Lily harus bekerja menggantikan sang ibu menjadi pelayan yang bertugas merawat tanaman di kediaman orang kaya dan terpandang yaitu keluarga Thomson. Keluarga Thomson memiliki perusahaan besar dan sudah memiliki anak perusahaan di berbagai kota bahkan di luar negri.
Lily mengira awalnya dia akan bekerja dengan lancar di kediaman Thomson untuk mengakhiri kontrak sang ibu yang tersisa 1 tahun lagi. Namun siapa sangka, takdir membuatnya menjadi rumit saat Lily bertemu dengan putra kedua keluarga Thomson yang bernama Ethan. Keduanya terlibat takdir yang rumit. Ethan yang sudah memiliki tunangan merasa sesuatu yang berbeda pada Lily. Pria dingin itu mencoba mengelak dan mulai menyadarkan dirinya untuk kembali ke jalur yang seharusnya. Namun lagi-lagi sesuatu dalam dirinya menolak dan membuat dirinya menjadi egois.
Lalu bagaimana Lily menghadapi takdir yang rumit tersebut? Apakah dia bisa bertahan selama 1 tahun di kediaman Thomson?
Ikuti kisah mereka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Maria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesuatu Yang Asing
Lily kembali ke rumah kaca dan memilih bunga dengan cepat. Ia sempat berpapasan dengan Herald yang ingin beristirahat karena sekarang sudah siang dan waktunya bagi pekerja untuk makan siang. Herald meminta Lily untuk berhenti dan beristirahat dulu, namun Lily menolaknya. Lily mengatakan bahwa dia belum lapar dan harus mengerjakan rangkaian bunganya. Herald pun hanya dapat menghela nafasnya dan membiarkan Lily kembali bekerja.
Di rumah kaca itu hanya ada Lily saat ini, ia pun dengan cekatan mulai memilih bunga yang segar dengan warna senada dan lembut. Lily sebenarnya tidak tau letak kesalahannya, mungkin Tuan Ethan itu tidak menyukai kombinasi warna bunganya. Lily pun saat ini lebih berhati-hati memilih bunga.
Setelah hampir 30 menit, Lily pun selesai menyusun bunga-bunga itu di vas kaca. Ia pun dengan segera kembali ke ruangan Ethan untuk menyerahkannya. Ben membuka pintu dan mempersilahkan Lily untuk masuk. Awalnya Lily menolak dan meminta Ben saja yang memberikannya pada Ethan, namun Ben menyarankan Lily yang memberikan bunga itu secara langsung, begitu juga dengan Donna yang menyuruh Lily untuk mengantarkan bunga itu sendiri.
Lily pun masuk dengan tangan gemetar dan meletakkan vas itu di atas meja. Ethan yang tengah membaca beberapa berkas seketika menatap vas bunga itu. Ia membenarkan letak kacamata kerjanya dan menatap bunga-bunga itu beberapa detik,
"Ganti"
Satu kata cukup dingin keluar dari mulut pria itu. Lily terdiam mematung dan menatap Ethan yang kembali sibuk dengan berkasnya. Lily menjilat bibirnya dengan gugup dan mencoba membuka suara,
"Ma.. maaf Tuan?" tanya Lily pelan.
Ethan berhenti membaca berkasnya dan menatap Lily,
"Ganti kembali bunganya" ucap Ethan sekali lagi dengan nada dinginnya.
Lily merasa bahunya lemas dan ia pun menunduk untuk beberapa saat. Lily perlahan kembali mengambil dua vas bunga itu dan menunduk pada Ethan,
"Baik Tuan" jawab Lily pelan.
Gadis itu pun kembali keluar ruangan Ethan dan mengganti bunganya. Kerutan di kening Ben semakin jelas saat ia melihat tindakan Ethan. Pria paruh baya itu juga merasa kasihan melihat Lily, namun entah apa yang di pikirkan Tuan mudanya itu saat ini, Ben tidak dapat mengatakan apapun.
Lily kembali ke rumah kaca dengan sedikit kesal. Ia menatap rangkaian bunga nya dan menghela nafasnya dalam,
"Apalagi yang salah?" tanyanya tidak mengerti.
Lily pun mencoba menyemangati dirinya dan mengganti rangkaian bunga itu. Setelah puluhan menit berlalu, Lily pun kembali ke ruangan Ethan dengan rangkaian bunga yang baru. Dan, lagi-lagi Ethan hanya menatap bunga Lily sepersekian detik dan memintanya kembali mengganti bunga tersebut. Lily terlihat sudah cukup lelah dan tidak mengerti dengan kemauan pria itu. Ia pun dengan pasrah kembali mengganti rangkaian bunganya.
Kali ini Lily benar-benar sudah lelah, ia berharap rangkaian bunga ini menjadi yang terakhir dan dapat di terima oleh Ethan,
"Ini Tuan, bunganya sudah selesai" ucap Lily dengan nada lelahnya.
Ethan menatap bunga itu sekilas dan kembali menatap berkasnya,
"Ganti" ucapnya lagi yang membuat Lily mengepalkan tangannya secara refleks.
Lily menghela nafasnya dan mencoba menatap Ethan dengan berani,
"Maaf Tuan, bisakah anda lebih spesifik lagi mengatakan bunga seperti apa yang anda inginkan?" tanya Lily sopan.
"Sejak tadi anda sudah berulang kali meminta saya untuk menggantinya. Bunga-bunga ini jadi terbuang sia-sia. Alangkah lebih baik jika Tuan mengatakan lebih jelas bunga apa yang Tuan inginkan" lanjutnya yang sudah cukup muak dengan sikap Ethan yang seolah mempermainkannya.
Ethan meletakkan berkasnya di atas meja dan melepaskan kacamatanya untuk menatap Lily,
"Apa kau keberatan?" tanyanya cukup dingin.
Lily menghela nafasnya dan menunduk,
"Tidak Tuan, hanya saja.. bunga ini menjadi sia-sia" jawab Lily pelan.
Lily mengatupkan kedua tangannya dengan erat dan gugup,
"Tuan Ethan, saya ingin meminta maaf atas kejadian kemarin. Itu semua murni ketidaksengajaan. Jika.. yang anda lakukan saat ini untuk menghukum saya, maka saya tidak keberatan. Tapi.. sudah banyak bunga yang terbuang sia-sia sejak tadi" ucap Lily sambil menunduk.
"Saya tidak bermaksud melakukan hal itu. Saya hanya ingin menolong kucing putih kemarin. Dan untuk hal selanjutnya.. saya benar-benar tidak sengaja. Tolong, maafkan saya" lanjutnya sedikit bergetar.
Ethan berdiri dari kursinya dan berjalan pelan menghampiri Lily. Lily semakin menunduk dengan jantung yang berdebar karena Ethan yang melangkah mendekati dirinya. Pria itu berdiri di hadapan Lily dengan tatapan yang tak terbaca,
"Memangnya apa yang kau lakukan kemarin?" tanyanya cukup dingin.
DEG!
Lily seketika membeku di tempatnya dengan rasa malu. Ia menutup matanya rapat dan mencoba untuk tenang,
"I.. itu" ucap Lily gugup setengah mati.
Lily tidak bisa menjawab dan wajahnya seketika memerah. Gadis itu tidak berani melanjutkan ucapannya dan tidak berani menatap Ethan yang berada tepat di hadapannya,
"Aku sedang bertanya padamu" ucap Ethan lagi yang menunggu jawaban Lily.
Lily mengepalkan tangannya kuat dengan gugup dan semakin membungkuk dalam,
"Maafkan saya" ucap Lily pelan.
Ethan tidak merespon dan masih menatap Lily,
"Aku sedang meminta jawaban, bukan permintaan maaf" desis Ethan.
Lily menutup matanya rapat dan perlahan mengangkat wajahnya untuk menatap Ethan. Saat pandangan mereka bertemu, seketika Ethan terdiam melihat wajah Lily yang sedikit memerah. Mata pria itu turun kearah bibir Lily dan seketika kejadian kemarin kembali berputar di otaknya. Ethan merasa tubuhnya bereaksi asing dan jantungnya mulai berdegup,
"Maaf, aku.. aku akan kembali merangkai bunganya" ucap Lily cepat dan kembali mengambil vas bunganya.
Ethan seketika merebut vas itu dari tangan Lily,
"Sudah cukup! Aku tidak memerlukannya lagi" ucap Ethan cepat dan meletakkan vas itu di atas meja.
Pria itu berjalan kearah mejanya sambil melonggarkan dasi hitam miliknya,
"Kau boleh pergi" usir Ethan pada Lily tanpa menatap wajah gadis itu.
Lily terdiam di tempatnya untuk beberapa saat dan seketika menunduk pada Ethan dengan cepat,
"Baik Tuan" ucap Lily yang tanpa menunggu langsung keluar dari ruangan Ethan dengan cepat.
Setelah Lily keluar, Ethan menghela nafasnya dengan kasar,
"Sebenarnya apa yang aku lakukan?" desisnya pada diri sendiri.
Ethan merasa bodoh karena meminta Lily berulang kali merangkai bunganya tanpa sebab. Ia juga tidak mengerti mengapa ia melakukan hal seperti itu. Pria itu juga tidak mengerti dengan reaksi tubuhnya. Pria itu termenung dan kembali membayangkan ciuman tak sengaja kemarin. Ia menyentuh bibirnya dan merasa resah.
Sebenarnya itu bukanlah ciuman pertamanya. Ethan pernah berciuman dengan Evelyn saat mereka bertunangan. Evelyn juga pernah menciumnya saat mereka berada di pesta dansa. Namun, Ethan tidak pernah merasakan sesuatu saat dirinya berciuman dengan Evelyn. Tapi, ciuman ketidaksengajaan dirinya dan Lily sekarang memenuhi otaknya. Ada sensasi asing yang ia rasakan di sekujur tubuhnya saat bibirnya dan bibir Lily bertemu. Ada suatu hasrat yang membuat Ethan merasa nyaman dan bergairah. Pria itu juga menyadari dirinya tanpa sadar melumat bibir Lily sekali. Dan hal itu berefek buruk padanya sekarang.
"Lily" bisik pria itu di bibirnya.
Bersambung..
Halo readers yang baik, mohon kasih like, komen, vote dan gift nya setelah membaca cerita ini ya 🙂
Terimakasih 🙏