NovelToon NovelToon
EXONE Sang EXECUTOR

EXONE Sang EXECUTOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Dunia Lain
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aegis zero

Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.



Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

start

Sore hari tiba. Langit mulai berwarna jingga keemasan, menandai awal perjalanan menuju kota LATREL. Di dalam kendaraan, suasana riang tak pernah surut. Gamma sedang duduk bersila di kursi tengah sambil memandangi simbol Exone yang terpampang di kain.

"Kak Arya," ujarnya polos, "kan sekarang Raius dan Yui udah gabung. Simbol Exone nggak mau diubah biar mereka masuk juga?"

Semua langsung menoleh ke Arya.

Arya terdiam sejenak, menatap simbol yang ia rancang sendiri sejak awal. Di sana tergambar dua pedang bersilang, dua senjata api, dan lima simbol yang mewakili setiap anggota awal—tanpa jejak tentang Raius dan Yui.

"Hmm… Kalau diubah lagi sekarang, sedangkan simbol ini udah tersebar ke banyak kota, bisa bikin orang bingung," katanya pelan, lalu menatap Raius dan Yui yang duduk bersebelahan di belakang.

"Kalian keberatan soal ini?"

Raius menggeleng cepat. "Nggak apa-apa, Kak."

"Iya," sambung Yui dengan senyum tulus. "Kami justru bersyukur sudah diterima di Exone."

Dina menyandarkan punggung dan melirik ke Arya. "Tapi Ar, bukannya nanti mereka malah merasa asing? Kayak... bukan bagian dari awal?"

Arya terdiam. Matanya serius, mempertimbangkan kemungkinan itu.

Namun sebelum ia sempat bicara, Raius dan Yui menjawab bersamaan, suara mereka mantap:

"Tidak apa-apa, Kak!"

Venus yang duduk di dekat jendela meneguk minumannya perlahan. Ia melirik Arya dengan pandangan tajam tapi santai.

"Justru itu menguntungkan," katanya sambil mengangkat botol. "Kalau simbol mereka belum masuk ke lambang resmi, artinya mereka bukan target utama. Mereka bisa bergerak lebih bebas tanpa dicurigai."

Arya memutar kepalanya, menatap Venus. "Bagus dalam artian itu?"

Venus mengangguk. "Mereka masih belajar, kan? Belum siap untuk tempur frontal. Kalau musuh tahu jumlah anggota kita bertambah dua, bisa jadi mereka langsung disasar. Tapi kalau nggak tahu, kita punya dua kartu as tersembunyi."

Gamma mengangguk cepat. "Oh! Kayak penyusup rahasia gitu ya?!"

"Yap. Mata-mata kita sendiri," kata Dina, setengah bercanda, tapi ada makna serius di balik ucapannya.

Arya akhirnya tersenyum tipis. "Kalau begitu... kita jadikan itu strategi. Tapi nanti, kalau waktunya tepat, kita akan perbarui simbol Exone."

"Kalau udah siap tempur ya?" tanya Raius sambil tertawa kecil.

"Betul," jawab Arya. "Saat dunia tahu bahwa kalian bukan lagi 'anak-anak yang baru bergabung'... tapi anggota Exone sejati."

Arya berpikir sejenak. "Tunggu... Dibagian ujung pistol terlihat seperti 2 Lilin kan?!" Tanya arya ragu.

Yang lain langsung mendekat, penasaran.

“Iya sih,” sahut Dina, mengangguk pelan. “Tapi… maksudmu apa?”

Arya menoleh ke arah Yui dan Raius. Senyuman tipis muncul di wajahnya.

“Bukankah pas?” ujarnya. “Kalian berdua... Dua lilin yang menerangi kegelapan.”

Yui terdiam, matanya membesar. Raius ikut memandangi simbol itu dalam-dalam.

Arya menoleh ke arah Raius dan Yui, lalu tersenyum tipis. "Heh… Bukankah itu pas? Raius dan Yui, kalian berdua. Dua orang... dan di sini ada dua lilin."

Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Raius punya kemampuan penghalang, dan Yui bisa menyembuhkan. Dua kemampuan langka... Bukankah itu seperti dua lilin yang memberi cahaya di tengah kegelapan?"

Seketika hening.

Dina diam sejenak. "Eh iya juga sih. Mereka bisa ngasih support dengan kemampuan mereka." Ucapnya sambil melirik ke raius dan yui.

Gamma berpikir sejenak. "Iya sih! Kak arya hebat!" Pujinya.

Venus menyeringai. "Oh, begitu ya?" Tersenyum tipis.

Yui menunduk, matanya berkaca-kaca. "Aku tidak pernah menyadarinya..." Gumamnya.

Raius, di sampingnya, mengepalkan tangan. "Ternyata… begini artinya kami…".

Semua orang tersenyum.

"Hahaha! Kalau begitu jangan berkecil hati lagi!" Melirik ke raius dan yui. "Oh iya, kalian mau senjata apa?" Tanya arya lalu mengeluarkan senjata.

"Senjata?" Tanya mereka hampir bersamaan.

Gamma dengan nada ceria. "Iya senjata! Yui kan penyembuh dn raius penghalang! Tapi harus punya senjata untuk dasar dasar bela diri!" Bangkit menuju yui. 

Arya tersenyum. "Benar! Ini ada kerambit, pedang pendek 1 tangan,cambuk,pistol." Ucap arya memperkenalkan.

Raius melihat Senjata dilantai. "Aku mau pedang pendek kak!" Raius dengan lantang.

Arya tersenyum. "Oh pilihan bagus!".

Yui memikirkan sejenak. "Pistol ini apa kak?" Tanya dengan pelan.

"Pistol ini digunakan untuk menyerang dari jarak jauh. Dan... menurutku, pistol paling cocok untukmu, Yui." Ucap arya sambil mengangkat pistol.

Yui tertegun. "Kenapa gitu?"

"Iya, yui kan penyembuh. Dan jika ketemu musuh yang jenius maka pasti yang diincar duluan adalah penyembuh." Jawabnya pelan. "Dan ini peluru ini bisa diperkuat jika dialiri sihir." 

Yui Tersenyum. "Kalau begitu aku mau pistol!" Suara tegas.

Arya tersenyum. "Baiklah! Saat istirahat nanti kalian berdua akan berlatih!" Melirik ke dina. "Dina yang akan mengajarkan raius menggunakan pedang pendek, dan aku akan mengajarkan yui menggunakan pistol."

Dina kaget. "Aku mau sih mengajarkan! Tapi aku tidak ahli pedang satu tangan!" Ucap dina sambil makan.

Gamma berdiri. "Kak dina adalah orang terhebat dalam jarak dekat!" Ucap gamma bangga. 

Dina memerah. "Be-begitukah? Baiklah... kalau begitu aku akan mencobanya!"

Semua orang tertawa melihat Dina yang mendadak malu-malu setelah dipuji oleh Gamma. Pipinya memerah, tapi senyum tipisnya tetap muncul.

"A-apa?! Kenapa ketawa?!" protesnya, meski tak benar-benar marah.

Langit mulai berubah biru tua. Lampu kendaraan menyala.

Namun di dalam dada mereka, ada cahaya lain yang tak pernah padam

keyakinan, bahwa sejauh apa pun perjalanan ini,

mereka belum selesai.

Raius dan yui belajar menggunakan senjata mereka, dan sudah lumayan ahli.

Tiga hari berlalu.

Malam telah turun ketika mereka tiba di kota LATREL. Tak ada waktu untuk menunggu. Target harus disingkirkan malam ini juga.

Arya menoleh ke belakang. Suaranya tenang, tapi dingin.

"Sudah siap?"

"Siap," jawab mereka serempak.

Ia tersenyum samar, lalu menatap ke depan lagi.

"Baiklah. Kita mulai."

Klak. Klak. Klak.

Langkah kaki mereka bergema, mendekat ke gerbang mewah yang menjulang tinggi.

"Aku urus satu ini," bisik Dina.

Wuusshh!

Bayangannya melesat.

Sreettt!

Kepala penjaga jatuh menggelinding sebelum sempat bersuara.

Dor!

Tembakan arya menghantam kepala penjaga kedua. Otaknya tersembur ke dinding.

Kreeettt...

Gerbang besi berderit saat mereka dorong terbuka.

Dina tak berhenti. Dua penjaga lainnya—

Srett. Srett.

Tumbang dalam sekejap, leher mereka koyak tanpa ampun.

Arya melangkah masuk ke dalam mansion tanpa suara.

"Gamma, Yui, Raius. Ruang tahanan. Kalian bertiga, bekerja sama," ucapnya datar.

"Baik, Kak!" seru mereka. Tanpa ragu, mereka bergegas menyusup ke lorong kanan.

Seorang penjaga menghadang.

"Anak kecil?! Kalian pikir bisa masuk seenaknya?!"

Ia mengayunkan pedang, tapi

"Barrier!"

Raius mengangkat tangannya.

Kring! Clang! Clang!

Serangannya mental. Mata sang penjaga membelalak.

"Apa... apa ini?!"

Venus melangkah pelan sambil tersenyum.

"Jangan remehkan anak kecil..."

"Water."

Air memenuhi paru-paru sang penjaga dalam sekejap. Ia tersedak, gemetar, lalu ambruk... mati.

Sementara itu

Dor! Dor!

Tembakan Arya membungkam dua penjaga sekaligus.

Slash! Srett!

Dina menghabisi sisanya dengan cekatan. Daging dan darah menyatu di lantai marmer.

Malam di kota LATREL tak lagi sunyi.

Tapi bagi mereka, ini baru permulaan.

 

Gamma, Yui, dan Raius menelusuri lorong bawah tanah yang remang. Langkah kaki mereka nyaris tak bersuara.

“Di depan,” bisik Gamma. “Ruangan tahanan.”

"Biar kupotong pintu besinya! Sever line!" Pintu besi itu terpotong.

Yui mengangguk. “Kita masuk bersamaan".

Tanpa bunyi sedikit pun. Di dalam, belasan tahanan meringkuk dalam kegelapan. Tubuh kurus, mata kosong.

“Jangan takut,” ujar Yui pelan. “Kami datang untuk membebaskan kalian. Heal!" Yui menyembuhkan para tahanan.

Gamma segera memotong borgol dengan benang halus miliknya. “Cepat, sebelum pasukan cadangan datang.”

Sementara itu, di aula utama mansion

Arya melangkah tenang. Di hadapannya, sang bangsawan target utama mereka sedang menikmati anggur, dikelilingi pengawal elit.

“Siapa kau?!” bentak sang bangsawan.

Arya tak menjawab.

Ia hanya mengangkat pistol.

Dor!

Satu pengawal roboh.

“Serang dia! Lindungi Tuan Bes—”

Srett!

Dina sudah berada di belakang mereka. Tiga kepala terpisah dari tubuhnya dalam sekejap. Darah memercik ke dinding emas.

Pengawal terakhir mencoba kabur—

Dor.

Terlambat.

Arya menatap sang bangsawan, yang kini gemetar ketakutan.

“Kau... tak bisa lakukan ini! Aku... aku pejabat kerajaan!”

“Justru karena itu,” jawab Arya dingin.

Ia menembakkan peluru ke lutut sang bangsawan.

Pria itu jatuh, menjerit, merangkak mundur.

“A... apa... mau kalian...?!”

Arya berlutut di hadapannya, menatap mata itu dalam-dalam.

“Keadilan.”

Dor!

Peluru terakhir mengakhiri hidupnya.

Hening. Hanya suara darah menetes ke lantai yang tersisa.

Tak lama kemudian, Gamma dan timnya tiba bersama para tahanan yang berhasil dibebaskan.

“Kami berhasil, Kak Arya.”

Arya mengangguk. “Bagus. Bawa mereka ke kendaraan.”

Venus berjalan sambil menatap jasad sang bangsawan.

“Berapa banyak yang sudah dia rusak...”

Dina membersihkan darah di daggarnya. “Tak perlu dihitung. Yang penting, dia tak bisa menyakiti siapa pun lagi.”

Mereka semua bergegas keluar mansion. Tapi...

Suara berat memecah malam.

"Mau ke mana kalian, EXONE?!" ???

Langkah mereka terhenti.

Dari bayang-bayang pepohonan di halaman, muncullah sosok tinggi besar, bersenjata tombak hitam berukir simbol kerajaan.

Jubahnya berkibar tertiup angin malam, dan mata tajamnya menatap lurus ke arah Arya.

“Sudah ada pengejar?…” gumam Gamma pelan.

Di belakang pria itu, tampak lima prajurit elit dengan perlengkapan sihir berat. Aura mereka tidak main-main.

Arya melangkah ke depan dengan tenang, menatap lurus pada si Komandan.

“Kami tak ada urusan denganmu. Tapi jika kau memaksa…”

Ia mengangkat pistolnya perlahan.

“…aku tak keberatan membuat pengecualian malam ini.”

Dina berdiri di sisi kanannya, daggermya telah menyala merah.

Venus bersiap membuka barikade angin.

Gamma menyebar benang di rerumputan.

Raius dan Yui mengamankan para tahanan di belakang mereka.

Angin malam terasa semakin dingin.

Ketegangan menebal seperti kabut.

Pria itu tersenyum miring.

“Kalau begitu… mari kita mulai.” ???

 

1
luisuriel azuara
Karakternya hidup banget!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
Ani
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!