NovelToon NovelToon
TANGAN IBLIS HATI MALAIKAT

TANGAN IBLIS HATI MALAIKAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dhamar Sewu

Jiang Hao adalah pendekar jenius yang memiliki tangan kanan beracun yang bisa menghancurkan lawan hanya dengan satu sentuhan. Setelah dihianati oleh sektenya sendiri, ia kehilangan segalanya dan dianggap sebagai iblis oleh dunia persilatan. Dalam kejatuhannya, ia bertemu seorang gadis buta yang melihat kebaikan dalam dirinya dan mengajarkan arti belas kasih. Namun, musuh-musuh lamanya tidak akan membiarkannya hidup damai. Jiang Hao pun harus memilih: apakah ia akan menjadi iblis yang menghancurkan dunia persilatan atau pahlawan yang menyelamatkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhamar Sewu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 10 Dalang di Balik Tirai

“Dan?” Bai Mo menyipitkan mata.

“Dan aku tahu rahasia gelapmu, Bai Mo.”

Kerumunan mendadak hening.

“Kau adalah mantan tetua dari Sekte Langit Selatan. Dan kau tahu siapa dalang di balik pengkhianatan yang menjatuhkan aku … dan juga banyak orang di sini.”

---

Bai Mo terdiam.

Matanya seperti neraka yang terbakar pelan.

“Jika kau ingin membangkitkan iblis, Jiang Hao... maka pastikan kau bisa mengendalikannya.”

Jiang Hao melangkah maju, berdiri di tengah arena, darah dan racun masih menetes dari jari-jarinya.

“Aku tak akan mengendalikan iblis.”

“Aku akan menjadi iblis yang mereka tak bisa bunuh lagi.”

__

Kabut yang menyelimuti Gunung Tak Bernama malam itu tak sekadar kabut—ia membawa bisikan, rahasia, dan dendam yang belum padam.

Setelah duel yang mengguncang nyali para penghuni gunung, Jiang Hao kini duduk dalam pertemuan rahasia bersama beberapa pendekar buangan lainnya. Mereka berkumpul di sebuah gua batu yang dalam, diterangi oleh lentera merah. Aroma dupa dan jamur lembab memenuhi ruangan.

Bai Mo duduk di seberang Jiang Hao, wajahnya tak lagi penuh arogansi seperti sebelumnya.

“Jadi ... kau tahu siapa aku sebenarnya,” ucap Bai Mo.

Jiang Hao mengangguk. “Kau pernah menjadi Tetua Agung Sekte Langit Selatan. Dihapus dari catatan karena menentang Grandmaster Liu Zhen.”

Bai Mo tertawa pahit. “Tentu saja dia yang kau sebutkan ... Liu Zhen ... dia adalah dalang dari semua ini. Ia yang menandatangani perintah untuk melenyapkanmu, dan aku... dulu aku salah satu yang menentangnya.”

Wajah Jiang Hao mengeras. “Lalu kenapa kau tidak membantuku saat itu? Saat mereka menyegel meridianku, menghancurkan keluargaku, dan membuangku seperti sampah?”

Bai Mo menunduk. “Karena aku terlalu lambat. Karena aku terlalu takut.”

---

Hening.

Suara air yang menetes dari langit-langit gua seperti detak waktu yang memaku kesunyian.

Bai Mo mengangkat kepala. “Tapi kau masih hidup. Dan aku lihat dengan mata kepalaku sendiri... tanganmu kini bukan lagi tangan manusia.”

Jiang Hao membuka balutan kain hitam di tangan kanannya.

Kulitnya bukan lagi seperti kulit biasa—berwarna kelam kehijauan, berurat, dan berdenyut seolah-olah ia memiliki jiwanya sendiri. Di telapak tangan itu, samar-samar terlihat tanda seperti huruf kuno yang memancarkan cahaya ungu redup.

“Ini kutukan ... dan anugerah.”

“Dari siapa?” tanya Bai Mo.

“Dari perempuan yang menyelamatkanku di lembah kematian.”

---

Kilasan bayangan gadis buta itu muncul di benak Jiang Hao.

Gadis yang menatapnya tanpa mata, tapi melihat hatinya lebih dalam dari siapa pun. Ia mengajarinya mengenali suara angin, arah langkah manusia, dan—yang terpenting—membedakan kebencian dari kebenaran.

Namanya … Ling'er.

---

Kembali ke gua, Bai Mo mencondongkan tubuhnya. “Jika kau benar-benar ingin membalas dendam ... maka kau butuh lebih dari sekadar tangan iblis. Kau butuh pasukan.”

Jiang Hao mengangguk. “Karena itu aku datang ke sini.”

Ia berdiri, menatap semua pendekar buangan yang kini hadir di ruangan itu: para mantan tetua, pengikut sekte sesat, pendekar yang dituduh membunuh tanpa alasan, mereka yang pernah dijatuhkan oleh hukum dunia persilatan yang penuh kemunafikan.

“Kita semua punya cerita. Kita semua pernah dikhianati. Dunia memanggil kita iblis, tapi merekalah monster sebenarnya.”

“Mari kita balas,” lanjut Jiang Hao. “Tapi bukan dengan kekacauan tanpa arah. Kita bangun kekuatan. Kita hancurkan dari dalam.”

Bai Mo berdiri.

“Kalau begitu, kita mulai dengan membentuk aliansi. Tapi hati-hati, mata-mata Sekte Langit Selatan tersebar di mana-mana.”

Jiang Hao tersenyum dingin. “Biar mereka tahu aku akan datang. Karena kali ini, aku tidak lagi melarikan diri. Aku akan datang… sebagai kutukan yang tak bisa dihentikan.”

---

Di balik pegunungan jauh, di Aula Surgawi Sekte Langit Selatan, Liu Zhen membuka matanya dari meditasi panjang.

“Tangan Iblis … masih hidup?” desisnya.

Seorang murid melapor dengan gemetar, “Ya, Grandmaster. Dan dia mulai mengumpulkan mereka yang dulu kita buang.”

Liu Zhen berdiri, matanya menyala tajam.

“Maka bunuhlah dia … sebelum bayangan itu menjadi gelombang.”

___

Langit mendung menggantung di atas Lembah Jiwa Sunyi, tempat tersembunyi di balik perbukitan yang dipenuhi kabut abadi. Di sinilah Jiang Hao pernah diselamatkan dari ambang kematian—oleh seorang gadis buta bernama Ling'er.

Namun tak banyak yang tahu, di balik tatapan kosongnya, tersembunyi rahasia yang tak dimiliki oleh siapa pun di dunia persilatan.

---

Beberapa tahun yang lalu …

Seorang bocah perempuan kecil berjalan terseok di tengah hutan. Tubuhnya dipenuhi luka, matanya berlumuran darah. Ia tidak menangis, tidak juga berteriak. Suaranya hanya sebuah doa lirih yang terucap terus-menerus:

“Jika aku tak bisa melihat dunia ini, biarkan aku melihat hati manusia .…”

Langkahnya terhenti di bawah pohon tua. Ia pingsan, tubuhnya menggigil, hingga seorang kakek tua berjubah abu-abu menemuinya—seorang pertapa dari aliran spiritual yang telah lama mengasingkan diri dari dunia.

Kakek itu membawanya ke kuil tua yang tersembunyi, dan merawatnya dengan sabar.

Bocah itu—Ling’er—tumbuh dengan kekurangan pada mata, namun perlahan, ia mulai mendengar detak hati manusia, mengenali getaran emosi, hingga akhirnya mampu “melihat” dengan cara yang tak dimengerti oleh para pendekar biasa.

“Kau tidak buta, Ling’er,” ujar sang guru. “Kau hanya diberi anugerah untuk melihat dengan cara yang lain.”

---

Kembali ke masa kini .…

Ling’er duduk di tepi tebing Lembah Jiwa Sunyi, memutar manik-manik kayu di jemarinya. Di hadapannya, kabut lembah menggulung, menyembunyikan gerakan para pembunuh yang kini tengah merangkak masuk menuju tempat persembunyian Jiang Hao.

Ia sudah tahu mereka datang—karena detak jantung mereka tidak seperti manusia biasa. Terlalu cepat. Terlalu penuh niat membunuh.

Langkah kaki mendekat. Empat bayangan muncul dari balik semak.

“Dia di sini,” bisik salah satu. “Gadis buta. Kita gunakan dia sebagai umpan.”

Ling’er berdiri perlahan. Tangannya masih menggenggam manik-manik.

“Aku tak ingin bertarung,” katanya lirih. “Tapi kalian memaksa.”

---

Seketika itu juga, tanah di bawah kaki para pembunuh bergetar.

Manik-manik yang ia pegang memancarkan cahaya samar. Itu bukan alat sembahyang biasa—melainkan segel spiritual kuno yang ditanamkan oleh gurunya.

BOOM!

Tanah meledak. Salah satu pembunuh terpental, tubuhnya hancur setengah.

Dua lainnya menyerang, namun gerakan mereka seperti dipandu oleh bayangan yang salah. Ling’er menghindar meski ia tak melihat. Ia “melihat” niat mereka, membaca arah serangan mereka dari jarak emosi.

Tangan kirinya menyentuh dada pembunuh kedua.

“Tenanglah.”

Jantung orang itu berhenti berdetak.

Tersisa satu.

Namun sebelum orang terakhir sempat bergerak, sebuah bayangan muncul dari balik kabut—dan tangan berwarna gelap mencengkeram lehernya.

Jiang Hao. “Aku tahu mereka akan datang. Tapi tak kusangka kau melawan lebih dulu.”

Ling’er tersenyum. “Aku bisa mendengar niat mereka dari jauh. Mereka datang dengan kematian, bukan tanya-jawab.”

To be continued ✍️

1
Daryus Effendi
pegunungan menjulang tinggi dan di tutupi kabut yg tebal
nyala lampu sedikit mmenerangi di dalam gua gunung berkabut.novel apa puisi.hhhhh
Dhamar Sewu: wkwk, 🙈. Maaf, bos. Untuk tambahan jumlah kata, masukan diterima 😁
total 1 replies
spooky836
sampai bila2 pun penulis dari cerita plagiat ni,tak mampu nak teruskan. cerita ini tamat di sini. kerana mc otak kosong. cerita hasil plagiat. benar2 bodoh dn sampah.
spooky836: baguslah. jangan sampai mampus di bab 26 tu. banyak dh karya lain terbengkalai macam tu je.
Dhamar Sewu: Plagiat di mana, kak? Karya siapa?
Cerita ini masih bersambung 😁oke.
total 2 replies
Abah'e Rama
lanjut 💪💪
Dhamar Sewu: Semoga suka, kak. Siap 💪🔥
total 1 replies
Zainal Tyre
coba simak dulu ya
Dhamar Sewu: Semoga suka, bos!
total 1 replies
Suki
Terinspirasi
Dhamar Sewu: Semangat, Kak 💪 hehe 😊
total 1 replies
PanGod
mantap bang. jangan lupa mampir juga ya bang🙏🏻
Dhamar Sewu: Siap, Kak. Terimakasih sudah berkunjung. Nanti setelah download aplikasinya, masih bingung ini 😁.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!