NovelToon NovelToon
Hantu Nenek Bisu

Hantu Nenek Bisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / TKP / Hantu
Popularitas:882
Nilai: 5
Nama Author: iwax asin

kisah fiksi, ide tercipta dari cerita masyarakat yang beredar di sebuah desa. dimana ada seorang nenek yang hidup sendiri, nenek yang tak bisa bicara atau bisu. beliau hidup di sebuah gubuk tua di tepi area perkebunan. hingga pada akhirnya sinenek meninggal namun naas tak seorangpun tahu, hingga setu minggu lamanya seorang penduduk desa mencium aroma tak sedap

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iwax asin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Jejak yang Terlupakan

Pagi itu, kabut masih menutup sebagian desa. Tiga orang yang baru saja kembali dari loteng terlihat lelah, tapi ketegangan belum juga mereda. Langit yang tampak cerah tak mampu mengusir suasana berat yang menghantui setiap sudut rumah Bu Kasih. Di ruang depan, mereka duduk diam, hanya ada suara angin yang sesekali menyisir daun-daun di luar.

Siska duduk di pojok ruangan, kedua tangan menggenggam lututnya erat. Hidungnya yang agak merah menandakan ia semalam tak tidur lelap. Ia memandang Aji, Mbah Taryo, dan Erik, merasa kebingungannya semakin bertambah.

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan kotak itu?” tanya Siska dengan suara pelan. “Kenapa kita tidak boleh membukanya?”

Mbah Taryo menghela napas panjang. Wajahnya yang sudah keriput itu tampak lebih serius daripada biasanya. "Kotak itu adalah jendela menuju dunia lain. Dan yang ada di dalamnya... bukan benda biasa. Ia mengikat semua yang ada di sekitar rumah ini dengan kekuatan yang lebih tua dan lebih gelap dari yang bisa kalian bayangkan."

Erik mengerutkan kening, merasa tak puas dengan penjelasan itu. “Tapi itu... hanya sebuah kotak, Mbah. Mengapa semuanya begitu menakutkan?”

Aji yang sebelumnya hanya diam, mulai bicara. “Kotak itu adalah simbol kekuatan Bu Kasih. Sejak dia meninggal, segel yang menahan kekuatan itu mulai melemah. Sesuatu yang terkurung di dalam kotak itu tidak bisa keluar... selama segelnya masih utuh. Tapi begitu kotak itu dibuka, kita tak tahu apa yang akan terjadi. Bisa jadi kita akan melepaskan yang lebih buruk.”

Mbah Taryo mengangguk setuju. “Kekuatan yang ada di dalam kotak itu tidak hanya berbahaya bagi orang yang membukanya, tapi juga bagi siapa saja yang ada di sekitar tempat itu. Mereka yang sudah terikat dengan rumah ini... akan menjadi sasaran berikutnya.”

Siska merasakan tubuhnya mulai dingin. Pikiran tentang kotak yang menunggu di loteng begitu menakutkan. Namun, ada satu hal yang mengganggunya. "Jika kita tidak boleh membuka kotak itu, bagaimana kita bisa melawan mereka yang ada di dalamnya?"

Erik mengusap wajahnya, merasa terjebak dalam ketidakpastian. “Mbah, ada cara lain? Selain hanya menghindar dan menunggu?” tanyanya.

Mbah Taryo mengangkat tongkat kayu miliknya. Ia menatap mereka semua dengan mata yang penuh peringatan. "Ada cara, tapi... itu berisiko besar. Untuk menghentikan kekuatan itu, kalian harus menemukan 'pelindung' yang bisa mengalahkan kunci itu—entah itu benda atau seseorang. Tapi tidak ada yang bisa menjamin apa yang terjadi setelahnya."

“Apa maksud Mbah?” tanya Aji, yang tampaknya mulai putus asa.

“Seperti yang sudah kukatakan... Bu Kasih adalah penjaga gerbang, dan dia mewariskan tugas itu pada orang yang bisa mengalahkan makhluk yang terkunci di sana. Tapi masalahnya, tak ada satu pun penjaga yang bisa melawan kekuatan tersebut sendirian.”

Erik berdiri, berjalan ke arah jendela. Ia melihat awan hitam menggulung dari kejauhan. “Dan kalau kita tidak menemukannya, apa yang akan terjadi? Mereka akan terus menghantui rumah ini?”

Mbah Taryo menggelengkan kepala. "Mereka tidak hanya menghantui rumah ini. Mereka akan memburu siapa saja yang berani mendekat. Rumah ini hanya gerbang, tetapi begitu terbuka, yang keluar tidak akan berhenti sampai mereka menemukan jalan keluar.”

Silence. Tak ada satu pun yang berbicara. Semua pikiran terhenti pada kata-kata Mbah Taryo. Ada sesuatu yang sangat menakutkan tentang apa yang dikatakannya. Rasanya seperti mereka berada di ujung jurang, dan setiap langkah hanya membuat mereka semakin dekat pada kehancuran.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan dari luar rumah. Aji bangkit dengan cepat, menyentuh pintu. "Siapa itu?"

Erik berlari menuju pintu depan, membuka perlahan. Di luar, berdiri dua orang pria bertubuh tegap, dengan ekspresi serius. Satu di antaranya adalah Kepala Desa, yang sudah mereka kenal sebelumnya.

"Kami datang untuk memeriksa rumah ini," kata Kepala Desa. "Ada laporan dari beberapa warga yang merasa tak nyaman tinggal di dekat sini. Kami perlu memastikan semuanya baik-baik saja."

Aji mendelik. "Memeriksa? Ada apa ini?"

Kepala Desa mengangguk, dan di belakangnya, pria yang lebih muda, mungkin anak buahnya, memandang rumah itu dengan curiga. "Kami mendengar kabar buruk tentang rumah ini. Ada yang bilang suara-suara aneh. Dan beberapa orang melihat bayangan yang bukan manusia."

Mbah Taryo berdiri dari tempat duduknya dan mengangkat tongkat. "Tidak ada yang bisa kalian lakukan di sini. Rumah ini bukan untuk orang luar. Kalian akan mengganggu."

Namun, Kepala Desa menatap Mbah Taryo dengan tatapan keras. "Kami hanya ingin memastikan. Tak ada yang perlu ditutup-tutupi."

Erik menggeleng, tak bisa menahan rasa khawatir yang menyelinap ke dalam pikirannya. "Jika kalian benar-benar ingin membantu, lebih baik kalian pergi sekarang," kata Erik dengan nada yang berat.

Siska berdiri, berjalan ke arah Aji dan menunduk. "Kita harus lakukan sesuatu. Mereka tidak akan berhenti. Tidak hanya kita yang akan terjebak, tetapi seluruh desa ini."

Aji memandang Mbah Taryo yang kini terdiam. Seseorang harus mengambil keputusan besar.

1
Sokkheng 168898
Nggak sabar nunggu kelanjutannya.
BX_blue
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
iwax asin
selamat datang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!