjalani pernikahan ini dengan baik tapi belum satu minggu usia pernikahan kita kamu mendiamiku tanpa sebab. Bagaimana bisa kita menjalani pernikahan dengan baik jika kamu seperti ini." Dia menarik napas menetralkan suaranya yang sedikit bergetar karena menahan tangis setelah itu dia pergi.
Aku diam dan bingung melihatnya berbicara seperti itu, aku meresapi apa yang dia katakan tapi sungguh bukan maksudku mendiami dia seperti itu aku hanya pusing dengan perkerjaanku dan masalah sengketa tanah bangunan itu dan memang sedikit kesal karena interaksinya sengan bagas. Sungguh tidak tega melihatnya menahan tangis seperti itu tak ingin kesalah pahaman ini berlanjut aku menyusulnya ke kamar kami.