Dhea mencintai seorang lelaki teman kerjanya yang bernama Dion. Namun cinta keduanya terhalang restu dari keluarga Dion. Sebab dhea berasal dari keluarga yang kurang mampu. Beda dengan dion yang serba berlimpah. Meski demikian dion tetap berusaha mendapatkan restu kedua orangtuanya agar keduanya menikah. Lama hubungan terjalin kedua orangtua dion takkunjung memberi sinyal restu. Hingga terjadilah hal yang terlarang .
***
"Dion aku rasa kita sudah tidak mungkin untuk menikah, orangtuamu tidak merestui hubungan kita", ucap dhea terisak sedih.
" Tidak dhea, aku mencintaimu, aku akan tetap berjuang agar kau menjadi milikku yang halal", tegas dion.
Mungkinkah dhea tetap bersama dion meski tak direstui dalam hubungan terlarangnya? Ataukah keduanya patah semangat dan memilih melepaskan? Kepoin kelanjutannnya yuk ;)
-----
Hay sahabat noveltoon, btw ini kisah nyata loh. Tapi bukan kisahku. Kisah kenalanku. Kepoin yuk ;) Jangan lupa vote ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pangesticass, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda Bahaya
"Lepasin dhea mas , biar dhea sama saya saja"
"Iya sudah"
"Dhea kamu gak pulang? Takut kesorean malah hujan loh nanti"
"Mas alma boleh kok pulang duluan oke biar dhea sama saya kekasihnya dhea", ucap dion menegaskan hubungan keduanya yang terjalin.
"Oh ya sudah, dhea aku pulang dulu ya, misi mas dion", pamit alma menyerah.
'sok ganteng banget dion ", batin alma tak suka.
Sementara alma pergi, dion masih menggenggam erat tangan dhea, ia seperti sedang melampiaskan kekesalannya. Dion meremas remas angan dhea gemas penuh emosi. Dhea hanya diam sembari melanjutkan makan dan minumnya. Dhea memahami kekesalan dion makanya dia diam saja. Dhea paham jika dion tengah cemburu.
"Sayang, nanti kamu ikut aku sebentar ya", pinta dion menatap dhea serius.
"Iya mas"
Selesai makan dhea dan dion pun pergi ke rumah kost dion. Iya dion ngekost di jakarta. Karena dia asli solo. Dia di jakarta hanya untuk mengejar studi kasusnya sebagai bahan kelulusan di perkuliahan.
Perjalanan tidak menempuh waktu lama. Ia langsung menarik tangan dhea masuk ke dalam kamar kostnya. Dhea yang begitu menyayangi dion pun mengikuti saja tanpa bertanya ataupun curiga.
Hati dion diliputi kecurigaan dan kecemburuan. Ia tengah buta dalam kecemburuan dan hendak memenangkan dhea seutuhnya.
"Dhea duduk sini dulu. ini biar mas tutup sebentar pintunya", ucap dion menutup pintu.
"Loh mas ngapain di tutup?" Kali ini dhea baru merasakan takut. Namun dion terus merayunya. Dion ingin mengorek kedekatan alma dengan dhea.
"Dhea kamu sama alma sering ketemunya ya kalau di rumah ?", tanya dion sinis.
"Enggak jarang banget kok"
"Meski jarang berarti dia pernah beberapa kali datang ke rumah kan? terus ngapain saja?", cecar dion memburu.
"Paling ngasih undangan dari desa atau karangtaruna atau undangan perkawinan "
"Terus ngobrol lama?"
"Ya dulu waktu masih ada nenek. Nenek sekarang sudah gak ada" Tiba tiba air mata dhea menetes. melihat air mata dhea diob pun iba dan menghentikan pertanyaannya mengenai alma sementara.
"Ya sudah jangan sedih. Aku tahu kamu sedih sekarang sendirian. Makanya aku khawatir kalau ada lelaki datang nyamperin kamu dia mau ngapain"
"Mas alma gak pernah ngapa ngapain aku kok dulu kita memang sering ngobrol tapi semenjak nenek pergi mas alma kalau datang cuma semenit langsung pergi"
"Apa iya?"
"Iya"
"Dhea kamu janji ya sama aku untuk setia sama mas", pinta dion sembari tangannya mengusap pipinya lembut.
"Iya sayang" Dhea menunduk malu pipinya diusap oleh kekasihnya. Ia merasa dimabuk asmara. Sedang dion terus menerus mengelus mesra pipi dan bibir dhea. Dion pun melabuhkan ciumannya.
Dhea kaget tertegun melihat aksi dion padanya.
"Dhea aku sayang kamu jaga tubuhmu buat aku ya", bisik dion di telinganya.
"Iya mas", jawab dhea tertunduk malu.
"Ya sudah tolong antarin dhea pulang ya mas takut nya dicariin", pinta dhea.
"Sebentar sayang, mas pengen peluk kamu dulu ya", pinta dion langsung memeluk dhea tanpa persetujuan. Tentu dhea kaget dan malu. Wajahnya merah padam melihat perlakuan dion padanya. Ia benar benar seakan dibius. Apalagi selama ini dhea kekurangan kasih sayang sebab kedua orangtuanya yang pergi. Ayah meninggal dunia ibu pergi gak jelas. Nenek telah berpulang jua. Ia benar benar merasa disayang walau hanya dengan sebuah pelukan.
Pelukan berlangsung cukup lama, dan hampir mengubah suasana. Namun dhea terus memaksa meminta pulang. Hingga akhirnya dion pun mengantarkan dhea pulang. Dion meminta dhea untuk memeluknya dari belakang dan dhea menurut.
Sesampainya di rumah, ternyata rumah masih sepi. Adiknya si dirman sedang main di rumah tetangga. Dhea pun masuk tanpa ada sapaan.
"Assalamualaikum", sapa dhea. Dan ternyata dirman gak ada.
"Dhea kamu sendirian?", tanya dion serius. Entah kenapa setiap melihat dhea yang sendirian hati dion jadi gusar. Takut dhea didatangi cowok lain.
"Iya mas sayang. Gapapa sudah biasa kok. Mas pulang gih", ucap dhea senyum.
"Tapi dhea mas khawatir. Mas tunggu sampai adikmu pulang ya?"
"Jangan mas gak baik. Mas pulang saja, dhea sudah terbiasa"
"Sayang, sabar ya"
"Iya pulanglah"
"Kalau ada sesuatu kabarin ya?"
"Iya"
Sesuai permintaan dhea dion pun pulang walau berat hati melepas pujaan hatinya seorang diri.
Dalam kamarnya dhea bercermin mengingat ingat dion perlakuan dion ia malu namun terkadang ia merasa pelukan dion sangat ia butuhkan. Karena ia merasa seperti disayang. Sudah lama sekali ia tidak merasakan pelukan itu. Pelukan yang hangat.
Dion aku sayang kamu. Aku ingin mengulangnya sayang. Pelukanmu sungguh hangat.,batin dhea.
Sementara dion ternyata ia tidak pulang, ia hanya bersembunyi di balik semak mengawasi dhea hingga adiknya pulang. Hingga hampir malam, adiknya sama sekali belum pulang. Dion sangat khawatir. Ia mencoba menghubungi dhea dan dhea langsung menjawabnya.
"Sayang kamu masih sendirian?", tanya dion.
"Iya, adikku belum pulang"
"Sampai kapan?"
"Kayaknya sampai pagi aku sendirian. Kata budhe adikku mau bobok di rumah budhe?"
"Terus kamu gak takut apa sendirian? Kamu ke kos mas saja ya biar mas jemput?
"Gak boleh begitu mas. Sudah dhea sendiri saja"
"Jangan dhea. Biar mas samperin saja"
"Enggak perlu mas dhea mau ke rumah budhe saja"
"Ya sudah"
Tanda bahaya dhea !.
Jangan lupa like comment dan subcribed ya