Demi bisa mendekati cinta sejatinya yang bereinkarnasi menjadi gadis SMA. Albert Stuart rela bertransmigrasi ke tubuh remaja SMA yang nakal juga playboy yang bernama Darrel Washington.
Namun usaha mendekati gadis itu terhalang masa lalu Darrel yang memiliki banyak pacar. Gadis itu bernama Nilam Renjana (Nilam), gadis berparas cantik dan beraroma melati juga rempah. Albert kerap mendapati Nilam diikuti dua sosok aneh yang menjadi penjaga juga penghalang baginya.
Siapakah Nilam yang sebenarnya, siapa yang menjaga Nilam dengan begitu ketat?
Apakah di kehidupannya yang sekarang Albert bisa bersatu dengan Cinta sejatinya. ikuti kisah Darrel dan Nilam Renjana terus ya...
Novel ini mengandung unsur mitos, komedi dan obrolan dewasa (Dimohon untuk bijak dalam membaca)
Cerita di novel ini hanya fiksi jika ada kesamaan nama dan tempat, murni dari kreativitas penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Darrel, Prince Albert?
Ayah Nilam dan Rere
"Tanda putih? Artinya dia manusia murni yang memiliki kekuatan melebihi makhluk seperti kita?" tanya Moana
Jang mengangguk pelan, bibirnya mengulas senyuman tipis yang tidak terlihat oleh Moana.
"Apa aku boleh menghisap darahnya? Untuk menjadikannya bagian dari kita?" tanya Moana penuh selidik
Jang mendorong tubuh Moana dengan sekali hentak, dan mengangkat tubuhnya tanpa menyentuh. "Sudah kubilang, jangan sentuh dia walau secuil pun. Apa kau mengerti!!" hardiknya.
"Ba... Baik... Aku tidak akan menyentuhnya. Turunkan aku!" pinta Moana dengan nada gusar.
"Kalian adalah klan yang tidak bisa ku percaya. Jika kalian berhasil mengemban misi, aku akan memberimu tempat kekuasaan di Asia ini. Tapi jika kalian berkhianat dariku, kedua putri kembarmu akan menjadi budakku."
Moana mengepalkan kedua tangannya. Dia paling tidak suka diatur oleh siapapun. Tapi dia tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan Jang, clan vampire yang tidak bisa di jamah oleh vampire dari kerajaan lain di dunia, karena mereka terkenal memiliki banyak sekutu dari makhluk astral tersadis di Asia.
Moana bersimpuh di kaki Jang, "Aku akan laksanakan permintaanmu secepatnya. Tapi aku ingin ini sebagai pertukaran. Kau dapatkan Nilam Renjana, aku dapatkan ketiga anakku," dalih Moana penuh siasat.
"Akhirnya kita akan bertemu, Putriku," bisik Jang dalam hati.
Jang hanya tersenyum tipis. Tidak mengiyakan atau menolak permintaan Moana. Ia langsung menghilang meninggalkan Moana yang masih bersimpuh sambil mengepalkan tangannya.
"Jang?" panggil Moana pelan. Ia mengangkat tubuhnya, wajahnya mengeras setelah tahu ia ditinggalkan begitu saja. "Kurang ajar! Jika ketiga anakku sudah berada dalam pelukanku, akan kuberi kau pelajaran, Jang."
"Felix dimana kamu, apa kamu tahu kesulitan ku?" lirih Moana.
Bukan Pertarungan Biasa
Di belahan negara lain.
Seorang lelaki tua yang masih terlihat muda dan tampan, terduduk dengan wajah menyedihkan, kaki dan tangan diikat, darah di pelipis dan sudut bibirnya sudah mengering. Ia merintih lirih meminta diberi kebebasan.
Kesabarannya hancur ditengah suara tangisnya.
"Rafael, apa yang aku lakukan hingga kau menghukum ku seperti ini?" teriak Felix
Rafael Ravnos adalah ketua clan dari coven Ravnos yang paling sadis dan licik. Ia tidak mau tunduk pada Raja vampire yang saat ini berkuasa.
Albert Stuart
Rafael mengelilingi tubuh Felix dengan langkah dan sikap mencibir. Tatapan matanya penuh siasat dan rencana jahat pada sosok lelaki tua yang sudah ia jadikan budak. "Karena menyandera Kamu akan mendapatkan keuntungan bagiku, Prince Albert sedang mencari mu," jawab Rafael seraya menyeringai.
"Albert? Si... Siapa dia? Apa hubungannya denganku!" Felix berteriak histeris.
"Dia membawa tubuh cucu kesayanganmu," bisik Rafael.
"Darrel?" gumam Felix.
Tok tok tok
Tiga orang pengawal Rafael masuk ke dalam ruangan penyiksaan.
"Tuan, Prince Albert Stuart mencari anda," bisik sang pengawal.
"Akhirnya ia datang menemui ku." Rafael menyeringai dengan tatapan penuh kemenangan.
Ia menarik langkah meninggalkan ruang penyiksaan untuk menemui Albert. Langkahnya terukur dan menciptakan kesan ia sangat menghormati kedatangan Albert ke istana kecilnya. Setelah beberapa langkah kakinya hampir menghadap pada Albert... Kaki Rafael mundur ke belakang tiga langkah. Ia terkejut bukan main, karena Albert datang dengan memakai jubah perang dengan ribuan pengawal dan prajurit.
Albert tersenyum tipis. Ia menunduk sebentar lalu menatap wajah Rafael dengan matanya yang berwarna merah. "Apa kabar saudaraku... Sudah lama coven kalian tidak pernah menyerahkan 'pengorbanan' padaku. Kupikir, dengan kebaikan hati yang kuberikan akan merubah mu menjadi lebih bermartabat daripada julukan pencuri dan pengkhianat yang tersemat pada nama kakekmu, Robert Ravnos.
Rafael mengeratkan kedua telapak tangannya membentuk kepalan yang keras. Ia paling benci jika diingatkan tentang leluhurnya yang terkenal kasta rendahan dan selalu di sisihkan dari dunia Vampire. Namun, sekarang bukan saatnya ia marah. Ravnos tetaplah Ravnos, kelompok vampire yang terkenal pandai memanipulasi dan mencuri. Ia menangkupkan kedua tangannya sebagai tanda hormat sambil menundukkan kepala.
"Maafkan aku Albert, aku tidak mengerti pengorbanan apa yang kau maksud. Ajari kami cara mengabdi padamu," ucapnya seakan tunduk dan patuh.
Akan tetapi, Albert bukan Vampire kemarin sore yang mudah tertipu. Ia memiliki keistimewaan bisa membaca pikiran lawan bicara, melihat aliran darah calon korbannya, dan pandai membuat sihir. Ia tau Rafael hanya pura-pura setia dan tunduk padanya.
"Aku menginginkan darahmu, Rafael." suaranya pelan namun aura dingin menusuk jantung Rafael.
"Aku... Aku, hahaha... ini hanya bercanda kan?" tanya Rafael gugup setengah mati.
Wajahnya yang pucat semakin pucat. Aliran darahnya seakan membeku. Matanya seketika melebar hingga bola matanya nyaris keluar. Albert hanya memamerkan taringnya dengan lidah menjulur tajam bagai belati. Lidahnya menusuk tepat di jantung Rafael. Mengoyaknya tanpa perasaan. Darah hitam mengalir begitu deras dari tubuh Rafael. Pengawal dan anak buah Rafael yang berusaha melawan kini sudah tertebas kepala dari tubuhnya. Hanya hitungan detik, perlawanan mereka terpatahkan.
Albert sanggup membunuh tanpa menyentuh.
"Musnahkan seluruh coven Ravnos!" perintah Albert setelah memastikan tubuh Rafael hangus terbakar oleh sihirnya.
Albert duduk di singgasana Rafael dengan kaki ia silangkan, kaki kanan bertumpu pada kaki kirinya. Di tangannya gelas berkaki jenjang tersemat di antara jemarinya yang panjang. Aroma wine abad ke delapan dari Mesopotamia, menguar memenuhi ruangan. Ia menunggu dengan sabar temuan para anak buahnya mengenai harta Karun yang ada di kerajaan Rafael. Meski Ravnos hanya clan kecil, namun tabiatnya yang sering mencuri dan memanipulasi, bukan tidak mungkin kekayaan Ravnos melebihi kerajaan vampire besar.
"Tuan Albert, banyak tawanan di lantai bawah. Di sana ada pria yang dikurung dalam ruangan khusus. Apa yang harus kita lakukan untuk mereka?" tanya Ragent kepercayaan Albert.
"Kamu tahu apa yang aku cari di sini Ragent Williams. Selain dia, yang lain adalah santapan untuk kalian," ucap Albert sambil menyesap wine favoritenya.
"Lepaskan! Lepaskan aku! Aku putri Leonard Theodore! kalian akan menyesal jika membunuhku!" teriak seorang gadis memaki Ragent Alfonso.
"Tuan Albert, gadis tawanan ini terus berteriak dan mengatakan bahwa ia putri Leonard." Alfonso menarik paksa lady Rachel.
Albert bangkit dari duduknya. Leonardo adalah paman kecilnya yang sudah lama meninggal. Setelah pamannya meninggal, ia tidak pernah tahu kehidupan istri dan anak-anak dari Leonard.
"Apa betul kamu putri Leonard Theodore? Apa kamu bisa membuktikannya?" tanya Albert hati-hati.
"Dia manusia, kenapa Rafael tidak membunuhnya? Apa yang terjadi?" gumam Albert dalam hatinya.
"Lihatlah tanda ini, aku masih keturunan kerajaan Stuart. Aku anak ke lima belas dari prince Leonardo," ucap gadis itu dengan nada pongah sambil menunjukkan kalung kerajaan.
Albert menelisik manik mata Rachel yang tidak takut sama sekali padanya. Yang lebih mengherankan, Albert tidak bisa merasakan detak jantung Rachel seperti saat ia berada di dekat manusia terutama saat berada di dekat Nilam. Ia merasakan aliran darah Rachel berbeda dari manusia biasa.
Tangan Rachel secara lembut menarik ball gown yang berkerah rendah hingga tampaklah bukitnya yang sangat menantang. Tatapannya ia buat sayu dan mengunci tatapan Albert dengan penuh godaan. 'look at me... Sweetheart' gumam Rachel pelan, sangat pelan.
"Hmm... Kkrreerr... " Albert menyeringai dengan duri-duri di punuknya ikut berdiri. Ia memutari Ragent Alfonso, "Sisir semua lokasi, dan wanita ini, ku hadiahkan padamu," bisik Albert.
Alfonso melotot. Ia tidak percaya jika umpannya malah harus ia makan sendiri. Albert tersenyum puas, menyaksikan sendiri salah satu Ragent kepercayaannya berusaha mencari kesempatan untuk mengkhianatinya.
"Di... Dia putri kerajaan, Tuan. Aku tidak berani," tolak Alfonso.
"Karena itu, kuberi kamu kehormatan untuk membunuhnya," bisik Albert.
Ragent Williams siap menghunuskan rapier dengan gagang dan gaviest berlapis perak dan emas. Ia melangkah mendekati Ragent Alfonso dari arah belakang. Matanya tajam dengan alis yang nyaris bertaut, hidungnya mendengus dengan keras...
Kreeesshh... Sreekk... Sreek
"Alfonso!!" jerit Rachel langsung memeluk tubuh kekasihnya. Alfonso. Tubuh Alfonso kini terbakar akibat tusukan rapier milik Ragent Williams.
Albert mengangkat dagu Rachel dengan jari telunjuknya. Matanya menatap Rachel dengan tajam. Kuku di jari telunjuknya kini menembus kulit di dagu Rachel. "Kamu bukan keturunan keluargaku, pamanku memang memiliki delapan orang istri. Tapi semua keturunannya tidak ada yang berdarah Lycanthrope sepertimu."
"Ba... Bagaimana kau tahu?" lirih Rachel dengan wajah ketakutan.
Albert memberi isyarat agar menarik keluar tubuh Alfonso dan Rachel. Ragent Dave diberi kehormatan untuk menghabisi Rachel hingga tidak ada lagi tersisa keturunan dari Ravnos dengan Lycanthrope. Rachel adalah putri dari Rafael Ravnos bersama wanita serigala, yang bernama Lilian.
Hari itu adalah pemusnahan klan vampire Ravnos hingga ke akar-akarnya.
Dua orang mengawal menyeret tubuh lelaki tua yang sudah babak belur. Dia lah yang dicari oleh Albert.
"Da... Darrel?! Kau kah itu?" pekik Felix saat Albert berbalik menghadap ke arahnya.
"Dia Prince Albert Stuart."