Mencintai Setelah Kehilangan

"Ini karena kamu terlalu memanjakan Gina! Sekarang bagaimana? perusahaan baru saja mau maju, karena suntikan dana dari ayahnya Anna. Jika aku ambil sebanyak ini untuk keperluan pribadi, bagaimana aku menjelaskannya pada dewan direksi yang lain?" tanya Tommy yang merasa kesal, karena Andara bahkan terus memaksanya ambil uang perusahaan saja untuk bayar gaun mahal itu.

"Tapi kalau tidak seperti itu bagaimana? Anna hanya mengirimkan 10 juta saja. Katanya dia bertengkar dengan ayahnya gara-gara dia memaksakan hubungan dengan Ferdi!" kata Andara pada Tommy.

Tommy terlihat kesal.

"Tinggal sebentar lagi batas waktunya. Jual saja perhiasanmu!" kata Tommy.

Andara terkejut, dia tentu saja tidak mau sampai perhiasannya di jual.

"Mana bisa mas, ini sangat mendesak. Memangnya bisa jual perhiasan secepat itu? ini sudah sore, toko perhiasan juga sudah tutup mas" kata Andara memberikan alasan yang cukup masuk akal.

Pada dasarnya, dia sama sekali tidak mau perhiasannya di jual.

"Lalu bagaimana?" pekik Tommy.

Dan yang di dengar oleh Anna tadi, keributan yang terjadi di dalam rumah Gina itu, adalah keributan seperti itu. Perdebatan dan selisih pendapat antara Tommy dav Andara karena batas waktu pembayaran itu memang tinggal sebentar lagi. Jika lewat batas waktu dan harus membayar penalti, itu akan lebih buruk lagi bagi Tommy dan Andara.

"Mas, pakai saja dulu yang perusahaan. Ini mendesak!" kata Andara.

Tommy mendengus kesal. Bagaimanapun, dia sangat tidak setuju sebenarnya. Tapi, kalau sampai melebihi batas waktu, dia juga akan mengeluarkan uang yang lebih besar. Itu lebih parah.

"Ya sudah, aku akan bicarakan dengan Khaidir!" kata Tommy.

Khaidir adalah penanggung jawab keuangan di perusahaan Wiguna. Meski namanya perusahaan Wiguna, tapi perusahaan itu juga gabungan atau bisa di bilang patungan dari beberapa orang. Hanya saja saat itu, mereka menggunakan nama Tommy, karena memang Tommy adalah ayah dari Gina. Sahabat baik anak dari pengusaha ternama Rio Wijaya.

Dan sahamnya juga lebih besar 1 persen dari yang lain. Tentu saja karena bantuan Rio Wijaya juga.

Mereka pikir, setelah ini masalah selesai. Mereka salah, selama ini semuanya berjalan mulus karena bantuan Anna, karena mereka memanfaatkan Anna.

**

Beberapa saat kemudian, Anna sudah tiba di salon, tempat ibunya berada. Dan sejak tadi sudah menghubunginya. Dimana Jane dan Noura berada.

"Kamu darimana saja? kenapa baru datang" tanya Fania.

Anna tersenyum melihat ibunya, dan kedua teman ibunya itu.

"Dari rumah Gina"

"Ada apa lagi? mereka dapat masalah lagi?" tanya Fania.

Yang sepertinya sudah hafal betul, kalau Anna dari tempat itu. Pasti ada banyak masalah yang terjadi, dan Anna akan merengek ke ayahnya untuk menyelesaikan masalah mereka.

"Anna, kenapa tidak coba berteman dengan orang lain. Bibi rasa, daripada disebut perhatian padamu, seperti katamu itu. Sebenarnya kamu loh, yang lebih perhatian pada mereka" kata Noura.

"Mau bagaimana lagi, Nou. Gina itu dulu yang selalu belain Anna kalau di bully di sekolahnya sama seniornya. Di kampus juga, Gina yang selalu bantu Anna, kalau lupa membuat tugas dan semacamnya. Gina selalu memberikan tugasnya, pada Anna. Anak itu memang cukup baik, kurasa!" kata Fania.

Fania bisa bicara seperti itu, karena Anna memang kerap kali bercerita tentang semua kebaikan Gina padanya. Padahal, Gina membingkai semua itu. Anak-anak yang mengganggu Anna, itu juga anak-anak yang di bayar olehnya. Lalu Gina datang sebagai pahlawan untuk Anna. Sebenarnya seperti itu yang terjadi.

"Baik juga sebenarnya ya, tapi apa sebanding? hanya membantu hal-hal kecil begitu. Tapi Anna membantu seluruh keluarganya bahkan aku dengar, mas Rio memberikan investasi milyaran untuk perusahaan ayah Gina yang hampir bangkrut. Apa itu tidak berlebihan?" tanya Jane.

Fania terdiam. Sebenarnya dia juga berpikir seperti itu. Tapi selama ini, setahunya teman Anna memang hanya Gina. Anna sebenarnya juga ingin mencaritahu hal ini. Kenapa banyak orang yang tak suka dengannya dan tak mau berteman dengannya.

"Sudah, sudah. Tidak apa-apa. Sekarang, lebih baik kamu masuk ruangan spa, Anna" kata Fania.

Anna mengangguk patuh. Di dalam ruangan spa, Anna sambil berpikir juga. Di kampus, dia memang seperti sangat di takuti. Tidak ada yang mau dekat dengannya. Dia memang harus cari tahu tentang masalah ini. Saat dia ke kampus lusa.

**

Sementara itu, di rumah Gina. Gina juga sudah kembali. Dia benar-benar menghabiskan waktu bersama dengan Ferdi, sebelum Ferdi bertunangan dengan Anna.

Itu memang sudah mereka bicarakan, sebelum Anna tercebur di kolam renang saat itu. Anna akan minta orang tuanya, mengijinkan dia dan Ferdi bertunangan sebagai hadiah ulang tahunnya. Gina dan Ferdi berpikir, Anna masih Anna yang sama, dan akan melakukan semua itu malam ini. Makanya mereka menghabiskan waktu bersama di rumah kontrakan Frans. Sungguh tidak tahu malu, mereka belum menikah.

"Ayah, ayah sudah pulang...!"

Prang

Tommy yang memang sudah lama menahan amarahnya karena telah menghubungi Gina puluhan kali tapi tidak bisa. Membanting satu buah vas bunga yang ada di atas meja ruang tamu, ke lantai. Untung saja Gina refleks menghindar dengan cepat. Jika tidak, mungkin pecahan kaca itu akan mengenai kaki Gina.

"Ayah kenapa?" tanya Gina sangat terkejut.

Sementara, Andara terlihat khawatir. Tapi dia juga kesal pada Gina. Jadi, dia memilih diam saja di samping Tommy, sambil menatap anaknya itu dengan penuh keluhan.

"Kenapa katamu? darimana saja kamu? habis membuat masalah besar, lalu menghilang tidak bisa dihubungi?" pekik Tommy.

Gina yang memang tidak tahu apa salahnya masih kebingungan.

"Aku, aku buat salah apa?" tanyanya mendekati ibunya.

"Siapa suruh kamu beli gaun semahal itu, Gina. Gaun emerald itu harganya 225 juta!" kata Andara setengah emosii.

Gina cukup terkejut.

"Gaun itu, bukannya gaun itu dibayar oleh Anna..."

"Apanya yang di bayar Anna?" sela Tommy marah, "tagihannya di kirim ke perusahaan. Bodohh! makanya kalau mau apa-apa tanya dulu. Apa Anna bilang dia mau membayarnya untukmu? Awas saja kamu Gina, kamu harus bicara baik-baik pada Anna. Minta dia mengganti uang itu, ayah ambil dari dana perusahaan! Jika dalam satu minggu tidak bisa kamu ganti, ayah bisa dapat masalah di perusahaan!" ujar Tommy lantang penuh emosi.

Gina masih terdiam, dia bingung.

'Kenapa begini? bukannya seharusnya sudah di bayar Anna?' batinnya bingung, bingung sekali.

***

Bersambung...