NovelToon NovelToon
Destined For U

Destined For U

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Murni
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Net Profit

Mati-matian berusaha dan berakhir gagal membuat Deeva enggan membuka hati, tapi sang ibu malah menjodohkannya tepat dimana perasaannya sedang hancur. Diantara kemalangannya Deeva merasa sedikit beruntung karena ternyata calon suaminya menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan.

"Anggap gue kakak dan lo bebas ngelakuin apa pun, sekalipun punya pacar, asal nggak ketahuan keluarga aja. Sebaliknya hal itu juga berlaku buat gue. Gimana adil kan?" Arshaka Rahardian.

"Adil, Kak. Aku setuju, setuju, setuju banget." Deeva Thalita Nabilah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Childish

“Sayang…”

“Sayang kok diem aja.” Ledek Shaka. Ia senang sekali membuat gadis itu kesal, wajah kesal Deeva lebih menggemaskan baginya. Kedua pipi gadis itu menggembung saat kesal dengan mulut yang mengerucut diikuti lirikan sinis yang bukannya membuat Shaka takut malah jadi lucu.

“Terus coba biar makin gede pipi lo, biar saingan sama ikan buntal.”

“Sakit woy!” Protes Shaka saat gadis itu menabok pahanya dengan keras. “Kecil-kecil demen banget KDRT!” keluhnya kemudian.

“Abisnya ngeselin! Childish banget becandanya.” Ucap Deeva.

“Buset dah gue dikatain childish sama bocah.”

“Emang Kak Shaka childish, gitu doang dibahas terus. Orang dewasa nggak bakal ngebahas perkara salah paham gara-gara kata sayang.” Ketus Deeva, Shaka hanya tersenyum sekilas.

“Udah sih Kak Shaka focus aja nyetirnya, ntar aku telat.” Lanjutnya.

“Sekolah doang, telat dikit nggak apa-apa, kepala sekolah juga pasti belum datang kalo kepagian.”

“Lebih baik kepagian dari pada telat, Kak.”

“Santai aja lah gue juga tau kali kalo formalitas kayak gitu.”

Sampai sekolah barunya Deeva mengamati sekitar, dari depan tak kalah bagus dengan sekolah lamanya justru terlihat lebih mewah dari segi bagunan. Hanya saja jika sebelumnya ia bersekolah di negeri kini harus pindah ke swasta.

“Kak Shaka ngapain ikut turun? Nggak kerja?” tanya Deeva saat Shaka mensejajarkan langkah dengan dirinya.

“Kerja lah, tapi gue nganterin lo dulu.”

“Kan ini udah sampe, Kak Shaka langsung ke kantor aja sana.”

“Bawel ah! Lo nggak denger tadi kakek ngomong apa hm? Gue harus nemuin kepala sekolah sama wali kelas lo, nitipin lo ke mereka. Gitu katanya tugas wali murid.” Jelas Shaka. Jujur aslinya dia sangat malas harus berurusan dengan pihak sekolah tapi sang kakek terus memaksa katanya ini merupakan tanggung jawabnya karena ibu Deeva tak ada disini.

“Nggak usah Kak, aku bisa kok ketemu kepala sekolah sendiri.”

“Nggak, gue harus nganterin lo sesuai instruksi. Mata sama telinga kakek ada dimana-mana, gue bisa kena masalah kalo ketauan nggak ngejalanin perintah.”

“Gitu yah?” tanya Deeva seraya menatap lelaki jangkung di sampingnya.

“Iya sayang.” Jawabnya meledek.

“Aduh!” teriak Shaka saat Deeva menginjak kakinya dengan keras. “Lo bener-bener yah!”

“Abisnya ngeselin!” Deeva berlari lebih dulu setelah menjulurkan lidah pada lelaki yang masih mengaduh.

“Kalo kayak gini caranya nggak sampe seminggu bisa-bisa gue masuk IGD, KDRT terus itu bocah.” Gerutu Shaka seraya menyusul Deeva.

Menemui kepala sekolah, Shaka mengucapkan terima kasih karena pihak sekolah sudah mau menerima Deeva yang mendadak masuk menjelang penilaian akhir tahun, yang mana menurut aturan seharusnya mutasi siswa dilakukan saat awal tahun ajaran baru atau jauh-jauh hari sebelum ujian, minimal sebulan atau dua bulan karena ditakutkan capaian materi di sekolah sebelumnya dan yang sekarang berbeda, terlebih apabila beda jurusan. Beruntung karena pindahnya ke swasta dan ada koneksi hingga pihak sekolah memberikan kesempatan. Shaka lantas sepenuhnya mempercayakan Pendidikan gadis itu pada pihak sekolah dan memberikan nomor ponselnya pada wali kelas Deeva supaya bisa menghubunginya jika membutuhkan bantuan.

Deeva dan wali kelasnya sudah meninggalkan ruang kepala sekolah, sementara Shaka masih tertahan disana. Ingin buru-buru pamitan tapi tak enak hati karena wanita paruh baya di hadapannya begitu semangat mengajaknya berbincang. Sekitar tiga puluh menit kemudian Shaka berpamitan.

“Pentesan Kakek minta gue yang kesini, ternyata gini rasanya ngurusin anak sekolah. Nggak asik.” Gerutunya. Sekian detik kemudian ia menahan tawa mengingat bagaimana tidak asiknya sang paman yang dulu selalu mondar mandir ke sekolah demi mengurusi kakaknya yang sering membuat masalah.

“Semoga Deeva nggak kayak Kak Retha pas sekolah dulu. Kalo sampe kayak Kak Retha gue bisa tress ngadepinnya.” Ucapnya dalam hati.

Shaka melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kantor. Begitu tiba di parkiran ia tersenyum simpul, “tiap senin selalu penuh.” Ucapnya melihat jajaran kendaraan disana.

Seperti banyaknya kendaraan yang terparkir di depan, lantai satu yang merupakan tempat layanan nasabah untuk penyetoran, penarikan uang dan konsultasi Customer Service begitu penuh. Ia hanya memperhatikan seraya menaiki tangga ke lantai tiga tempat kerjanya berada.

“Gimana? Aman?” tanyanya begitu tiba di depan meja Raffa. Lelaki itu membenarkan kaca matanya yang hampir melorot seraya melihat pimpinan yang datang kesiangan.

“Aman, Pak. Berkas yang harus bapak tinjau sudah saya simpan di meja bapak.” Jawab Raffa dengan formal.

“Sip, Om. Makasih yah, gue cek sekarang.” Ledek Raffa.

“Am Om Am Om! Nggak sekalian aja lo panggil gue kakek!”

“Oh, oke kalo gitu Kakek Raffa!”

Raffa mengambil kertas dari printer dan me re masnya kemudian melemparkannya pada Shaka. “Ketularan itu bocah lo!” ucap Raffa. “Lo dari sekolah kesini lama amat, kesasar? Atau sengaja yah biar gue handle rapat sampe selesei?” lanjutnya.

“Kesasar di ruang kepsek lama banget elah segala dibahas, gue mau kabur kagak enak, takut disangka nggak sopan. Gue ke dalem dulu, kerjaan hari ini harus selesei lebih cepet soalnya gue harus jemput itu bocah ntar.” Jawab Shaka sebelum berlalu ke ruangannya.

Hingga siang berlalu Shaka mengerjakan tugas-tugasnya sebegai kepala cabang dengan baik seperti biasa. Jam dua semua perkerjaannya sudah selesai, dia hanya duduk santai di sofa sambil menunggu Deeva menghubunginya. Salahnya ia tak memiliki nomor gadis itu dan hanya memberikan nomornya hingga ia tak punya pilihan lain selain dihubungi lebih dulu. Salahnya juga kenapa tadi tak menanyakan jam pulang sekolah gadis itu.

“Paket lo!” Raffa yang baru masuk meletakan sebuah box ukuran sedang di depan Shaka. “Ngeliatin HP mulu, dia masih suka nelpon lo kan? Angkat lah sekali-kali kasihan.” Lanjutnya.

“Udah gue blokir. Itu paket juga kan nama lo, ngapain lo kasih ke gue. Buat lo aja.” Jawab Shaka.

“Jangan ngaco deh, lo jelas-jelas tau dia ngirim buat lo. Cuma nama sama alamat doang pake punya gue. sampe kapan nih gue jadi kurir kayak gini? Mana ini paket di kirim ke rumah gue di Bandung terus emak gue harus ngirim lagi kesini, kan ribet. Gila.”

“Makanya kalo ada paket suruh emak lo buang atau kasihin ke siapa gitu, nggak usah dikirim kesini. Lagian juga ujung-ujungnya gue buang.” Ketus Shaka. Semua tentang dia membuatnya kesal.

“Tapi kan-“

“Nggak usah dibahas, males gue.” sela Shaka. Ia langsung menggeser ikon telepon warna hijau saat ponselnya bergetar, nomor baru tanpa nama, feelingnya berkata itu Deeva.

“Halo, apa? Kok bisa? Iya gue kesana sekarang.” Ucap Shaka lalu memasukan ponselnya ke saku.

“Raf, gue cabut duluan. Lo juga boleh pulang kalo udah nggak ada kerjaan lagi.” Pamit Shaka, buru-buru.

“Kemana? Buru-buru banget?”

“Sekolah, si Deeva ke kunci di toilet.” Jawabnya.

“Terus ini paketnya gimana? Gue anterin ke rumah lo yah?” teriak Raffa.

“Buang aja!” jawabnya singkat. “Baru juga hari pertama itu bocah udah bikin masalah. Ampun dah! Bisa-bisanya pake kekunci di toilet segala. Heran gue!” gerutunya.

.

.

.

.

budayakan like komen sebelum lanjut yah para kesayangan Kak Shaka

1
Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
awas Bill kena semprot Shaka bisa langsung iffile kaku hahah
Ummah Intan
kepikiran jg klo lg ngambek ampe ga fokus kerja
Ummah Intan
selamat hari merdeka
Maria Kibtiyah
hehe mangkanya shaka jgn galak2
Net Profit
pertama😙😙😙
sum mia
galau...galau... situlah Shaka....emang enak....

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
sadar Shak.,..pikiiirrr....dan renungkan.... jangan hanya marah-marah mulu . dan selalu Deeva yang disalahin .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Erna Wati
alkhamdulillah up juga Thor nuhun
Linda Ayu Tong-Tong
aku pengen getok kepalanya shaka boleh gk thor..ahahah
Silvie Dpurple
lanjut park shakanya
💥💚 Sany ❤💕
Makanya jangan sok terzhalimi Shak, seakan-akan Deev itu beban buat kamu. Sekarang giliran Deev yang gak mau bergantung ma orang laen, kamu juga yang sewot. Maunya kamu apa Shak?.
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ada yang bully
Rita
tuh peka knp tggu sdh sakit ma kecewa
Rita
diulang2 ma ditekankan ngga tuh kata REPOT
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
gak sengaja atau ada yg usil?
Rita
jleb ngga tuh
Rita
tdk segampang itu ferguso cewek klo msh dongkol jgn berharap cepet luluh
Rita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
nah lho Shaka hbs kena ceramah kk mu skrg ceramah sindiran bocilmu😂😂😂😂
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
mubazir.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!