Diusianya yang tak lagi muda, Sabrina terpaksa mengakhiri biduk rumah tangganya yang sudah terajut 20 tahun lebih lamanya.
Rangga tega bermain api, semenjak 1 tahun pernikahnya dengan Sabrina. Dari perselingkuhan itu, Rangga telah memiliki seorang putri cantik. Bahkan, kelahirannya hanya selisih 1 hari saja, dari kelahiran sang putra-Haikal.
"Tega sekali kamu Mas!" Sabrina meremat kuat kertas USG yang dia temukan dalam laci meja kerja suaminya.
Merasa lelah, Sabrina akhirnya memilih mundur.
Hingga takdir membawa Sabrina bertemu sosok Rayhan Pambudi, pria matang berusia 48 tahun.
"Aku hanya ingin melihat Papah bahagia, Haikal! Maafkan aku." Irene Pambudi.
..........................
"Tidak ada gairah lagi bagi Mamah, untuk menjalin sebuah hubungan!" Sabrina mengusap tangan putranya.
Apa yang akan terjadi dalam kehidupan Sabrina selanjutnya? Akankah dia mengalah, atau takdir memilihkan jalannya sendiri?
follow ig @Septi.Sari21
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Ruangan besar itu terlihat nyaman, mewah, dengan meja kaca besar, tempat duduk yang sudah terpita rapi dibelakangnya. Rangkaian lilin klasik berdiri ditengah meja, semakin menambah rasa ketenangan, dan dilengkapi beberapa bunga disetiap sisi ruang.
Aruna mengerutkan dahi, menyadari jika kursi disekitarnya cuma ada 3 tiga saja. Namun dia tidak ingin merusak rasa bahagianya dengan pikiran negatif. Mungkin saja, Rangga juga memberi kejutan untuk putrinya-Mika.
Selang menunggu, pintu terbuka kembali. Pelayan pria datang, berjalan masuk sambil mendorong troli yang berisikan beberapa hidangan. Satu pelayan wanita membantu meletakan hidangan tadi. Tersenyum sopan, sedikit menunduk.
Aruna sangat merasa bahagia. Dia menatap pelayan wanita tadi, sambil bertanya, "Apa pak Rangga sudah ada diluar?"
"Baru saja tiba, Ibu! Mungkin sebentar lagi akan masuk. Mohon ditunggu saja," jawab lugas sang pelayan.
Wanita dewasa berusia 40 tahun itu sudah tidak sabar, cepat-cepat ingin merasakan hidangan didepannya dengan sang kekasih tercinta.
"Sayang ... Kamu pasti lelah mempersiapkan semua ini?" Rangga sedikit menundukan pandanganya menatap Sabrina, sambil mengusap lembut tangan mulus, yang saat ini melingkar dilengannya.
"Tidak masalah! Sesakali biar aku juga merasakan bagaimana lelahnya berada diposisimu."
"Tidak apa-apa, Sayang! Aku sangat bahagia merayakan setiap tahun denganmu," balas Rangga tersenyum puas.
'Lihat apa setelah ini, Mas! Apa kamu juga masih dapat tersenyum manis setelah ini?'
Sabrina menarik sudut bibirnya, merasa jengah sekali menatap senyuman Rangga.
Mereka berdua sudah tiba dilantai 2, ruangan privat yang sudah di boking Revan sebelumnya. Pelayan pria yang sama, kini juga menyambut hangat dua tamu istimewa dihadapannya saat ini.
Begitu pintu terbuka. Rangga masih tidak menyadari, jika wanita yang duduk dibalik sandaran kursi mewah itu adalah selingkuhannya-Aruna.
Tap! Tap!
Aruna menyadari, mendengar langkah sepatu milik kekasihnya-Rangga. Dia seketika bangkit, dan langsung berdiri menghadap belakang, bermaksud menyambut sang pujaan.
Deg
Deg
Kedua jantung Rangga dan juga Aruna berdetak cepat, disaat tatapan mereka bertemu dan terkunci beberapa detik. Wajah Rangga semakin gusar, begitu juga raut muka Aruna.
Sabrina yang juga ikut berhenti, dan melihat ekspresi kedua orang disekitarnya ... Dia menutup mulut dengan ujung tanganya, seakan terkejut dengan pertemuan mereka.
"Sayang, Dek ... Sepertinya kamu salah tempat? Kenapa ada dia didalam ruangan yang kamu sewa?" Rangga masih terlihat was-was, hingga keringat dingin berhasil luruh menerjang tubuhnya.
"Bukan! Duduk saja dulu, karena aku tidak mungkin salah menyewa ruangan ini," gumam Sabrina, menghunus tajam kearah Aruna.
"Maaf, mungkin saya yang salah tempat! Kalau begitu saya permis-"
"Tetaplah diam ditempatmu!" suara bass Sabrina, mampu menggema memecah keheningan yang tercipta.
Langkah Aruna menggantung ditempat. Dia berdiri kaku, kala Sabrina perlahan mulai mendekat kearahnya. Perasaan Aruna sudah bercampur aduk, serasa ingin menghilang dihadapan Istri Rangga saat ini.
"Aruna Dewi ... Nama yang begitu indah, namun penuh tanda tanya besar dibalik katanya." Sabrina saat ini berjalan pelan mengitari Aruna. Kedua matanya menatap keatas hingga kebawah, memastikan penampilan selingkuhan suaminya.
Aruna merasa minder dengan penampilan mewah Sabrina. Jika dibanding penampilannya yang sederhana, Riasan serta perhiasan Sabrina lebih mencolok, jauh dari apa yang menempel pada tubuhnya.
Sabrina berdiri didepan Aruna, dan juga Rangga. Dia menatap secara bergantian, masih bersedekap dada.
"Sudah berapa tahun?" Sabrina mengangkat kedua alisnya. "Jawab! Sudah berapa tahun, kalian menyembunyikan hubungan busuk kalian?" lanjutnya menatap jengah.
Tubuh Aruna terasa bergetar. Dia menoleh sekilas pada Rangga, namun pria itu hanya menunduk saja. Manik mata Rangga terangkat, jelas sekali memohon pada sang istri agar segera menghentikan kekacauan ini.
"JAWAB!" bentak Sabrina.
"Dek ... Tolong dengarkan aku! Kamu hanya salah faham saja! Aku sama sekali-"
Sabrina yang sejak tadi meremat kertas hasil USG, kini langsung melemparkan pada tubuh Rangga.
"Masih bilang jika aku salah paham? Buka mata kalian lebar-lebar!" sentak Sabrina.
Aruna semakin menegang, kala menyadari itu kertas USG miliknya dulu. Rangga juga semakin terlihat cemas, dari mana istrinya itu dapat menemukan hasil pemeriksaan sang selingkuhan.
"Sayang, ini memang milik Aruna ... Tapi aku menemukannya pada saat itu-"
"Terus saja mengelak, Mas! Jika kalian masih punya mata, buka lebar-lebar sekarang juga." Sabrina mengarahkan ponsel yang dia genggam, tepat didepan mata suami dan juga Aruna.
"Siapa gadis remaja itu? Jawab, Mas? Kamu mencium kepalanya, sama seperti kamu mencium Haikal. Jawab!" teriak Sabrina. Kedua matanya memanas, hingga dadanya bergemuruh hebat.
Dia tidak akan membiarkan air matanya jatuh didepan dua pendosa itu. Sabrina harus lebih kuat, agar harga dirinya tidak diremehkan begitu saja oleh Rangga.
"Dia memang putri kita, Sabrina!" kalimat itu spontan keluar dari mulut Aruna, karena mengelak saja dia sudah tidak bisa. Apalagi melihat Rangga yang hanya diam, tanpa pembelaan apapun terhadapnya.
Rangga menggeram. Dia seketika menolah kearah selingkuhannya, sambil menajamkan mata.
"Kenapa Mas ... Mika juga putrimu, sama seperti Haikal! Aku sudah lelah selama ini menyembunyikan identitas Mika. Dunia juga berhak tahu tentang siapa dirinya-"
"Aruna!" sentak Rangga yang sudah merasa emosi.
Plak!
Wajah Aruna sampai menoleh kesamping, disaat Rangga menamparnya dengan begitu keras. Air matanya mengalir, merasa terhina dihapan Sabrina saat ini.
Melihat bagaimana cara Rangga menumpahkan emosinya terhadap Aruna, Sabrina seketika terkejut setengah mati. Walaupun Rangga sudah menghianatinya, selama 20 tahun pernikahan, Sabrina tidak pernah mendapat perlakuan kasar, bahkan hingga main tangan seperti saat ini.
"Sekarang kamu keluar dari sini, Aruna!" bentak Rangga, menunjuk kearah pintu keluar.
"Diam! Kalian berdua tetap diam ditempat masing-masing," sahut Sabrina menajamkan mata kearah dua orang didepannya. "Sudah dijanjikan apa kamu oleh suamiku, Aruna? Kamu wanita sama sepertiku, tapi kenapa kamu lebih busuk dari sampah pinggir jalanan! Sudah merasa hebat, atau ... Paling tidak sudah berhasil mendapat predikat jalang murahan, sebab menghancurkan rumah tangga orang." Sabrina berjalan kedepan, mengambil dua gelas orange juice, lalu dengan cepat disiramkan kewajah Aruna dan juga suaminya.
"Kalian berdua tidak hanya menghancurkan hidupku! Tapi kalian sudah membunuh masa depan putra putri kalian!" bentak Sabrina kembali.
Rangga dan juga Aruna sama-sama membasuh wajahnya, saling terdiam tidak berkutik sedikit pun.
"20 tahun aku mengabdi menjadi istrimu, Rangga. 20 tahun!" tekan Sabrina. "Dengan teganya, kamu bermain api dengan dia dibelakangku sebegitu lamanya! Ya Allah ...." Sabrina hingga sempat mengehentikan ucapannya, saking sesaknya didalam. "Dan untuk kamu, Jalang! Bedoa lah banyak-banyak, agar kelak putrimu tidak merasakan sakit yang aku terima selama ini!" sumpah Sabrina yang sudah dibungkus rapi, oleh kalimat lugasnya.
Aruna memejamkan mata dalam-dalam, sudah mulai resah dengan kehidupannya setelah ini.
...lanjut thor 💪🏼
di tunggu boncapnya thor lanjut.
lanjut thor💪🏼